Share

BAB 2. TERUSIR DARI KAMAR SENDIRI

  Adelia tak bergeming dari tempatnya duduk. Dipeluknya kedua lutut, serta dibenamkan wajahnya di sana. Dia menangis, mengeluarkan sesak yang begitu menghimpit dada.

Pintu kamar terbuka kembali dan muncul Arga dari sana. Adelia yang baru saja ingin menoleh ke arah pintu itu, jadi terkejut karena tiba-tiba Arga melemparkan dua koper besar ke hadapannya.

"Itu semua barang-barang kamu yang ada di kamar ini! Silahkan bawa ke kamar lain, dan mulai saat ini, kamu tidak berhak lagi untuk masuk ke kamar ini!" bentak Arga.

Adelia tidak menjawab apapun, dia hanya diam dan memandangi dua koper yang ada di hadapannya. Hatinya terlalu sakit, perasaan yang selama ini tumbuh subur untuk Arga, kini sudah berubah menjadi sayatan-sayatan luka tak kasat mata. Tidak ada sedikitpun keinginan Adelia untuk menjawab. Seketika itu juga hatinya telah mati untuk laki-laki yang ada di depannya.

"Del, aku akan tetap menyayangi kamu seperti sebelum-sebelumnya. Tapi aku mohon sama kamu, tolong bersikap baik ke Indah. Dia itu adik madumu, calon Ibu dari anakku, yang akan jadi anakmu juga nantinya. Kita bisa bahagia bersama Del, asal kamu bisa menerima Indah dan bayi yang ada dalam kandungannya." ucap Arga dengan lembut, sambil mengelus kepala Adelia.

Adelia masih tidak bergeming. Rasanya sudah sangat malas untuk berbicara dengan laki-laki yang tidak tau diri itu.

Arga pun tidak lagi bicara, dia langsung kembali ke kamar dan mengunci pintunya. Sementara Adelia kembali membenamkan wajahnya ke lutut, dan terlena oleh rasa sakit yang bertubi-tubi itu.

"Mama, Papa, Adel kangen kalian. Ingin rasanya dipeluk sama Mama dan Papa. Adel sedih, udah gak punya siapa-siapa lagi. Bawa Adel bersama kalian Pah, Mah." bisik Adel dalam isak tangisnya.

Adelia yang kelelahan karena banyak menangis dan juga beban pikiran yang terlalu berat, akhirnya tertidur dalam posisi duduknya. Entah berapa lama dia tertidur, tau-tau badannya digoyang-goyang kan seseorang dengan kasar, perlahan dia membuka matanya, dan tampaklah Indah di depannya.

"Heh, ngapain tidur di depan kamarku? Merusak pemandangan saja. Cepat bangun! Pergi dari sini dan bawa barang-barang kamu!" hardik Indah.

Adelia yang sudah lelah, merasa malas untuk berdebat lagi, tak ada gunanya. Dia hanya menurut apa yang dikatakan Indah. Lalu bangun dan membawa dua kopernya ke kamar tamu yang ada di lantai satu.

Indah yang melihat itu pun kegirangan karena mengira Adelia takut padanya. Dia mengikuti kakak madunya itu ke kamar tamu , dan tampaklah Adelia sedang duduk di tepi tempat tidur. 

Tanpa permisi, Indah langsung masuk dan berteriak," Siapa yang menyuruhmu untuk duduk hah! Sekarang juga kamu pergi ke dapur dan siapkan hidangan untuk makan malam kami!" bentak Indah.

Adelia langsung berdiri dan tak menjawab sepatah kata pun. Dia berjalan ke arah Indah yang berdiri di dekat pintu. Tanpa berkata apa-apa Adelia langsung menarik tangan perempuan itu dan mendorongnya keluar kamar.

Indah yang tidak siap akhirnya terlempar hingga jatuh ke lantai, dan berteriak kesakitan.

"Ah! Sakit bego!" bentaknya.

"Bagus kalau masih bisa merasakan sakit, itu artinya kamu masih hidup! Dari pada bisa berjalan tapi seperti bangkai sudah tujuh hari, busuk!" dengus Adelia.

Brak! Pintu ditutup dengan sangat keras oleh Adelia, dan hal itu membuat Indah semakin emosi.

Perempuan itu berusaha berdiri sambil memegangi perutnya yang terasa sakit. Tiba-tiba dia merasakan ada yang mengalir di pahanya, serta rasa sakit yang semakin luar biasa di perutnya.

"Mas Arga tolong! sakit banget, ah!" teriak Indah.

Arga yang mendengar teriakan Indah pun segera keluar dari kamarnya. Dia sangat terkejut melihat darah yang sudah mengalir di kaki Indah.

"Sayang, kamu kenapa? Kenapa ada darah?" tanya Arga cemas.

"Mas, sakit banget!" rintih Indah.

"Kita langsung ke rumah sakit saja sekarang. Jangan sampai kandunganmu kenapa-kenapa!" tegas Arga dan segera membawa Indah ke mobil, dan membaringkannya di jok belakang.

"Kamu tunggu sebentar, aku ambil kunci sama dompet dulu." lanjutnya, kemudian segera berlari kembali ke kamar dan tak berapa lama Arga kembali dan langsung menjalankan mobilnya.

Setelah mendengar mobil Arga menjauh, Adelia segera keluar dari kamar yang dia tempati dan masuk ke kamar utama, yang kini menjadi kamar Arga dan Indah.

"Aku harus mengambil semua surat-surat penting yang aku simpan dikamar ini," gumam Adelia. 

Dia pun segera membuka brankas yang ternyata password nya belum diganti sama Arga. Dengan mudah wanita itu bisa membuka brankas dan langsung mengeluarkan semua isinya.

"Aku harus segara menyimpan semua di luar rumah ini. Di sini sudah tidak ada tempat yang aman untuk menyimpannya," ucap pelan Adelia.

Saat sedang mengambil sertifikat rumah itu, tanpa sengaja mapnya terbuka dan tampak di sana kalau nama pemilik rumah sudah berganti menjadi atas nama Arga.

"Dasar laki-laki kurang ajar! Dia diam-diam sudah mengganti nama pemilik rumah ini menjadi atas nama dia! Pantas saja sekarang sudah berani macam-macam sama aku! Tidak akan aku biarkan harta peninggalan orang tuaku dikuasai oleh iblis itu!" geram Adelia.

Dia segera membereskan semua isi brankas tanpa ada yang tertinggal, dan dengan cepat membawanya keluar dari rumah itu. Dia harus segera kembali sebelum Arga dan perempuan itu pulang. tujuannya sekarang adalah Bank, ya dia akan menitipkan barang-barang itu di sana. Tidak ada lagi yang bisa dia percaya, selain dirinya sendiri.

Setelah menitipkan semua barang berharga  miliknya, Adelia segera pulang dan kembali mengunci diri di dalam kamar tamu.

Sementara Arga murka, setelah tau Indah kehilangan bayinya," Semua ini gara-gara perempuan mandul itu! Awas kamu Adelia! Lihat saja, aku akan membuatmu merasakan penderitaan yang tidak akan pernah bisa kamu lupakan seumur hidup kamu!" geram Arga.

Dia dengan cepat pergi meninggalkan rumah sakit, dan pulang ke rumahnya. Dalam hatinya, dia ingin sekali menghajar Adelia, membuatnya menyesal karena telah membuat Indah keguguran.

Tak lama kemudian, mobil sudah terparkir di halaman rumahnya. Arga segera turun dan berjalan cepat masuk ke rumah,"Adelia ... keluar kamu!" teriaknya. 

Tidak ada jawaban apa pun dari Adelia, karena itu dia pun menuju ke kamar tamu dan menggedor pintunya, "Adelia! Keluar kamu wanita sialan!" murkanya. Brak! Brak! Arga terus menggedor pintu dengan sekuat tenaga. 

Adelia yang berada di dalam kamar hanya duduk tak bergeming di tempat tidur, tanpa ada niat untuk membuka pintu sama sekali, sementara Arga yang di luar semakin marah karena tak ada respon dari dalam.

"Heh wanita mandul, keluar kamu! Atau aku dobrak pintunya!" geramnya, emosinya sudah memuncak.

Tidak menunggu waktu lagi, Arga langsung mendobrak pintu itu, dan akhirnya pada tendangan ketujuh pintu pun terbuka. Dengan cepat Arga masuk ke kamar dan semakin murka saat melihat Adelia yang duduk tak bergeming di tempat tidurnya.

"Bangun perempuan sialan, akan aku kasih kamu pelajaran berharga yang tak akan pernah bisa kamu lupakan seumur hidupmu!" bentak Arga.

Adelia tetap terdiam, hingga hal itu semakin menyulut api amarah di hati Arga.

Ditariknya tangan perempuan itu dan didorong hingga jatuh ke lantai. Buk! Adelia jatuh telungkup dan bibirnya berdarah. Tapi dia masih tetap diam, tak ada komentar apapun. Arga semakin sewot, akhirnya menjambak rambut wanita itu dan memakinya.

"Perempuan sialan! sudah mandul kebanyakan tingkah! Kamu senang kan sekarang,Karena Indah kehilangan bayinya? dan kamu akan mendapatkan balasannya dariku!" bentak Arga lagi.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status