Share

Kebencian Anakku

"Dok, bagaimana keadaan anak saya?" 

Segera kubangkit dari kursi tunggu, kala seorang pria berjas putih lengkap dengan sebuah kacamata yang bertengger di hidungnya, keluar dari tempat Panji di rawat.

Netraku masih berfokus pada dokter pria tersebut, menunggu jawabannya yang tak kunjung keluar.

Tak tahu 'kah dokter itu, bila jantungku semakin berdetak kencang, hingga keringat dingin sebesar biji jagung pun tak luput membanjir tubuh.

"Alhamdulillah, Panji sudah sadarkan diri dan dia meminta saya untuk menyampaikan keinginannya."

"Alhamdulillah," sahut semua orang secara bersamaan. 

Begitupun dengan diriku yang tak henti-hentinya mengucapkan syukur dalam hati seraya sesekali mengusap ujung mata yang berair.

"Apa keinginan anak saya, dok?" tanyaku cepat, tak sabar ingin kembali mendengar kabar baik lainnya lagi.

Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status