Share

Bab 9

Author: Buchara
Kini, bibir di depannya tampak berlumuran darah, membuat wajah Septha tampak semakin pucat. Matanya juga memerah seperti akan menangis kapan saja.

Karl tiba-tiba membeku di tempat. Belum sempat dia bereaksi, asistennya sudah mendekat ke mobil dan melapor pelan. "Pak Karl, Bu Gisella sudah sadar. Dia menangis dan bilang ingin bertemu dengan Bapak."

Karl akhirnya tersadar. Dia menekan keras rasa sakit aneh yang menusuk di dadanya, memaksa pikirannya kembali rasional, lalu menatap Septha dengan dingin.

"Aku sudah atur konferensi pers sore ini. Kamu harus datang dan menyatakan di depan umum kalau Gisella adalah adik kandungmu. Kalau kamu nggak datang, seumur hidup ini aku nggak akan pernah menyentuhmu lagi!"

Selesai berbicara, dia langsung turun dari mobil. Pintu mobil tertutup keras. Air mata yang telah Septha tahan akhirnya jatuh juga.

'Seumur hidup ini? Karl, di antara kita, memang sudah nggak ada yang tersisa lagi ....'

Setelah memikirkan itu, Septha mengeluarkan ponselnya dan mengirim pesan ke pengacaranya.

[ Tolong langsung berangkat ke lokasi konferensi pers. Umumkan secara terbuka bahwa aku dan Karl resmi bercerai. ]

Selesai mengirim pesan, dia mendongak menatap sopir. "Ke bandara."

....

Sejam kemudian, Septha baru saja duduk di dalam pesawat pribadi yang disiapkan oleh ibu angkatnya. Dia pun mendapati ponselnya penuh dengan puluhan panggilan tak terjawab dari Karl, juga ada banyak pesan masuk.

[ Konferensi pers dimulai setengah jam lagi. Septha, kamu di mana? ]

[ Septha, jangan salahkan aku karena nggak mengingatkanmu. Kalau kamu nggak muncul hari ini, aku nggak akan pernah menyentuhmu lagi sedikit pun! ]

[ Septha, sebenarnya kamu di mana! ]

Wajah Septha sama sekali tak menunjukkan emosi. Dia mematikan ponsel, lalu mencabut kartu SIM dan membuangnya.

Saat pesawat mulai bergerak di landasan, dia memejamkan mata.

'Selamat tinggal, Karl. Selamat tinggal, ayah dan ibu kandungku. Empat tahun lalu, hidup kita nggak pernah bersinggungan. Mulai hari ini, kita pun nggak akan pernah terikat lagi.'
Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Pinakabagong kabanata

  • Putri Tertukar Dambaan Suamiku   Bab 25

    Septha terpaku di tempatnya. Karl ternyata benar-benar telah meninggal dunia.Negara Tuvalu. Pemakaman.Septha menatap foto hitam putih Karl yang terpahat di batu nisan, ekspresinya sulit dijelaskan. Dia tidak menyangka, setelah perpisahan mereka enam bulan lalu, pertemuan berikutnya mereka telah berada di alam yang berbeda.Melihat ekspresinya, ibu angkat yang berdiri di sampingnya akhirnya berkata, "Septha, kamu marah padaku, nggak ?""Waktu itu Karl memang pernah menyuruh orang untuk menyampaikan pesan padamu. Dia bilang, kecuali kamu mau memberinya anak, dia nggak akan menjalani terapi sel punca.""Tapi, saat itu kamu bilang kamu nggak peduli apakah dia hidup atau mati, jadi aku mengambil keputusan sendiri dan nggak menyampaikan pesannya. Kalau kamu ingin menyalahkan seseorang, salahkan aku saja."Septha akhirnya tersadar dari lamunannya, lalu tersenyum pada ibu angkatnya."Kenapa Ibu bilang begitu? Waktu itu Ibu sudah menyampaikan semuanya dengan sangat jelas. Aku sendiri yang bil

  • Putri Tertukar Dambaan Suamiku   Bab 24

    Keesokan harinya.Di Idalia.Septha baru saja bangun dari tidurnya ketika ibu angkatnya tiba-tiba masuk ke kamar dengan raut wajah yang tampak rumit.Septha mengangkat kepala dan bertanya, "Ibu, ada apa?"Ibu angkatnya ragu sejenak, lalu akhirnya berkata dengan suara pelan, "Ada pesan dari Karl dari Negara Tuvalu. Dia memintaku menyampaikannya padamu."Septha tertegun sejenak. Namun di detik berikutnya, dia langsung berkata tanpa ragu-ragu, "Aku nggak mau dengar."Tatapan ibu angkatnya sedikit goyah. "Septha, kamu yakin?"Sejujurnya, saat pertama kali mendengar bahwa Karl menitipkan pesan untuk Septha, dia sendiri juga ingin langsung menolaknya. Namun saat dia mengetahui isi pesan itu, dia juga ikut tertegun.Tak disangka, Karl ternyata mengidap penyakit mematikan. Yang lebih mengejutkan lagi, pria itu berkata dengan kejam bahwa kecuali Septha bersedia kembali ke sisinya dan mau melahirkan anak untuknya, dia tidak akan menjalani terapi sel punca.Itu benar-benar seperti mengancam Septh

  • Putri Tertukar Dambaan Suamiku   Bab 23

    Karl langsung dibawa untuk menjalani pemeriksaan dan hasilnya mengejutkan semua orang. Karl didiagnosis mengidap kanker. Jenis kankernya sangat tersembunyi, sehingga saat ditemukan, kondisinya sudah berada di stadium akhir.Wajah dokter tampak sangat serius."Pak Karl, untuk kanker ini, metode pengobatan terbaik saat ini adalah terapi sel punca. Idealnya, Anda memiliki seorang anak. Dalam proses kehamilan, kami bisa mengambil sejumlah sel punca untuk digunakan dalam pengobatan Anda.""Tenang saja, prosedur ini tidak akan membahayakan kesehatan sang anak."Karl tertegun. Sementara itu, kedua orang tua kandungnya telah datang bersama Gisella.Begitu Gisella mendengar bahwa Karl mengidap penyakit mematikan, dia langsung panik dan nyaris kehilangan kendali. Dia tidak lagi memedulikan segala pertengkaran mereka sebelumnya dan buru-buru berkata, "Aku yang akan melahirkan untukmu!"Gisella mencengkeram tangan Karl erat-erat. "Karl, kamu nggak perlu menikah denganku, nggak perlu memberiku janj

  • Putri Tertukar Dambaan Suamiku   Bab 22

    Tentang penculikan yang terjadi waktu itu, sebenarnya sangat sedikit orang yang tahu kebenarannya. Bahkan saudara-saudara Karl pun mengira bahwa penculikan itu memang direncanakan oleh Karl sendiri. Namun, kenyataannya tidak sesederhana itu.Memang, awalnya Karl benar-benar merencanakan sebuah penculikan. Namun, yang tidak dia perkirakan adalah, rencananya disaabotase di tengah jalan.Sekelompok penculik sungguhan mengetahui rencana tersebut, lalu menyusup dan menggagalkan para penculik bayaran yang sudah disiapkan Karl. Mereka benar-benar menculik Gisella dan Septha.Jadi, ketika akhirnya pasangan Keluarga Salim memilih untuk menyelamatkan Gisella dan meninggalkan Septha, saat itu Septha memang benar-benar dalam bahaya. Para penculik itu kejam dan berniat membunuhnya.Saat Karl tahu, dia menerobos ke sarang penculik tanpa menghiraukan bahaya. Dia tertusuk tiga kali dan nyaris kehilangan nyawanya demi menyelamatkan Septha.Mengingat kejadian itu, Karl sempat termenung.Selama bertahun-

  • Putri Tertukar Dambaan Suamiku   Bab 21

    Wajah Karl akhirnya berubah saat ini."Tunggu, Septha, kamu tahu ....""Ya, aku tahu semuanya," potong Septha dengan dingin."Aku tahu kamau menikah denganku hanya demi kepentingan keluarga. Aku juga tahu sudah lama kamu ingin menceraikanku, ingin membuatku menjadi wanita yang dibuang, hanya untuk membalas dendam karena aku merebut posisi putri Keluarga Salim. Tapi, Karl ...."Septha menampilkan senyum getir."Aku hanya ingin bertanya satu hal. Dulu, saat aku tersesat, apa itu salahku? Empat tahun lalu waktu Keluarga Salim menemukanku kembali, apakah itu keinginanku?""Termasuk pertunangan kita ... semua itu adalah keputusan antara Keluarga Salim dan Keluarga Arisona, apa hubungannya denganku?"Sejak awal, setiap keputusan kalian paksakan padaku. Tapi kenapa, pada akhirnya malah aku yang disalahkan?"Septha menatap Karl dan akhirnya mengajukan pertanyaan yang selama ini membebani hatinya. "Karl, sebenarnya, apa kesalahan yang telah aku perbuat?"Karl menatap wajah wanita di depannya ya

  • Putri Tertukar Dambaan Suamiku   Bab 20

    "Apa kamu bilang?" Raut wajah Karl langsung berubah drastis. Barulah dokter itu mulai menceritakan apa yang sebenarnya terjadi hari itu dengan gugup.Setelah selesai menjelaskan, dia buru-buru mencoba membela diri. "Pak Karl, ini bukan karena aku nggak ingin memberi tahu Bapak. Nyonya langsung membeli rumah sakit kami. Aku benar-benar nggak berani melawan perintahnya, jadi aku nggak bisa menyampaikan hal ini kepada Bapak."Dokter itu mati-matian berusaha menjelaskan, tapi Karl sudah tidak mendengar apa-apa lagi.Tubuhnya goyah hingga melangkah mundur satu langkah. Dalam sekejap, dia seperti baru menyadari kenyataan sepenuhnya ....Septha ... sudah berniat bercerai sejak saat itu? Tapi kenapa? Kenapa dia begitu ngotot untuk pergi?Karl akhirnya tidak bisa lagi menahan diri. Dia berdiri di depan hotel tempat Septha menginap. Dia menunggu selama tiga hari tiga malam. Hingga akhirnya, saat Septha dan rombongannya hendak meninggalkan Negara Tuvalu, dia melihat mereka.Begitu melihat Karl, p

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status