แชร์

Luntang-lantung di Jalanan

ผู้เขียน: Syifa Safaah
last update ปรับปรุงล่าสุด: 2023-06-20 14:39:12

 "Aku harus pergi ke mana? Aku tidak punya tujuan untuk tinggal," ucap Riana sambil melangkah tak tentu arah sembari mengangkat tas berisi pakaian miliknya. 

Langkah Riana terasa berat. Matanya memanas membayangkan saat ibunya mengusirnya. 

TIN!

Seorang pemilik mobil membunyikan klakson dengan keras karena merasa Riana menghalangi laju mobilnya. 

"Hei! Minggir! Kau pikir ini jalan nenek moyangmu!"

"Maaf." Begitu Riana menyingkir, mobil itu pun melaju kencang melewati dirinya. 

"Aku harus cari tempat tinggal. Tapi aku juga tidak punya uang untuk membayar kontrakan. Apa aku harus tinggal di kolong jembatan?" gumam Riana dalam hati. 

Namun, Riana merasa ragu saat membayangkannya. 

Mendadak perutnya terasa mual. 

Terik matahari juga membuat kepala Riana terasa pusing. 

Menundukkan pandangan, Riana terbelalak kaget saat melihat sedikit darah yang luruh dari jalan lahirnya. 

"Ya Tuhan! Bayiku!" 

Namun, detik selanjutnya tali tas itu pun lepas dari genggaman Riana, kemudian jatuh ke aspal bersamaan dengan tubuh Riana yang tak sadarkan diri. 

"Tolong! Ada orang pingsan!" 

Beberapa orang segera menghampiri Riana dan mengerumuninya. 

Tapi, hanya sebuah mobil berwarna hitam yang mau berhenti. 

Sang pemilik bahkan segera menyongsong tubuh Riana dan mengangkatnya. 

"Tolong bantu masukan tasnya ke mobilku! Aku akan membawanya ke rumah sakit." lelaki tampan bertubuh jangkung itu meminta pada salah satu dari mereka. 

"Baik, Tuan." 

Setelahnya, Riana pun dibaringkan di kursi belakang dan mobil itu membawanya pergi. 

*** 

"Enghhh ... di mana aku?" kelopak mata Riana mengerjap perlahan, lantas terbuka. 

Keningnya berkerut melihat ruangan serba putih dan selang infusan terpasang di pergelangan tangannya. 

Namun, matanya melebar saat ia mengingat sesuatu. 

"Bayiku!" panik Riana yang langsung memeluk perutnya. 

"Jangan takut! Bayimu baik-baik saja. Dia sehat dan sempurna. Kau memang mengalami pendarahan kecil, tapi itu bukan masalah besar." 

Seorang lelaki tampan berkacamata tiba-tiba saja masuk ke dalam ruangan itu dan menjawab kepanikan Riana. 

Riana mendesah lega sembari mengusap perutnya setelah mendengar ucapan lelaki berseragam dokter itu. 

"S-siapa kau?"

"Aku Aram, salah satu dokter di sini." 

"Apa kau yang membawaku ke rumah sakit ini?"

"Ya. Aku menemukanmu pingsan di pinggir jalan. Saat melihatmu pendarahan, aku langsung berinisiatif membawamu ke rumah sakit," jelas Aram sambil menatap wajah Riana. 

Melihat betapa bagusnya rumah sakit ini, membuat Riana merasa gelisah. 

Dirinya tidak memiliki uang sepeser pun. Biaya rumah sakit ini pasti sangat mahal. 

"Tapi aku harus cepat pulang. Aku tidak bisa berlama-lama di sini." Riana hendak melepaskan selang infusannya sendiri. 

Untung, segera dicegah oleh tangan Aram. "Jangan dilepas! Kau tidak bisa melepaskan infusanmu sendiri." 

"Tapi aku harus pulang." 

"Kondisimu masih belum stabil. Kau tidak bisa pulang dalam keadaan seperti ini. Setidaknya tunggu besok pagi, baru aku akan mengizinkanmu pulang." 

"Aku tidak bisa menunggu sampai besok pagi."

"Kenapa?" tanya Aram penasaran.

"Aku ... aku tidak punya uang untuk membayar tagihan rumah sakitnya," cicit Riana pelan sambil menundukan wajah. 

Mendengar itu, Aram tersenyum tipis. 

"Jangan pikirkan itu. Kau tidak perlu membayar tagihan sepeser pun," ucap Aram sambil membetulkan jarum infusan yang tadi sempat akan dicabut oleh Riana. 

"Benarkah? Aku tidak perlu membayarnya?" tanya perempuan itu kembali untuk memastikan perkataan Aram. 

Aram mengangguk. "Rumah sakit ini milikku. Jadi semua fasilitas dan perawatan yang kau dapatkan di sini adalah gratis." 

Selarik senyum pun tersungging di wajah Riana. Ditatapnya wajah Aram dengan penuh rasa lega. 

"Terima kasih, dokter."

"Sama-sama," jawab Aram membalas senyum Riana, "oh ya, jika kau mencari tasmu, aku menyimpannya di sudut sana." 

Pandangan Riana mengikuti arah telunjuk Aram. Dilihatnya tas miliknya yang masih utuh. 

Melihat tas itu membuat dada Riana terasa sesak. Dirinya diingatkan lagi oleh perjalanannya yang tanpa arah untuk mencari tempat tinggal. 

Wajah sedih Riana itu tak luput dari perhatian Aram. 

Dengan cepat, pria itu pun bertanya, "Maaf, boleh kutanya sesuatu? Itupun jika kau tidak keberatan." 

Riana menoleh, lalu menganggukan kepala. "Apa yang mau dokter tanyakan?" 

"Kenapa kau berjalan sendirian sambil membawa tas sebesar itu? Aku tidak melihat isinya, tapi kurasa sepertinya isinya adalah pakaian. Kau tidak sedang melarikan diri dari rumahmu, 'kan?" tanya Aram penasaran. 

Wajah Riana menunduk. Tangan kirinya mengelus perutnya yang masih datar. 

Sebenarnya di saat seperti ini Riana sangat membutuhkan teman bicara, namun Aram adalah orang yang baru pertama kali bertemu dengannya. 

"Jika kau tidak mau bicara, tidak apa-apa. Aku mengerti. Tapi aku hanya mau mengatakan padamu. Jangan memendam masalah sendirian, itu tidak baik. Dan jangan sungkan bercerita padaku meski kita baru kenal. Kalau kau merasa ragu, anggap saja aku seperti temanmu sendiri. Setidaknya dengan begitu, kau tidak akan merasa sendirian." 

Riana mengangkat pandangan, matanya menatap wajah Aram dengan lekat. Ada ketulusan yang terpancar lewat senyum lelaki itu. 

"Istirahatlah dulu! Aku akan kembali nanti malam untuk mengecek kondisimu." merasa Riana tak juga mau bicara, Aram pun hendak pergi. 

Tapi, langkahnya terhenti saat suara Riana terdengar dari belakang tubuhnya. 

"Dokter!" 

Aram berbalik, lalu menoleh. 

"Sebenarnya aku bukan sedang melarikan diri, tapi aku diusir." 

"Diusir?" ulang Aram. Lelaki berbola mata abu pekat itu tak bisa menyembunyikan wajah terkejutnya. 

อ่านหนังสือเล่มนี้ต่อได้ฟรี
สแกนรหัสเพื่อดาวน์โหลดแอป

บทล่าสุด

  • Putra Tersembunyi sang Presdir   I Love You, Mr. Anderson

    “Kalau begitu tunggu apa lagi? Ayo masuk!” Mahesa mempersilakan Nessie masuk ke dalam mobilnya.Nessie tersenyum dan duduk di kursi belakang bersama pengasuh dan Andra.Tentu saja Nessie mendekap Andra di atas pangkuannya. Tak sedikit pun Nessie berniat memberikan Andra kepada pengasuh yang duduk di sampingnya.Mobil Mahesa lantas melaju meninggalkan lapas dan merambat di jalan raya.Seulas senyum tipis tersungging di bibir Riana. Sambil tangannya mendekap punggung Anna yang kini tertidur di atas pangkuan, Riana mendesah lega dalam hati.“Aku senang melihat Nessie dan Andra tersenyum sebahagia itu,” batin Riana.***“Ayo Pa! Lempar bolanya ke mari!” Kenzie berseru pada Mahesa yang berdiri cukup jauh di hadapannya.Sedangkan Kenzie sendiri duduk di atas pelampung bebek warna kuning dan mengangkat kedua tangannya ke atas, bersiap menyambut lemparan bola dari Mahesa.Saat ini ayah dan anak itu sedang bermain bola di dalam kolam renang. Sesekali tawa mereka akan terdengar sampai ke teling

  • Putra Tersembunyi sang Presdir   Mengembalikan seorang Anak pada Ibunya

    Momen yang sangat Riana tunggu-tunggu selama ini adalah momen kebebasan Nessie dari dalam penjara.Dan hari ini Nessie akan bebas. Dengan segera Riana bersemangat mendandani Andra dan memakaikan baju terbaik untuk balita tersebut.Bahkan Riana mengemasi barang-barang Andra serta pakaiannya ke dalam koper.“Sayang, kau sudah siap?” tanya Mahesa yang masuk ke dalam kamar dengan penampilannya yang sudah rapi dengan stelan kemeja berwarna biru tua.Sementara Riana sendiri tampak manis dengan celana jeans pensil dan baju kaus biru muda yang dipadukan dengan cardigan putih.“Sudah. Sekarang aku hanya tinggal menyisir rambut Andra. Sebentar lagi dia akan siap,” kata Riana sambil menyisiri rambut Andra yang duduk di atas pangkuannya.Karena masih balita dan sedang aktif-aktifnya, terkadang Andra tak bisa diam hingga membuat Riana sedikit kesulitan saat menyisir rambut bocah itu.“Tahan ya, sayang. Biar Tante rapika dulu rambutnya.”Bibir Mahesa mengulum senyum memperhatikan istrinya yang tela

  • Putra Tersembunyi sang Presdir   Mahesa yang tak Bisa Tidur tanpa Riana

    Malam hari, Mahesa mencari keberadaan istrinya yang entah berada di mana. Mahesa terbangun dilarut malam dan keningnya berkerut saat tak menemukan Riana di sampingnya. "Riana? Sayang, kau di mana?" Mahesa memanggil, ragu-ragu saat mengeraskan suaranya karena takut anak-anak itu akan terbangun mendengar teriakannya. "Oekk ... Oekk ... " Suara tangisan balita terdengar dari arah kamar Anna. Hal itu membuat langkah Mahesa terhenti. "Anna bangun?" segera Mahesa memutar langkahnya menuju kamar putri keduanya. Begitu membuka pintu kamar, Mahesa langsung berseru memanggil nama anaknya. "Anna!" "Aaakhh!" kedatangan Mahesa yang tiba-tiba membuat Riana memekik terkejut sambil menutupi dadanya yang tadi sempat ia keluarkan karena akan menyusui Anna. Namun setelah tahu yang masuk ke kamar Anna adalah Mahesa, Riana pun tidak lagj menutupi dadanya dan kembali melanjutkan menyusui Anna. "Kau datang membuatku terkejut." Riana berkomentar. Mahesa menutup pintu kamar, lalu melangkah mengham

  • Putra Tersembunyi sang Presdir   Jangan Salah Paham!

    Masih berada di rumah Aram, Riana turun ke lantai bawah dan berkeliling sejenak seolah sedang bernostalgia melihat-lihat kembali isi di dalam rumah tersebut.Riana ingat dulu dirinya seringkali berkunjung ke rumah Ara, bersama Kenzie. Ternyata isi rumah tersebut sudah banyak berubah. Termasuk letak beberapa furniture yang diubah sedemikian rupa."Lukisan itu?" dari sekian banyak benda yang ada di penjuru rumah Aram, perhatian Riana justru terpaku pada sebuah lukisan kuno yang menampilkan gambar seorang nenek tua yang sedang duduk manis di kursinya. Nenek tua itu mengenakan selendang berwarna abu yang telah pudar, serta kain jarik sebagai penutup kakinya yang telah keriput. Sementara rambutnya yang telah berubah dibiarkan tersanggul ke belakang. "Ini adalah lukisan kesayangan Bu Risma," gumam Riana sedih sambil menyapukan jemarinya pada permukaan lukisan yang terpajang rendah di dinding ruang tengah."Aku tidak percaya kau masih mengingatnya, Riana. Kau masih ingat dengan lukisan kes

  • Putra Tersembunyi sang Presdir   Ayo Punya Anak Lagi!

    Setelah sarapan, Mahesa langsung mengabari Leo bahwa ia akan berangkat ke kantor sangat siang. Mahesa meminta Leo untuk menghandle sedikit pekerjaannya sampai Mahesa sendiri tiba di sana.Begitu Leo menyanggupi, Mahesa pun mengakhiri teleponnya dan masuk ke dalam mobil, dimana Riana yang menggendong Anna dan seorang pengasuh yang menggendong Andra sudah berada di dalam mobil tersebut.“Kita mau belanja di mall mana, sayang?” Mahesa bertanya pada Riana yang duduk di sampingnya.“Mall mana saja. Aku tidak masalah.”“Bagaimana kalau di mall yang dekat dengan kantorku” Mahesa bertanya lagi.Riana mengangguk setuju.Riana tahu kalau mall yang dekat dengan kantor Mahesa adalah mall terbesar yang ada di Jakarta. Namun Riana tidak menolak saat Mahesa menawarkan pergi ke mall tersebut.Sebab lelaki itu tidak akan keberatan meski Riana berbelanja sepuasnya di sana.Sejurus kemudian, mobil Mahesa pun tiba di baseman mall. Riana menggendong Anna turun dari mobil setelah Mahesa membukakan pintu mo

  • Putra Tersembunyi sang Presdir   Kelahiran Anak Aram dan Helga

    “Sayang! Sayang!” pagi ini Mahesa berseru memanggil-manggil istrinya.Lelaki itu baru keluar dari kamar mereka namun sudah heboh mencari Riana seperti ingin menyampaikan sebuah berita baik.Seruan Mahesa yang lantang tentu saja sampai di telinga Riana yang sedang menata sarapan di atas meja.“Aku di sini.” Riana balas berteriak.Segera Mahesa mempercepat langkahnya menghampiri sang istri.“Selamat pagi!” lelaki itu mendaratkan ciuman singkat di pipi kanan Riana.“Pagi,” balas Riana sambil tersenyum tipis. Tangannya sibuk menata makanan.“Pagi-pagi begini sudah heboh mencariku. Tidak biasanya. Aku yakin kau belum cuci mukamu, kan? Ada apa?” tanya Riana.Mahesa yang mendengar ucapan istrinya itu spontan menyentuh wajahnya yang memang belum sempat dicuci.Semua itu gara-gara Mahesa terbangun oleh sebuah pesan yang masuk ke ponselnya. Pesan yang membawa kabar bahagia untuknya, mungkin juga untuk Riana.Itulah mengapa Mahesa sangat bersemangat memberitahukan kabar ini pada istrinya.“I hav

บทอื่นๆ
สำรวจและอ่านนวนิยายดีๆ ได้ฟรี
เข้าถึงนวนิยายดีๆ จำนวนมากได้ฟรีบนแอป GoodNovel ดาวน์โหลดหนังสือที่คุณชอบและอ่านได้ทุกที่ทุกเวลา
อ่านหนังสือฟรีบนแอป
สแกนรหัสเพื่ออ่านบนแอป
DMCA.com Protection Status