Share

Putri Terbuang itu Istri Sah CEO
Putri Terbuang itu Istri Sah CEO
Author: Cynta

Bab 1 Kepergian Aluna

Author: Cynta
last update Last Updated: 2025-07-29 03:41:35

“Tega sekali kamu menipu kami! Bisa-bisanya mengaku sebagai anak kami?! Mengarang cerita dan membuat kami percaya?!”

Tamparan itu telak menampar hidup Aluna. Sudah beberapa hari kedua orang tuanya, Pak Ardian dan Bu Tania, pergi ke luar kota. Dan hari ini... mereka kembali. Namun, bukan pelukan hangat atau senyuman rindu yang menyambutnya. Justru suara dingin dan tajam itu yang lebih dulu membelah udara.

Dadanya berdegup kencang, wajahnya menegang. Ia melihat Mamanya berdiri di ruang tamu, matanya merah, namun sorotnya tidak lagi lembut seperti dulu.

“A... Apa maksud Mama?” suara Aluna bergetar, nyaris tidak keluar dari   tenggorokannya.

Wanita yang selama ini ia panggil ‘Mama’ itu menatapnya seolah Aluna adalah parasit, penipu yang menjijikkan. Tak lama, Pak Ardian muncul dari arah belakang. Wajahnya tegas dan penuh kekecewaan.

Suara itu... suara yang dulu selalu menjadi tempatnya berlindung, kini menghantamnya hati Aluna yang seketika itu hancur. 

“Aku gak ngerti... Aku gak ngerti maksud Papa dan Mama...” Aluna menggeleng perlahan, matanya berkaca-kaca, lidahnya kelu.

Lalu, dari sudut ruangan, muncullah seorang gadis. Perempuan asing yang berdiri dengan anggun dan wajah sendu, seumuran dengan Aluna, tapi sorot matanya penuh kepuasan tersembunyi. Ia tersenyum lembut, lalu melangkah mendekat dan memeluk Bu Tania dengan manja.

“Ma... Pa... Jangan salahkan Aluna... Mungkin dia hanya ingin merasakan hidup seperti aku... Mungkin dia terlalu lama hidup dalam kekurangan dan ingin... menggantikanku.”

Nada bicaranya pelan dan penuh kepalsuan, seperti madu beracun. Aluna menatap gadis itu, rahangnya mengeras.

“Siapa kamu?” tanya Aluna dengan bingung.

Pak Ardian menatap tajam ke arah Aluna. “Dia Kayla. Putri kandung kami yang sebenarnya. Yang seharusnya kami jemput sepuluh tahun lalu. Bukan kamu, Aluna.”

Deg.

Jantung Aluna seolah berhenti berdetak. Dia menatap Pak Ardian dan Bu Tania dengan terheran. Kenapa tiba-tiba orang tuanya mendadak menuduhnya seperti itu. 

“Papa dan Mama kenapa bicara seperti itu.. Bukankah dulu kalian sudah memastikan data ku sebelum membawa ku pergi.. Kenapa sekarang tiba-tiba ada dia dan kalian langsung percaya begitu saja..?!” Aluna berusaha mencari tahu jawaban yang membuatnya bingung.

“Itu karena kamu sudah meminta pihak panti menipu kami, atau kamu dan salah satu pengurus panti yang sudah merencanakan ini agar kamu hidup lebih baik daripada anak kami yang hilang waktu itu..” kata Pak Ardian dengan begitu yakin 

“T-Tapi… Aku nggak pernah minta dibawa ke rumah ini… Kalian yang mengadopsi aku… Kepala panti yang memberikan aku pada kalian.” Napasnya memburu, tubuhnya limbung.

Pak Ardian dan Bu Tania terdiam, mereka saling berpandangan seakan mencerna setiap kata Aluna. Tapi disisi lain, ada bukti yang membuatnya begitu yakin kalau Kayla lah anak kandung mereka. Dan itu surat resmi dari panti kalau dulu telah terjadi kesalahan saat memberikan seorang anak perempuan pada mereka. 

“Aku memang nggak ingat siapa aku... yang aku ingat hanya... setelah kecelakaan kapal itu, aku diantar seorang keluarga ke panti asuhan itu. Aku pikir... kalian menerima aku karena cinta.”

Aluna menahan isak yang mendesak naik dari dadanya, lalu menunduk. 

“Pergi kamu!” teriak sang ayah yang merangkul perempuan yang sebaya dengannya.

**

Hujan turun begitu deras. Aluna tidak membawa payung, tidak juga memakai jaket. Tapi Aluna tetap berjalan, seperti orang tak bernyawa. Langkah kakinya perlahan melemah.

Kakinya dingin, tubuhnya gemetar. Udara menusuk kulit, tapi hatinya lebih dingin dari segalanya.

‘Aku gak tahu harus ke mana. Aku gak mau berdebat dengan mereka… Aku terlalu menyayangi mereka… Tapi kalau memang aku bukan darah dagingnya, aku akan tetap berterima kasih…’ Ia menggumam dalam hati, lalu mempercepat langkah, menyusuri jalan raya dengan tubuh menggigil.

Tiin... Tiin... Tiinnn...!!!

Sebuah klakson mobil berbunyi keras. Tapi Aluna tidak mendengarnya. Dunia di sekitarnya seolah hanya gema samar. Dia melangkah lurus dan…

BRAK

Aluna berusaha duduk, memegangi kepalanya yang berdarah. Bibirnya gemetar.

"Kamu baik-baik saja..?!" suara bariton membuatnya mendongak.  

Rambutnya basah kuyup, menempel acak-acakan di dahinya. Setelan jas Armani yang kini tampak lembab, dengan beberapa bagian menempel di tubuhnya, memperjelas lekuk dadanya yang bidang. Butiran air hujan masih menetes dari rahangnya yang kokoh, menuruni lehernya hingga ke kerah yang terbuka sedikit.

“Kamu...” Ia menarik napas dalam. “Kamu kenapa gak buat aku mati sekalian?!”

Tak lama pandangannya berubah menjadi gelap. Aluna pingsan. 

Di balik kemudi, Raka terdiam saat melihat kepala Aluna tertunduk dan tubuh perempuan itu perlahan ambruk.

"Hei..! Bangun..! Kamu pingsan atau..?" Bukan Raka yang panik tapi Radit, asistennya itu memperhatikan Aluna dengan cemas. 

Raka terdiam menyuruh Asistennya turun melihat perempuan itu.

“Kamu urus..” 

“Raka, dia pingsan... Ini masa dibiarkan? Kamu gak mau kan ada berita Raka Aryaputra–Pewaris Wijaya Corp insiden tabrak lari?” Radit menoleh ke arah Raka yang berdiri disamping pintu kemudi. 

“Yaudah. Bawa ke rumah sakit.”

Radit menggendong perempuan itu. Sementara Raka hendak melangkah masuk ke pintu kemudi namun ditahan.

“Kamu dibelakang aja. Aku yang menyetir.” Kali ini suara Radit seperti perintah untuk Raka. 

Laki-laki itu memicingkan mata, “Kamu memerintahku..?!”

“Ya, untuk kali ini.. Demi keselamatan kita semua..!” kata Radit. Dia menutup pintu, berjalan ke arah Raka. Tanpa basa basi dia masuk dan duduk di kursi kemudi membuat Raka mendengus. 

“Hhhh.. Kali ini aku dengerin kamu, tapi gak ada lain kali..!” gumam Raka. Dia akhirnya duduk samping Aluna. 

Mobil melaju kencang di tengah hujan.

Raka melirik ke arah perempuan itu, dia tampak basah kuyup, pucat, tapi… ada sesuatu yang familiar.

‘Kenapa aku seperti gak asing dengan wajah ini..?! Tapi selama ini, aku gak pernah dekat dengan perempuan manapun…’

Tiba-tiba…

Ciiitttt—!!!

Mobil mengerem mendadak. Tubuh Aluna bergeser, tangannya refleks menyentuh… bagian yang sangat privat milik Raka. Kepalanya bersandar manis di bahu pria itu.

"Oh shitt..!"

Raka membelalak, cepat-cepat menyingkirkan tangan Aluna sambil memutar badan. Mukanya memerah karena syok… atau karena efek sentuhan itu?

**

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Putri Terbuang itu Istri Sah CEO   Bab 89 Masih Pagi Sudah Basah

    Handle pintu yang berputar membuat Aluna langsung menegang. “Ya ampun..! Ada yang buka pintu!” serunya panik. Ia buru-buru menarik selimut dan menenggelamkan wajahnya.Raka yang masih menindih setengah tubuhnya malah terkekeh pelan. Tawanya dalam tapi hangat, sukses membuat Aluna makin bersembunyi.“Raka..! Jangan ketawa gitu, ih..” suaranya teredam dari balik selimut.Raka mengusap selimut itu, lalu menunduk. “Sayang, ekspresi lo barusan lucu banget. Kayak istri yang lagi kepergok main sembunyi-sembunyi.”Aluna mencubit pinggangnya dari balik selimut. “Hush..! Kita kan sah, bukan sembunyi-sembunyi.”Raka tersenyum miring, matanya penuh sayang. “Justru itu. Lo istri gua. Kalau pun ada yang lihat, biarin aja. Gua malah bangga.”Pelan-pelan, Aluna mengintip dari balik selimut. Wajahnya merona, tapi matanya berbinar. “Lo tega banget mau bikin gua malu.”“Pintu ini dikunci, cantik. Tenang aja.” Raka mengusap pipinya lembut. “Nggak ada yang bisa masuk tanpa izin gua.”Aluna masih manyun. “

  • Putri Terbuang itu Istri Sah CEO   Bab 88 Kado untuk Aluna

    Matahari pagi mulai masuk melalui celah tirai kamar, menyinari ranjang besar yang masih tampak berantakan. Aroma tubuh maskulin Raka masih melekat di dalam ruangan, bercampur dengan wangi samar parfum kayu manis.Aluna membuka mata perlahan. Tubuhnya terasa pegal, tapi juga hangat. Begitu kesadarannya pulih, ia melihat dirinya masih terbaring di dada bidang Raka, polos, hanya diselimuti kain putih tipis. Lengan kokoh pria itu melingkari pinggangnya erat, seolah tak rela melepaskannya.“Raka..” suara Aluna lirih, bibirnya masih bergetar malu.Raka menggumam rendah, matanya setengah terbuka. “Pagi, istri bar-bar gua..” suaranya serak, maskulin, membuat pipi Aluna merona.“Jangan manggil gua gitu!” Aluna buru-buru memukul pelan dada bidangnya. “Lo tuh.. bikin gua malu.”Raka terkekeh kecil, lalu menarik tubuh Aluna makin dekat ke pelukannya. Hidungnya menyelam di rambut acak-acakan istrinya, menghirup dalam-dalam. “G

  • Putri Terbuang itu Istri Sah CEO   Bab 87 Kamar Panas Raka

    Pintu kamar besar itu terbanting pelan, menyisakan ruang tamu yang masih dipenuhi tanda tanya orang tuanya. Raka menutupnya dengan kakinya, sementara tangannya masih menggendong tubuh Aluna erat di pelukan.“Raka..! Turunin gua donk!” protes Aluna, wajahnya bersemu merah. Meski begitu, tangannya justru refleks melingkar di leher suaminya.Raka mendengus kasar. “Lo pikir gua bakal nurunin lo sebelum janji lo lunas?” suaranya rendah, serak, penuh dominasi.Aluna tercekat, mencoba menghindar dari tatapan mata tajam itu. “A-apaan sih.. janji apa..?”Raka meletakkannya perlahan di atas ranjang king-size dengan sprei putih rapi. Tubuhnya condong ke depan, menindih setengah tubuh Aluna, membuat wanita itu terkurung tanpa bisa kabur. Napas hangatnya jatuh di wajah Aluna, membuat jantung gadis itu berdetak kacau.“Janji lo yang tadi, lo bilang di mobil. Lo bakal nemenin gua malam ini.” Senyum tipis Raka terbit, tatapannya

  • Putri Terbuang itu Istri Sah CEO   Bab 86 Fitnah.. 

    Raka mendengus kasar. “Kenal. Tapi apa yang dia lakuin di sini, Pa?”Cindy buru-buru bicara, suaranya lirih tapi penuh drama. “Gua cuma pengen kejelasan, Rak.. Kenapa lo ninggalin gua begitu aja setelah malam itu.. Setelah lo—” suaranya tercekat, lalu ia menutup wajah dengan kedua tangannya. “Padahal gua juga udah nyelametin lo waktu kecelakaan tapi lo..”Raka mengepalkan tangannya, menahan amarah. “Lo ngomong apaan sih?! Gak jelas ngomong sana sini..!”Pak Dirga menatap tajam. “Berarti bener? Perempuan ini bilang kamu udah tidur sama dia, terus kamu ninggalin gitu aja. Dia datang minta pertanggungjawaban.. Jelaskan ke Papa, Raka!”Aluna sontak menoleh ke arah suaminya, matanya bergetar. Ia tidak percaya dengan tuduhan itu, tapi hatinya tak bisa menahan rasa perih yang menusuk.Raka melangkah cepat, menghampiri Cindy yang masih menangis di sofa. Dengan kasar, ia menarik lengan Cindy agar berdiri. “Lo jangan main-m

  • Putri Terbuang itu Istri Sah CEO   Bab 85 Berulah lagi

    Mobil hitam Raka meluncur membelah jalanan malam yang lengang. Lampu-lampu kota berpendar, bayangannya memantul di kaca jendela. Suasana di dalam mobil terasa berat, penuh tanda tanya setelah telepon misterius dari sang Papa.Raka duduk di kursi pengemudi dengan rahang mengeras. Jemarinya menggenggam erat setir, sementara matanya fokus ke depan. Aura dingin dan tegasnya kembali menguasai ruangan sempit itu.Aluna duduk di kursi penumpang, menoleh beberapa kali, memperhatikan wajah Raka yang tampak tegang. Ia ingin mengusir kekhawatiran itu, tapi tahu pria dingin di sampingnya bukan tipe yang mudah terbuka.“Lo yakin baik-baik aja?” tanya Aluna pelan, suaranya terdengar hati-hati namun lembut.Raka mendengus kecil. “Menurut lo..?” jawabnya ketus, tanpa menoleh.Aluna memutar bola matanya, lalu menyandarkan kepala ke jok. “Kalau lo jawab kayak gitu, artinya lo lagi nggak baik-baik aja,” balasnya ceplas-ceplos, membu

  • Putri Terbuang itu Istri Sah CEO   Bab 84 Ada apa sebenarnya..?

    Raka membuka pintu penthouse dengan wajah masam. Tatapannya dingin, rahangnya mengeras, jelas sekali kalau mood-nya sedang terganggu. Dan benar saja, di hadapannya berdiri Radit dan Nayla dengan senyum mengembang seolah mereka pasangan yang baru saja pulang dari kencan.“Kalian berdua benar-benar datang gak tepat waktu..!” gumam Raka dengan nada kesal, lalu ia berbalik masuk tanpa basa-basi, membiarkan pintu tetap terbuka.Radit dan Nayla saling berpandangan, bingung dengan kata-kata Raka. Senyum di bibir mereka perlahan meredup.“Eh.. Apa kita terlambat..? Memangnya kalian mau adakan acara apa..?” tanya Radit penasaran, langkahnya maju masuk ke dalam, diikuti Nayla yang buru-buru menutup pintu di belakang mereka.“Gak tepat waktu alias gangguin gua mau ngamar sama Aluna..!” Raka melontarkan kalimat itu begitu saja dengan nada dingin, membuat Radit nyaris tersedak ludahnya sendiri.“Ka!” Aluna refleks menegur, waj

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status