Beranda / Rumah Tangga / RANJANG PANAS KAKAK IPAR / Bab 01. Hubungan Yang Tak Halal

Share

RANJANG PANAS KAKAK IPAR
RANJANG PANAS KAKAK IPAR
Penulis: weni3

Bab 01. Hubungan Yang Tak Halal

Penulis: weni3
last update Terakhir Diperbarui: 2024-09-19 12:12:31

[Apa kamu tuli, Zoya? Sudah aku katakan jangan datang ke acara itu , tapi kamu masih saja nekat. Pulang kamu sekarang juga!]

Zoya menghela nafas berat saat membaca pesan yang suaminya kirimkan. Dia pun bergegas untuk segera pamit pulang pada rekan kerjanya yang lain.

Pesan dari Zein menjadi teguran dan perintah yang menakutkan yang mana tak bisa Zoya abaikan. Dia bergegas keluar dari tempat itu tetapi saat hendak membuka pintu ballroom, seseorang yang merupakan rekan kerjanya juga sedikit berlari menghentikan langkahnya.

"Zoya, kamu mau kemana?" tanyanya dengan wajahnya panik.

"Aku mau pulang. Duluan ya, aku buru-buru soalnya. Suami aku udah nungguin. Salam sama yang lain," jawab Zoya yang sekalian pamit kemudian segera pergi dari sana tapi kembali langkahnya tertahan.

"Eh tunggu dulu! Aku tadi lihat Pak Gama sakit. Kamu cepetan ke sana. Beliau ada di kamar nomor 125. Kasihan banget, Zoy."

"Emangnya sakit apa?" tanya Zoya bingung. Mana dia sedang buru-buru.

"Nggak ngerti, tapi kayaknya parah banget. Cepetan kamu ke sana! Aku nggak bisa jelasin sama kamu. Buruan, Zoya!"

Zoya pun bingung harus bagaimana. Gama sakit sedangkan Zein sudah memintanya untuk segera pulang. Tidak mungkin dia pulang bersama Gama. Mereka tidak terlalu dekat dan Zein pasti akan bertanya macam-macam meskipun suaminya sudah tau acara apa yang tengah dia hadiri.

[Aku tunggu setengah jam dari sekarang! Jika kamu tidak juga datang, maka aku tidak akan segan-segan menghukummu, Zoya!]

Kembali pesan dari Zein menghantui pikiran Zoya dan membuatnya bimbang. Dia harus segera pulang tapi belum sempat menolak. Orang itu sudah mendorongnya untuk bergegas pergi.

"Cepat Zoya!"

"Astaga bagaimana ini?" gumam Zoya bimbang dengan langkah tergesa menuju kamar sesuai dengan arahan dari rekan kerjanya tadi. Zoya melangkah cepat bahkan dia terlihat setengah berlari untuk sampai di kamar itu.

"Aku harus buru-buru jika tidak Mas Zein akan semakin marah padaku. Duh Kak Gama lagian sakit apa sich? Padahal aku tadi lihat dia baik-baik saja."

Zoya mengetuk pintu kamar yang tertera nomor 125 dengan tergesa. Berulang kali dia melihat ke arah ponselnya takut Zein kembali mengirimkan pesan sedangkan waktu pun terus berjalan.

Namun saat dirinya begitu cemas akan keadaan yang mendesak, pintu pun terbuka dan tiba-tiba tangannya ditarik oleh Gama hingga membuatnya tersentak.

"Kak!" pekik Zoya.

Belum habis keterkejutannya akan itu, dia kembali dibuat kaget ketika Gama mengunci pintu kemudian mendorongnya hingga membentur dinding. Gama pun mengungkungnya hingga ia sulit untuk melarikan diri.

Zoya berusaha memberontak tapi kedua tangannya diraih oleh Gama dan diangkat ke atas hingga posenya begitu menantang.

"Apa yang Kakak lakukan? Lepas Kak!" bentak Zoya yang tak terima dengan apa yang Gama lakukan padanya. Ada apa dengan pria itu? Kenapa tatapan mata Gama sayu dan terlihat seperti menginginkan sesuatu.

Mendadak jantung Zoya berdebar kenceng mendapati Gama yang mulai mengikis jarak padanya. Dia membuang muka saat Gama akan mencumbunya.

"Jangan Kak! Menyingkir dari hadapanku! Aku ini Zoya, adik ipar kamu Kak!"

Namun Gama seolah tuli. Pria itu kembali menyerang dengan memaksa mencumbunya dan semakin mengeratkan tangannya yang terus memberontak hingga ponselnya pun terjatuh.

"Brengsek kamu, Kak! Lepaskan aku, bajingan!"

Hancur sudah pertahanan Zoya saat Gama mampu membungkamnya dan menekan tubuhnya ke dinding hingga dia semakin tak bisa berkutik.

Sementara ponsel terus berdering hingga membuat pikiran dan hatinya semakin tak karuan. Zoya memejamkan kuat dengan bulir air mata yang tak lagi dapat ia bendung saat Gama terus mencumbu dengan sangat bergairah. Gama membawanya ke ranjang untuk menguasai tubuhnya lebih dalam.

"Jahat kamu, Kak!"

Keesokan paginya Zoya terbangun lebih dulu. Zoya meringis merasakan sakit di tubuhnya hingga perlahan kedua matanya mulai terbuka kala merasakan hal yang tak biasa.

Kedua mata Zoya terbelalak melihat Gama memeluknya dengan posesif. Seketika bayangan akan perlakuan buruk kakak ipar mematik amarah hingga Zoya mendorong tubuh Gama sampai ke pinggir ranjang. Pria itu pun terjaga sedangkan Zoya segera menarik selimut untuk menutupi tubuhnya yang masih polos.

Gama terjaga setelah merasakan itu. Pria itu terkejut melihatnya yang kembali menangis dan menatap penuh amarah. Bukan hanya tubuhnya saja yang sakit tapi hatinya pun sakit ulah laki-laki itu.

"Zoya, bagaimana bisa... " Gama menunduk melihat tubuhnya yang tanpa sehelai pakaian pun. "Sial!"

"Kamu sudah melecehkanku, Kak! Setan apa yang sudah merasukimu semalam? Sekarang aku kotor, aku hina karena kamu!" bentak Zoya disela tangisnya. Dia beranjak dari sana dan menyerang Gama yang hanya diam tanpa perlawanan dan sepatah kata pun yang terucap.

"Aku ini Zoya, istri dari adikmu tapi bisa-bisanya kamu melecehkanku seperti ini. Biadab kamu, Gama!" bentak Zoya yang belum puas untuk memaki.

Namun Gama sama sekali tidak melawannya padahal sudah sangat marah pada pria itu. Zoya semakin merasa hina karena Gama dengan santainya beranjak dan mengenakan pakaian tanpa memperdulikannya.

"Bajingan kamu, Gama!"

Zoya menarik selimut yang membalutnya kemudian mengambil pakaiannya yang berserakan di lantai dan membawanya masuk ke dalam kamar mandi.

Zoya pun memutuskan untuk segera pulang setelah dia lelah mamaki tetapi Gama tidak ada tanggapan sama sekali. Semakin hina saja dia saat ini.

Zoya pun semakin membenci pria itu. Di saat seperti ini pun dia kepikiran dengan suaminya, apa yang akan ia katakan pada Zein nanti. Kejadian semalam sangat menghancurkan harga dirinya.

"Tunggu Zoya!" Gama menahan tangan Zoya yang hendak keluar dari kamar hotel. Namun dengan cepat Zoya menepis tangan pria itu dan menatap tajam wajah Gama yang memperhatikannya.

"Jangan lagi menyentuhku, Gama! Jika ada manusia yang paling buruk, itu kamu! Pria bajingan yang pernah aku kenal!"

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (5)
goodnovel comment avatar
Isabella
pertama baca seruh ....
goodnovel comment avatar
Elios EliosBengkulu
seharus nya mendengarkan larangan sang suami agar tidak pergi ke acara pesta perusahaan itu lah dan si kakak ipar Zoya juga udah memperingatkan jangan asal mengambil minuman diacara itu
goodnovel comment avatar
OE EB Lib
bagus sekali
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • RANJANG PANAS KAKAK IPAR   Bab 165. Lagi, Mas!

    Zoya kembali merasakan apa yang sudah lama tidak ia rasakan. Sudah lama tidak ia terima setiap belaian lembut dari Gama. Rasa jantung berdebar kencang seiring dengan nafas yang menggebu meminta terus. Sekali sehat langsung merindukan. Apa mungkin hormon kehamilan yang tengah ia rasakan atau memang tubuhnya meminta ingin dimanja? Setiap sentuhan yang Gama berikan bak candu yang melekat dan tak terlupakan. Terlebih saat pria itu menyapa setiap inci yang terdalam hingga Zoya merasakan hisapan kuat menggetarkan raga. Ini luar biasa, Gama bergerak. lembut tetapi masih tetap berkesan untuk Zoya. Tidak ada yang berubah rasanya, malah tambah terkesan atas apa yang Gama lakukan. "Kelembutan tak membuatmu payah, Mas. Justru semakin membuatku menggila." "Nikmati saja Sayang! Katakan jika kurang nyaman!" Gama sangat berhati-hati sekali apalagi Zoya sedang berbadan tiga begini. Calon jabang bayi masin sangat kecil dan itu yang terus diingat oleh Gama agar tidak bar-bar. Permulaan

  • RANJANG PANAS KAKAK IPAR   Bab 164. Aku Merindukanmu, Mas

    "Jangan nangis Sayang! Ini semua untuk kamu. Kamu berhak mendapatkan apapun kejutan dari aku karena kamu spesial. Maaf kalau aku baru kasih ini, lain kali aku akan belikan yang lebih bagus dari ini." "Gunanya juga biar kalau aku kepepet nggak bisa sama kamu terus, kamu bisa kemana-mana dengan aman. Jangan sampai kejadian yang sebelumnya terjadi lagi." "Kamu Nyonya Gama jadi aku harus ekstra menjaga kamu. Nanti akan aku kasih satu pengawal sekaligus sopir yang kalau aku lagi nggak ada, kamu bisa minta tolong padanya." "Sampe segitunya, Mas!" Zoya menyurut air matanya. Apa saja kejutan yang Gama berikan selalu membuatnya menangis dan sangat-sangat terkesan karena dia merasa sangat diutamakan. "Aku nggak minta yang lebih mewah dari ini. Yang begini saja aku sudah sangat bersyukur banget. Udah cukup, Mas! Semua kamu kasih ke aku." "Ya karena kamu istri aku, Sayang." Gama mengusap air mata Zoya kemudian mengecup bibirnya. Kembali Zoya melihat dari atas, mobil yang masi

  • RANJANG PANAS KAKAK IPAR   Bab 163. Kunci

    Malam ini Zoya dan juga Gama makan malam bersama. Acara yang sudah lama mereka tidak lalui bersama. Bahkan Gama dan Zoya sudah lupa kapan terakhir mereka makan malam bersama. Kali ini yang melayani pun bukan Zoya melainkan Gama. Gama begitu telaten hingga membuat Zoya sangat terkesan sekali. Tak surut senyum dari kedua ujung bibir Zoya. "Mau pakai ini, Sayang?" tanya Gama dengan menunjukkan sayuran. "Eh sepertinya tidak perlu aku pertanyakan. Jelas kamu harus makan sayur, Sayang. Tidak boleh tidak!" "Kamu Mas! Kamu bertanya tetapi kamu juga yang menjawab." Zoya tersenyum dengan menggelengkan kepala. Terserah Gama saja. Bersyukur hamilnya ini tidak rewel. Zoya tidak merasakan payah sama sekali. Jadi tidak terlalu repot masalah makan. "Oke, ini Sayang. Dimakan Ibu ratu." Gama tersenyum menatap Zoya yang mencebik saat pria itu memanggil dengan panggilan Ibu Ratu. "Terimakasih Bapak Raja," balas Zoya kemudian mulai makan setelah sejenak berdoa terlebih dahulu. Zoya pun mulai

  • RANJANG PANAS KAKAK IPAR   Bab 162. Gila

    "Jadi Zoya sudah pulang? Kenapa Gama tidak mengabari Ibu ya? Padahal kita bisa menjenguk lagi. Ibu ingin sekali bertemu," ujar Nenek pada Sinta. "Kurang tau, Bu. Mungkin belum sempat. Nanti kapan kita ke rumah mereka saja. Tidak perlu khawatir! Masih banyak hari untuk menjenguk Zoya, Bu." "Iya betul, sekalian juga bertemu Sena. Apa kamu tidak rindu pada putrimu? Sejak menikah Sena belum pulang. Nanti bisa sekalian menginap di rumah ini dengan Zoya juga. Semoga mereka akur." Sinta tak menjawab, entah setiap kali membicarakan tentang Sena wanita paruh baya itu selalu memilih diam. Doa untuk Sena masih tersemat rapi, tapi untuk membahas lebih lanjut, Sinta enggan. "Mudah-mudahan, Bu." Nenek memperhatikan menentunya dengan lekat. Beliau seolah paham jika ada sesuatu yang tidak beres dengan Sinta. "Ada apa, Sinta? Apa ada masalah dengan Sena?" Sinta tersenyum miris mendengar itu. Ibu dari Sena itu menarik nafas dalam kemudian menatap kembali Nenek yang begitu terlihat i

  • RANJANG PANAS KAKAK IPAR   Bab 161. Anak Haram

    Zoya terkekeh saat Gama sangat terlihat marah sekali. Hanya bertanya tetapi rupanya apa yang ditanyakan membuat pria itu hawanya ingin ngamuk saja. Dia melihat Gama turun dan membelikan apa yang ia inginkan. Tawa yang berbau menjadi sebuah senyuman. Zoya memperhatikan Gama dengan hati yang menghangat. Zoya tau, Gama tidak pernah melakukan ini sebelumnya. Mengantri hanya demi sebuah rujak di tepi jalan. Zoya itu atasan yang apa-apa memerintah saat menginginkan hal yang tak mungkin dilakukan. Maklum, mengingat Gama adalah seorang pemimpin perusahaan besar yang banyak diketahui orang. Hal seperti ini tentunya tidak mungkin pria itu lakukan. Namun demi istrinya Gama mau melakukan itu. Zoya begitu terkesan melihat suaminya. Hanya saja tak banyak yang ia katakan. Hanya binar kebahagiaan terpancar begitu bangga pada Gama yang mau menuruti semua inginnya. "Ini Sayang." "Waahhh.... Banyak banget, Mas. Kamu beneran borong? Ish padahal tidak perlu begitu! Tapi.... Aku suka." Zoy

  • RANJANG PANAS KAKAK IPAR   Bab 160. Dua

    Hari ini terasa sedikit berta untuk Gama yang sedang menghadapi moodnya istri. Dari yang manja, mandiri, sampai banyak ingin, dan terakhir ngamukan. Sampai-sampai Gama pun memilih untuk tidak mengganggu. Gama membiarkan Zoya tidur dan menikmati satu malam lagi di rumah sakit. Padahal dari tatapan pria itu, Gama sangat ingin mendekati dan memeluk Zoya. Mengecup dan kembali manja-manjaan seperti sebelum sang istri sakit. Namun hal itu jauh dari ekspektasi. Bahkan sampai sudah mau pulang pun Gama masih saja mode sabar akan keinginan Zoya yang semakin aneh-aneh saja. "Mas make up aku mana? Kenapa di tas aku nggak ada?" tanya Zoya seraya mengobrak abrik isi tasnya. Sepertinya Zoya lupa jika sebelumnya sengaja tidak memasukkan banyak make up dan juga ada yang dia tinggal di kantor sebelum kejadian itu. Hanya tersisa lipstick saja yang masih tersisa dari banyaknya make up yang ia gunakan. Saking lamanya kritis hingga dinyatakan koma, membuat Zoya banyak lupanya. Masih harus l

  • RANJANG PANAS KAKAK IPAR   Bab 159. Ngambek

    Zoya akhirnya bisa menikmati makanan yang ia inginkan. Dia melirik Gama yang meringis saat dia menggigit kepingan jengkol. Rasanya sedap lebih sedap lagi seraya melihat Gama yang ngilu sendiri memperhatikannya. "Kalau tidak suka keluar dulu saja, Mas! Jangan di sini! Kamu menyiksa dirimu sendiri." "Kamu kenapa jadi bar-bar begini, Sayang? Astaga... Itu akan sangat... " "Stop, Mas! Jangan katakan bau lagi,oke! Aku ingin menikmati makanan ini tanpa ada kata bau. Kamu jangan mendekat jika tidak suka." Gampang bagi Zoya mengatakan itu tetapi tidak bagi Gama yang merindu, tapi kalau sudah bau begini apa Gama masih mau? Zoya makan dengan lahapnya. Kapan lagi bisa menikmati makanan senikmat ini. Zoya sendiri saja bingung kenapa dia begini. Namun tak ingin banyak pikiran, dia makan saja sampai menyisakan nasi yang tidak habis. "Mas buat kamu!" Zoya menyodorkan bungkusan yang masih menyisakan nasi dan juga telur dadar yang nikmatnya luar biasa tapi karena perut Zoya tidak muat

  • RANJANG PANAS KAKAK IPAR   Bab 158. Jengkol

    "Maaf sebelumnya, mungkin suatu keteledoran bagi kami jika ada yang terlewat, tapi memang semua bersifat urgent untuk menyelamatkan nyawa. Jadi harus bergerak ke cepat mengeluarkan peluru yang ada di dalam tubuh pasien." "Saya hanya menduga, tapi sebaiknya segera diperiksa. Hanya saja memang sebelumnya belum ada. Mungkin masih sangat baru. Untuk lebih lanjutnya seperti apa, bisa tanyakan langsung pada pada dokter khusus." "Baik, Dok." Tidak menyalahkan siapapun. Mungkin ini suatu hadiah dari Tuhan atas kesabaran mereka. Kesabaran Zoya menunggu, kesabaran Gama juga yang berusaha kuat untuk terus menemani sang istri. Semua hanya kuasa Tuhan. Yang terpenting sekarang Zoya sehat. Tak ada lagi yang Gama beratkan jika sudah melihat istrinya kembali pulih. "Tapi Dok, saat kejadian itu saya belum hamil. Kalau nggak salah beberapa hari setelah saya halangan." "Mungkin ada doa yang terselip dan baru diijabah. Kita tidak pernah tau akan apa yang terjadi ke depan. Bahkan untuk ko

  • RANJANG PANAS KAKAK IPAR   Bab 157. Nasi Padang

    "Persetan dengan pandangan orang lain, Sayang! Yang terpenting kamu istri aku. Apa kamu nggak yakin sama aku? Akun yang akan mengatasi semuanya. Kamu tenang saja!" sahut Gama. "Itu sama saja kamu mengorbankan dirimu, Mas! Kamu mengorbankan semuanya hanya untuk hal yang seharusnya tidak kamu lakukan!" "Tidak perduli! Setidaknya aku bisa balas dendam. Apa kamu takut aku akan jatuh miskin, Sayang?" tanya Gama dengan kedua alis terangkat. "Nggak gitu, Mas. Hanya saja orang akan menganggapmu itu plin-plan, orang akan menganggapmu itu licik, apa kamu tidak berpikir jika hal itu akan mempengaruhi pada pekerjaan kamu?" "Aku pastikan itu tidak akan terjadi, Zoya! Tapi jika itu terjadi, aku sudah siap demi kamu. Aku tidak takut akan apapun kecuali kamu meninggalkan aku." "Mas.... " Cup Gama menyapa bibir Zoya yang sejak tadi membuatnya pria itu gemas. Menyapa setelah lama tak berdua. Zoya pun tidak melarang, tidak juga menghindari dan justru terpejam menikmati. Sapuan lem

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status