Beranda / Rumah Tangga / RACUN BERUPA MADU / BAB 2. TERUSIR DARI KAMAR SENDIRI

Share

BAB 2. TERUSIR DARI KAMAR SENDIRI

Penulis: Milla Dwi
last update Terakhir Diperbarui: 2023-07-24 14:41:03

  Adelia tak bergeming dari tempatnya duduk. Dipeluknya kedua lutut, serta dibenamkan wajahnya di sana. Dia menangis, mengeluarkan sesak yang begitu menghimpit dada.

Pintu kamar terbuka kembali dan muncul Arga dari sana. Adelia yang baru saja ingin menoleh ke arah pintu itu, jadi terkejut karena tiba-tiba Arga melemparkan dua koper besar ke hadapannya.

"Itu semua barang-barang kamu yang ada di kamar ini! Silahkan bawa ke kamar lain, dan mulai saat ini, kamu tidak berhak lagi untuk masuk ke kamar ini!" bentak Arga.

Adelia tidak menjawab apapun, dia hanya diam dan memandangi dua koper yang ada di hadapannya. Hatinya terlalu sakit, perasaan yang selama ini tumbuh subur untuk Arga, kini sudah berubah menjadi sayatan-sayatan luka tak kasat mata. Tidak ada sedikitpun keinginan Adelia untuk menjawab. Seketika itu juga hatinya telah mati untuk laki-laki yang ada di depannya.

"Del, aku akan tetap menyayangi kamu seperti sebelum-sebelumnya. Tapi aku mohon sama kamu, tolong bersikap baik ke Indah. Dia itu adik madumu, calon Ibu dari anakku, yang akan jadi anakmu juga nantinya. Kita bisa bahagia bersama Del, asal kamu bisa menerima Indah dan bayi yang ada dalam kandungannya." ucap Arga dengan lembut, sambil mengelus kepala Adelia.

Adelia masih tidak bergeming. Rasanya sudah sangat malas untuk berbicara dengan laki-laki yang tidak tau diri itu.

Arga pun tidak lagi bicara, dia langsung kembali ke kamar dan mengunci pintunya. Sementara Adelia kembali membenamkan wajahnya ke lutut, dan terlena oleh rasa sakit yang bertubi-tubi itu.

"Mama, Papa, Adel kangen kalian. Ingin rasanya dipeluk sama Mama dan Papa. Adel sedih, udah gak punya siapa-siapa lagi. Bawa Adel bersama kalian Pah, Mah." bisik Adel dalam isak tangisnya.

Adelia yang kelelahan karena banyak menangis dan juga beban pikiran yang terlalu berat, akhirnya tertidur dalam posisi duduknya. Entah berapa lama dia tertidur, tau-tau badannya digoyang-goyang kan seseorang dengan kasar, perlahan dia membuka matanya, dan tampaklah Indah di depannya.

"Heh, ngapain tidur di depan kamarku? Merusak pemandangan saja. Cepat bangun! Pergi dari sini dan bawa barang-barang kamu!" hardik Indah.

Adelia yang sudah lelah, merasa malas untuk berdebat lagi, tak ada gunanya. Dia hanya menurut apa yang dikatakan Indah. Lalu bangun dan membawa dua kopernya ke kamar tamu yang ada di lantai satu.

Indah yang melihat itu pun kegirangan karena mengira Adelia takut padanya. Dia mengikuti kakak madunya itu ke kamar tamu , dan tampaklah Adelia sedang duduk di tepi tempat tidur. 

Tanpa permisi, Indah langsung masuk dan berteriak," Siapa yang menyuruhmu untuk duduk hah! Sekarang juga kamu pergi ke dapur dan siapkan hidangan untuk makan malam kami!" bentak Indah.

Adelia langsung berdiri dan tak menjawab sepatah kata pun. Dia berjalan ke arah Indah yang berdiri di dekat pintu. Tanpa berkata apa-apa Adelia langsung menarik tangan perempuan itu dan mendorongnya keluar kamar.

Indah yang tidak siap akhirnya terlempar hingga jatuh ke lantai, dan berteriak kesakitan.

"Ah! Sakit bego!" bentaknya.

"Bagus kalau masih bisa merasakan sakit, itu artinya kamu masih hidup! Dari pada bisa berjalan tapi seperti bangkai sudah tujuh hari, busuk!" dengus Adelia.

Brak! Pintu ditutup dengan sangat keras oleh Adelia, dan hal itu membuat Indah semakin emosi.

Perempuan itu berusaha berdiri sambil memegangi perutnya yang terasa sakit. Tiba-tiba dia merasakan ada yang mengalir di pahanya, serta rasa sakit yang semakin luar biasa di perutnya.

"Mas Arga tolong! sakit banget, ah!" teriak Indah.

Arga yang mendengar teriakan Indah pun segera keluar dari kamarnya. Dia sangat terkejut melihat darah yang sudah mengalir di kaki Indah.

"Sayang, kamu kenapa? Kenapa ada darah?" tanya Arga cemas.

"Mas, sakit banget!" rintih Indah.

"Kita langsung ke rumah sakit saja sekarang. Jangan sampai kandunganmu kenapa-kenapa!" tegas Arga dan segera membawa Indah ke mobil, dan membaringkannya di jok belakang.

"Kamu tunggu sebentar, aku ambil kunci sama dompet dulu." lanjutnya, kemudian segera berlari kembali ke kamar dan tak berapa lama Arga kembali dan langsung menjalankan mobilnya.

Setelah mendengar mobil Arga menjauh, Adelia segera keluar dari kamar yang dia tempati dan masuk ke kamar utama, yang kini menjadi kamar Arga dan Indah.

"Aku harus mengambil semua surat-surat penting yang aku simpan dikamar ini," gumam Adelia. 

Dia pun segera membuka brankas yang ternyata password nya belum diganti sama Arga. Dengan mudah wanita itu bisa membuka brankas dan langsung mengeluarkan semua isinya.

"Aku harus segara menyimpan semua di luar rumah ini. Di sini sudah tidak ada tempat yang aman untuk menyimpannya," ucap pelan Adelia.

Saat sedang mengambil sertifikat rumah itu, tanpa sengaja mapnya terbuka dan tampak di sana kalau nama pemilik rumah sudah berganti menjadi atas nama Arga.

"Dasar laki-laki kurang ajar! Dia diam-diam sudah mengganti nama pemilik rumah ini menjadi atas nama dia! Pantas saja sekarang sudah berani macam-macam sama aku! Tidak akan aku biarkan harta peninggalan orang tuaku dikuasai oleh iblis itu!" geram Adelia.

Dia segera membereskan semua isi brankas tanpa ada yang tertinggal, dan dengan cepat membawanya keluar dari rumah itu. Dia harus segera kembali sebelum Arga dan perempuan itu pulang. tujuannya sekarang adalah Bank, ya dia akan menitipkan barang-barang itu di sana. Tidak ada lagi yang bisa dia percaya, selain dirinya sendiri.

Setelah menitipkan semua barang berharga  miliknya, Adelia segera pulang dan kembali mengunci diri di dalam kamar tamu.

Sementara Arga murka, setelah tau Indah kehilangan bayinya," Semua ini gara-gara perempuan mandul itu! Awas kamu Adelia! Lihat saja, aku akan membuatmu merasakan penderitaan yang tidak akan pernah bisa kamu lupakan seumur hidup kamu!" geram Arga.

Dia dengan cepat pergi meninggalkan rumah sakit, dan pulang ke rumahnya. Dalam hatinya, dia ingin sekali menghajar Adelia, membuatnya menyesal karena telah membuat Indah keguguran.

Tak lama kemudian, mobil sudah terparkir di halaman rumahnya. Arga segera turun dan berjalan cepat masuk ke rumah,"Adelia ... keluar kamu!" teriaknya. 

Tidak ada jawaban apa pun dari Adelia, karena itu dia pun menuju ke kamar tamu dan menggedor pintunya, "Adelia! Keluar kamu wanita sialan!" murkanya. Brak! Brak! Arga terus menggedor pintu dengan sekuat tenaga. 

Adelia yang berada di dalam kamar hanya duduk tak bergeming di tempat tidur, tanpa ada niat untuk membuka pintu sama sekali, sementara Arga yang di luar semakin marah karena tak ada respon dari dalam.

"Heh wanita mandul, keluar kamu! Atau aku dobrak pintunya!" geramnya, emosinya sudah memuncak.

Tidak menunggu waktu lagi, Arga langsung mendobrak pintu itu, dan akhirnya pada tendangan ketujuh pintu pun terbuka. Dengan cepat Arga masuk ke kamar dan semakin murka saat melihat Adelia yang duduk tak bergeming di tempat tidurnya.

"Bangun perempuan sialan, akan aku kasih kamu pelajaran berharga yang tak akan pernah bisa kamu lupakan seumur hidupmu!" bentak Arga.

Adelia tetap terdiam, hingga hal itu semakin menyulut api amarah di hati Arga.

Ditariknya tangan perempuan itu dan didorong hingga jatuh ke lantai. Buk! Adelia jatuh telungkup dan bibirnya berdarah. Tapi dia masih tetap diam, tak ada komentar apapun. Arga semakin sewot, akhirnya menjambak rambut wanita itu dan memakinya.

"Perempuan sialan! sudah mandul kebanyakan tingkah! Kamu senang kan sekarang,Karena Indah kehilangan bayinya? dan kamu akan mendapatkan balasannya dariku!" bentak Arga lagi.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • RACUN BERUPA MADU   Bab 119 : Ending

    Waktu berjalan sangat cepat, kini Rani dan Gita sudah lulus SMA, dan akan melanjutkan ke perguruan tinggi tempat Azim dan Azzam dulu menuntut ilmu.Dua laki-laki kembar itu sudah selesai dengan kuliahnya, Azim mengambil alih Delia Group, karena Ayah Arga ingin pensiun lebih cepat. Sementara Azzam menjadi CEO di kantor pusat Samudra Group."Mi, gimana persiapan resepsinya?" tanya Azzam, suatu sore saat dia pulang kantor lebih awal."Sudah tujuh puluh persen. Tinggal undangan sama catering yang belum. Untuk gaunnya, kalian datang sendiri ke butik, supaya bisa menyesuaikan yang pas buat kalian.""Terima kasih ya Mi, Mami memang the best."Adelia tersenyum, sambil menepuk-nepuk punggung Azzam yang sedang memeluknya."Oh ya, dimana duo menantu kesayangan Mami itu?"Karena sejak pulang tadi, Azzam sama sekali tidak melihat kehadiran sang istri."Lagi belajar bareng Gita di balkon kamar Gita.""Kalau begitu aku mandi dulu ya Mi."Adelia hanya menjawab dengan anggukan kepala. Dan Azzam pun pe

  • RACUN BERUPA MADU   Bab 118 : Pernikahan Rani Dan Azzam.

    "Jadi bagaimana?" tanya Azzam lagi. "Apanya?" tanya Rani bingung."will you marry me?"Sejenak Rani menunduk, tapi wajahnya sudah merah merona menahan malu dan bahagia. " Ya, aku bersedia."Begitu mendengar jawaban Rani, semua orang bersorak gembira. Begitu juga dengan Azzam, dia bersorak dan akan memeluk Rani, tetapi sebuah tangan langsung mencegahnya, "Halalkan dulu, bru boleh peluk anak Abah."Ternyata Ayah Rani dan Ibu tirinya sudah berdiri di dekat dua sejoli itu. Dan Abah langsung menjewer telinga Azzam, sehingga membuat semua orang tertawaan melihat tingkah kedua orang itu."Pak Syafiq, minta nikahkan saja mereka sekarang juga. Aku takut anakku bunting duluan sebelum dihalalkan oleh anakmu." ucap Abah."Setuju Bah, semua sudah siap tinggal menunggu pengantinnya di make over dulu." jawab Syafiq, yang membuat semua orang tersenyum, termasuk sepasang calon pengantin itu."Papi, kok make over sih?" "Lah terus apaan dong itu namanya yang dibikin cantik?""Make up Papi." sela Adel

  • RACUN BERUPA MADU   Bab 117 : Cinta Untuk Rani.

    "Adik saya bernama Gita Indira, dia kelas tiga SMA, satu kelas dengan Rani, ada Azani Baskara dan Azahra Salsabila, mereka kelas tiga SMP di yayasan ini juga."Seketika raut wajah Pak Kepala Sekolah menegang, tangannya gemetaran. "A ... apakah Anda Nak Azim Baskara Samudra?"Azim mengangguk sambil tersenyum ramah, tapi masih dengan mode diamnya."Berarti Adik Anda Gita Indira Baskara Samudra, Azani Baskara Samudra, dan Azahra Salsabila Samudra?"Azim kembali mengangguk, hal itu membuat Pak KepSek semakin pucat pasi."Oh ya Tuhan." gumamnya penuh kegugupan. Beliau akhirnya memanggil Guru BP, untuk mengurus hukuman yang pantas untuk Nana dan teman-temannya. Setelah ke empat anak itu dibawa ke ruang BP, Pak KepSek langsung meminta maaf kepada Azim dan Rani."Nak Azim, saya meminta maaf atas kelalaian saya dalam mengawasi murid-murid di sini. Bahkan saya tidak pernah tau kalau di sekolah ini terdapat anak-anak hebat dari keluarga Samudra. Siapa yang sangka jika Pak Azzam, yang bekerja ja

  • RACUN BERUPA MADU   Bab 116 : Preman Sekolah

    Azzam terkekeh mendengar ucapan sarkas gadis di depannya. Tidak di sangka kalau Rani akan mengejarnya sampai parkiran."Hai muridku yang tersayang." jawab Azzam, dan spontan membuat raut wajah Rani jadi merah merona."Maaf Kak, cuma mau ngasih ini buat Kakak." ucap Rani, seraya menyodorkan box berwarna biru. "Ini tadi pagi aku buat sendiri, sebagai ucapan terima kasih karena kemarin sudah dibelikan buku yang dibutuhkan." lanjutnya.Kemarin secara tak sengaja bertemu dengan Azzam di toko buku, dan malunya saat mau bayar ternyata dompet Rani tidak ada dalam tasnya. Tadinya Rani mau kembalikan saja bukunya, akan tetapi Azzam tiba-tiba datang mau bayar buku juga, alhasil buku miliknya dibayarkan sekalian sama lelaki itu.Azzam terkekeh, "Jadi kamu sudah tau nih, kalau hari ini aku ngajar di sini?" godanya."Tidak! Tadinya ini mau aku titipkan ke Gita, tapi karena Kakak ada di sini, jadi ya diberikan langsung saja ke kakak."Azzam mengulurkan tangannya untuk menerima pemberian Rani itu. "

  • RACUN BERUPA MADU   Bab 115 : Pak Guru Idola Baru.

    "Aku pernah beberapa kali lihat Gita diantar oleh Pak Azzam, bersama dua anak kembar laki-laki dna perempuan berseragam SMP, di sini juga." terang gadis itu."Wah, adiknya cakep juga gak yang cewek?" tanya teman laki-laki, yang duduk di depan gadis itu."Cantik banget, hidungnya mancung, wajahnya agak mirip orang timur tengah." urai gadis itu lagi."Wah, boleh juga aku pacarin adikmu ya Git." celoteh beberapa anak laki-laki.Gita sama Rani hanya diam dan saling lempar pandang, bingung mau menyikapinya bagaimana. "Kalian sudah pesan makanan?" Tiba-tiba sebuah suara bariton menyela obrolan para murid di kantin. Dan tanpa permisi, dia langsung duduk di sebelah Rani, dan berhadapan dengan Gita."Belum!" jawab Gita."Baru juga duduk, sudah dikerubuti sama penggemar Pak Azzam." seloroh Rani.Azzam terkekeh, dia lalu berjalan menuju stain makanan, dan pesan tiga porsi baso. Dia tau kedua gadis di depannya itu pecinta baso. Karena seringkali Gita dan Rani minta makan baso setiap kal diajak

  • RACUN BERUPA MADU   Bab 114 : Guru Pengganti

    Seketika kelas menjadi hening, semua mata menatap intens lelaki tampan yang berdiri di samping Bu Dinar. Guru itu tersenyum manis, sambil mengelus perut buncitnya, karena sedang hamil tua."Anak-anak, mulai hari ini Ibu sudah ambil cuti, karena sebentar lagi akan melahirkan. Dan untuk sementara, Pak Guru tampan ini, akan menggantikan tugas Ibu, selama cuti."Semua murid perempuan bersorak riang, kecuali Gita dan Rani, yang masih terbengong menatap lelaki itu bingung."Silahkan perkenalkan diri Anda Pak Azzam." ucap Bu Dinar, mempersilahkan."Halo, selamat pagi semuanya. Perkenalkan, nama saya Azzam Baskara Samudra, biasa di panggil Azzam, atau kalian juga boleh panggil saya dengan panggilan yang lain. Saya di sini sebagai guru pengganti untuk Bu Dinar, jadi selama Beliau cuti, kalan akan bertemu dengan saya saat pelajaran Matematika. Apa ada pertanyaan?"Salah seorang murid mengangkat tangannya, lalu bertanya, "boleh minta nomer HP-nya gak Pak?"Yang lainnya ikutan bertanya, "Boleh

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status