Share

Putri Kandung yang Diperlakukan Asing
Putri Kandung yang Diperlakukan Asing
Author: Ondrea

Bab 1

Author: Ondrea
Aditya Haris ditelepon Yasmin Rusli yang ingin "berpamitan dengan cara bunuh diri" lagi. Jadi, dia kembali menghentikan resepsi pernikahan kami tanpa ragu sedikit pun.

Aku menggenggam gaun pengantin mahal yang melambangkan kebahagiaan murni dengan erat. Aku mengadang Aditya dengan wajah pucat pasi sambil bertanya, "Apa kamu nggak bisa pergi setelah resepsi pernikahan berakhir? Ini sudah yang ke-88 kali."

Mataku memerah. Aditya mendesah, lalu memelukku dengan perasaan bersalah dan menyahut, "Beri aku waktu lagi ya? Willa, kamu tahu sejak kejadian itu, kondisi mental Yasmin nggak stabil. Aku benar-benar takut dia melakukan hal bodoh."

Aditya berjanji, "Kamu tenang saja. Kali ini, aku pasti akan jelaskan padanya. Setelah itu, kita segera menikah."

Ini adalah ke-88 kalinya aku mendengar ucapan ini. Delapan puluh tujuh kali sebelumnya, aku bagaikan seorang penganut yang taat. Aku memercayai kebohongan Aditya dengan sepenuh hati.

Aku terus memberi tahu diri sendiri asalkan Aditya mencintaiku, tidak masalah resepsi pernikahan kami ditunda. Namun, setiap kali pernikahan kami akan dibatalkan dan ditunda.

Kami mengadakan resepsi pernikahan 80 kali, tetapi tidak pernah berjalan sampai di depan pendeta. Yasmin selalu membuat masalah mendadak tepat waktu. Kalau bukan kecelakaan, Yasmin akan mengancam ingin bunuh diri karena depresinya kambuh.

Aditya akan langsung mencari Yasmin, lalu berhasil menenangkan Yasmin yang ingin "bunuh diri" secara ajaib. Konyol sekali, 'kan?

Seseorang yang menggila sampai-sampai menyayat pergelangan tangan, mengonsumsi obat tidur, dan menangis histeris bisa langsung tenang asalkan tunanganku muncul. Yasmin akan kembali bersemangat untuk melanjutkan hidupnya.

Aku hanya terdiam dan tidak ingin bicara. Aku mengerahkan seluruh tenagaku untuk balik memeluk Aditya supaya bisa mempertahankannya.

Aditya masih menghiburku, tetapi ibuku sudah tidak sabar. Dia mendesak Aditya untuk segera menyelamatkan Yasmin, "Willa, jangan keras kepala lagi. Cepat lepaskan Aditya. Adikmu sudah panjat balkon."

Ayahku menegurku dengan ekspresi muram, "Kenapa kamu merajuk lagi? Kalau bukan karena dulu Yasmin menyelamatkanmu, mana mungkin dia diculik? Dia nggak akan mengidap depresi dan mentalnya nggak akan hancur."

Ayahku melanjutkan, "Nggak masalah kalau biasanya kamu bersikap egois. Sekarang adikmu menunggu untuk diselamatkan, apa kamu nggak bisa lebih pengertian?"

Terdengar suara ponsel berdering lagi. Aditya tidak rela melepaskan tanganku. Dia bertanya, "Willa, aku harus pergi. Kamu pasti setuju, 'kan?"

Aku belum sempat menjawab. Tubuhku terhuyung, aku yang memakai sepatu hak tinggi terkilir. Alhasil, aku terjatuh ke lantai. Lenganku menabrak hiasan logam pada karangan bunga di samping sehingga muncul luka goresan yang besar.

Rasa sakit yang menusuk seketika menyebar ke sekujur tubuhku. Aku berteriak kesakitan. Akan tetapi, Aditya seperti tidak mendengar teriakanku. Dia bergegas keluar tanpa ragu sedikit pun.

Hatiku hancur. Aku yang putus asa menjerit pada sosok Aditya yang hampir menghilang, "Aditya, aku akan menunggu di sini sampai hari ini berakhir. Kalau kamu nggak kembali, kita nggak usah menikah lagi."

Langkah Aditya terhenti setelah mendengar perkataanku. Hanya saja, dia tetap tidak berbalik. Orang tuaku juga buru-buru berjalan ke keluar.

Ayahku mencibir dan berucap saat berjalan melewatiku, "Kamu berpura-pura begini untuk menarik simpati siapa? Willa, aku tegaskan padamu. Jangankan membatalkan resepsi pernikahan, kamu juga harus menyetujuinya kalau kami menyuruhmu membiarkan Aditya dan adikmu bersama. Bagaimanapun, nyawa adikmu lebih penting!"

Ibuku menimpali dengan ekspresi bimbang, "Willa, kamu harus lebih pengertian. Ini cuma resepsi pernikahan. Kalau kali ini gagal, lain kali kita bisa mengadakannya lagi."

Ibuku meneruskan, "Tapi, adikmu menunggu untuk diselamatkan Aditya. Nggak masalah kalau biasanya kamu suka rebutan dengan adikmu. Hanya saja, sekarang kami nggak punya waktu ladeni kamu merajuk."

Aku sudah mendengar ucapan ini berkali-kali sejak aku pulang. Saat aku dibawa pulang, Yasmin yang merupakan adik angkatku sudah tinggal di rumahku selama 15 tahun.

Aku tidak meminta orang tuaku untuk mengusir Yasmin. Sebaliknya, aku tulus menganggap Yasmin sebagai keluarga.

Namun, Yasmin suka merebut barangku. Biarpun membenci boneka beruang dan tidak pernah memakai gaun merah, dia tetap merebut semua barang yang aku suka.

Aku juga pernah bertanya kepada Yasmin alasan dia berbuat seperti ini. Jawabannya membuatku bergidik. Yasmin berujar, "Nggak kenapa-kenapa. Aku suka lihat ekspresimu yang putus asa setelah semua barangmu kurebut."

Kala itu, aku sangat polos. Aku mengira orang tuaku akan tahu sifat asli Yasmin setelah aku memberi tahu mereka ucapannya. Mereka tidak akan menyalahkan aku tidak pengertian lagi.

Hanya saja, aku terlalu meremehkan trik Yasmin dan posisinya di hati orang tuaku. Ayahku malah menegurku, "Willa, kenapa kami punya putri yang suka berbohong dan egois sepertimu? Kamu benar-benar membuat kami kecewa."

Aku tidak peduli lagi biarpun mereka kecewa. Aku sangat kelelahan sampai-sampai tidak bisa meneteskan air mata lagi. Sekarang aku hanya merasakan dingin yang menusuk. Sekujur tubuhku kebas.

Aku bangkit dari lantai, lalu mengambil tisu untuk menahan lukaku yang berdarah seadanya. Aku berkata, "Ayah, Ibu, cepat lihat kondisi Yasmin. Dia masih di lantai paling atas."
Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Putri Kandung yang Diperlakukan Asing   Bab 8

    "Kalian benar-benar polos!" ujar Yasmin sambil memegang wajahnya yang bengkak dan perih. Dia perlahan bangkit dari lantai dan tersenyum bengis.Yasmin melanjutkan, "Kalian mau cari Willa? Mau cari di mana? Willa sudah pergi ke luar negeri. Waktu meneleponnya terakhir kali, apa kalian nggak melihat latar belakangnya itu ruang tunggu penerbangan internasional?"Yasmin memandang ketiga orang di depannya yang tenggelam dalam penyesalan dan ilusi mereka. Dia tertawa terbahak-bahak dan meneruskan, "Memangnya kenapa kalau Willa itu putri kandung kalian? Dia tetap diusir olehku seperti anjing telantar yang nggak punya pemilik. Hahaha .... Oh, salah."Yasmin menunjuk Andrew, Monika, dan Aditya sambil menambahkan, "Semua ini perbuatan kita. Willa diusir oleh kita berempat. Ayah, Ibu, dan Kak Aditya kesayanganku, apa kalian senang?""Diam kamu! Dasar wanita gila!" bentak Aditya. Harapan terakhirnya pupus. Matanya memerah dan urat dahinya menonjol.Aditya bagaikan binatang buas yang kehilangan ken

  • Putri Kandung yang Diperlakukan Asing   Bab 7

    Yasmin yang tidak bisa menutupi kepanikannya berbicara dengan suara melengking, "Kasus penculikan apanya? Jangan bicara sembarangan!"Yasmin segera membuka aplikasi pembayaran di ponselnya, lalu mentransfer 40 juta kepada pria itu dengan ekspresi geram. Dia juga mengirim pesan.[ Kalau kamu ganggu aku lagi, ke depannya kamu nggak bisa dapatkan uang dariku! ]Pria itu merasa tidak puas melihat sisa saldo di rekeningnya. Namun, dia tetap berdiri terhuyung-huyung dan memberikan ciuman jauh kepada Yasmin dengan mesra.Pria itu berucap, "Ya sudah. Hari ini Ayah pergi dulu. Putriku sayang, kamu harus ingat Ayah ya."Awalnya Yasmin sangat tegang. Setelah melihat ayahnya berjalan ke luar, dia baru mengembuskan napas lega. Saat hendak mencari alasan untuk membohongi Andrew dan Monika, Yasmin mendongak dan melihat Andrew mengadang pria itu.Andrew bertanya dengan suara serak, "Tadi kamu mengungkit tentang kasus penculikan 5 tahun yang lalu. Apa yang kamu ketahui tentang kasus itu?"Kala ini, mom

  • Putri Kandung yang Diperlakukan Asing   Bab 6

    Andrew, Monika, Aditya, termasuk Yasmin tidak menyangka Willa akan memberontak. Willa sengaja menjebak Yasmin hingga didepak dari kampus.Mendengar suara barang-barang yang dibanting Yasmin dan teriakannya yang histeris di dalam kamar, Monika sangat lelah. Dia memijat pelipisnya yang berdenyut.Monika mendesah, lalu mengomel, "Kenapa Willa begitu egois? Bukannya kita cuma meminjam desainnya? Bisa-bisanya dia merajuk seperti ini sampai-sampai membuat Yasmin mengamuk!"Andrew mendengus dan menimpali dengan ekspresi muram, "Aku rasa sekarang dia sok hebat! Bahkan dia nggak menjawab panggilan teleponku! Kalau merasa hebat, dia nggak usah pulang dan hubungi kita lagi selamanya!"Aditya yang berada di samping memegang ponselnya sambil terdiam dan menunduk. Sejak Willa mengakhiri panggilan telepon, Aditya merasa panik. Dia terus mengirim pesan kepada Willa melalui berbagai aplikasi media sosial. Namun, Willa sama sekali tidak membalas Aditya.Aditya melihat riwayat obrolan mereka seraya menge

  • Putri Kandung yang Diperlakukan Asing   Bab 5

    Aku duduk di ruang tunggu bandara sambil memegang cangkir kopi. Aku melihat berita tentang karya yang memenangkan perlombaan desainer muda terus disiarkan di televisi.Di tengah sorotan cahaya lampu yang terang, tampak karya yang "kuberikan" kepada Yasmin. Berbagai media menyebutnya sebagai karya yang spektakuler dan inspiratif.Pada saat yang sama, ponselku terus berdering. Kala ini, Yasmin tidak tersenyum bangga lagi.Yasmin yang tampak tidak percaya dan panik marah-marah, "Willa, kamu memang wanita jalang! Beraninya kamu mencelakaiku dengan karya yang memenangkan penghargaan! Lihat saja nanti, aku nggak akan lepaskan kamu!"Suara melengking Yasmin pecah. Dia menunjukkan kebencian yang mendalam setiap melontarkan kata-kata itu. Konyol sekali, bisa-bisanya orang yang melakukan plagiat begitu arogan!Aku mengangkat alis dan membalas seraya tersenyum dingin, "Kamu nggak akan melepaskanku? Memangnya kamu mampu?"Jariku mengetuk cangkir kopi dengan pelan sehingga menimbulkan suara berdent

  • Putri Kandung yang Diperlakukan Asing   Bab 4

    Rasanya benar-benar melegakan setelah melepaskan beban di hatiku. Aku yang tidak tidur semalaman sama sekali tidak lelah. Aku hanya merasa sangat antusias menyambut hidup baru.Pengalaman masa lalu yang tidak adil itu seakan-akan hancur bercampur dengan debu setelah digilas roda kereta.Ketika baru sampai di terminal bandar udara sambil membawa koperku, ibuku melakukan panggilan video denganku. Gambaran video sedikit berguncang, yang pertama kali terlihat adalah ekspresi Aditya yang lembut.Aditya sedang menyendok sup dengan hati-hati, lalu meniupnya dan menyuapkannya kepada Yasmin dengan luwes. Orang tuaku duduk di kedua sisi Yasmin. Mereka mengingatkan Yasmin untuk minum sup panas itu pelan-pelan dengan ekspresi lembut.Ibuku melihatku terlebih dahulu. Dia masih tersenyum saat berkata, "Willa, kamu sudah sampai di mana? Adikmu memuji supmu enak. Lihat, dia makan dengan lahap."Dari gambaran video, aku melihat wajah Yasmin yang merona. Senyumnya juga sangat manis. Dia sama sekali tida

  • Putri Kandung yang Diperlakukan Asing   Bab 3

    Aku duduk di kursi panjang gereja yang dingin semalaman. Saat pagi, aku baru pulang ke rumah dengan linglung. Begitu masuk ke rumah, aku melihat mata Aditya yang memerah.Melihat gaun pengantinku yang dinodai darah, Aditya menghampiriku dengan ekspresi cemas dan memelukku. Dia berkata, "Maaf, sebenarnya semalam aku berniat kembali untuk mencarimu. Tapi, Yasmin langsung menangis histeris begitu aku pergi. Jadi, aku benar-benar nggak bisa pergi."Aditya melanjutkan, "Willa, percaya padaku .... Tadi kondisi Yasmin baru tenang. Aku baru berencana keluar untuk mencarimu, tapi kamu sudah pulang. Kamu baik-baik saja, 'kan?"Aku menanggapi ucapan Aditya dengan tenang, "Aku baik-baik saja. Nggak masalah, Aditya. Aku memahamimu. Resepsi pernikahan masih bisa diadakan lagi, kesehatan Yasmin lebih penting."Aditya terkejut melihat sikapku. Dia bertanya, "Kamu benar-benar berpikiran begitu?""Tentu saja," sahutku.Wajar saja jika Aditya terkejut dan memastikannya lagi. Alasannya karena aku sudah te

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status