Share

5 - Rencana Pindah

"Aku pakai mobil SUV warna merah," ujar Xevia sembari membuka jendela kendaraan roda empatnya.

"Baiklah. Aku akan mencarimu."

"Kau harus keluar dulu. Nanti kau pasti akan melihat mobilku. Oke?"

"Baik. Trims sudah mau repot menjemputku ke bandara. Aku rindu kalian."

"Aku merindukanmu." Xevia berucap lirih. Ia mengangkat kedua ujung bibir, lantas.

"Aku ingin bertemu segera denganmu."

"Maksudku BJ juga." Xevia buru-buru meralat agar tidak terjadi salah paham.

"Anak kita merindukanmu." Xevia pun mempertegas kembali sembari dilirikkan mata ke arah Jevon Davis, sang putra.

Balita berusia tiga tahun itu sedang duduk anteng di pangkuannya dan makan es krim.

Tentu, Jevon mendengarkan pembicaraan antara dirinya dan Argon karena panggilan dalam mode speaker.

"Daddy datang Mommy?"

Xevia langsung memberikan anggukan atas pertanyaan Jevon yang tersenyum lebar. Ia senang melihat keceriaan ditunjukkan oleh sang buah hati. Xevia ikut bahagia.

"Horeee!"

Sambungan telepon dengan Argon belum dimatikan. Namun, ponselnya sudah sedikit dijauhkan dari telinga. Pasti Argon akan bisa mendengar seruan buah hati mereka.

"Horeee!"

Xevia terkekeh. "Senang Daddy, Sayang?"

"Yaaa, Mommyy!"

Xevia gemas akan ekspresi lucu yang sang putra perlihatkan. Ia pun mengecup dahi dan kedua pipi tembam Jevon.

Pandangan lalu Xevia diarahkan keluar. Mencari-cari sosok sang mantan suami ditengah kerumunan banyak orang yang berlalu-lalang.

Tak lama kemudian, Argon tertangkap oleh kedua matanya. Pria itu memakai kemeja biru berkerah dan celana panjang hitam.

Argon terlihat tampan.

Ditengah debaran jantung yang mulai alami peningkatan, sang mantan suami ternyata sudah menemukan mobilnya.

Saat mata mereka bersinggungan, detakan yang dirasakan Xevia semakin kencang. Tapi ia masih bisa menjaga sikap dengan baik.

Tangan dilambaikan dan ukiran senyum di wajah pun ditambah. Namun, Xevia tidak yakin dengan caranya menatap Argon.

Hanya berharap pria itu tidak akan tahu bagaimana perasaannya kini. Semoga ia bisa menyembunyikan antusiasme tinggi atas kedatangan Argon ke London.

Bukan kunjungan pertama memang, sang mantan suami kerap mengunjunginya dan Jevon, setiap satu bulan sekali. Dimulai dari dirinya pindah dari California.

"Daddyyyy!"

"Hai, Jagoan Daddy!"

"Daddyyyy! Hahaha."

"Daddy sangat rindu dengan BJ."

"Rindu Daddyyy!"

Xevia tak kuasa untuk menahan cekikikan tawa melihat interaksi antara sang buah hati dan Argon, sejak mantan suaminya masuk ke mobil, lalu menempati jok penumpang.

Hati Xevia juga menghangat menyaksikan dekapan diberikan Argon pada putra kecil mereka. Jevon sudah berada di pangkuan Argon, duduk begitu nyamannya.

Xevia paling suka melihat kuatnya ikatan  ditunjukkan sang mantan suami dengan buah hati mereka. Tak ingin dilewatkan satu pun momen. Ingin senantiasa diabadikan.

Namun saat, sang mantan suami alihkan atensi ke dirinya, Xevia ingin mengelak. Ia berniat tak menciptakan kontak mata.

"Bagaimana kabarmu?"

Xevia tersenyum sembari memandang sosok sang mantan suami. "Baik dan sehat."

"Aku yakin kau juga sehat. Benar?" Xevia loloskan kalimatnya sembari tertawa.

"Iya, tentu saja sehat. Dan, bahagia."

"Bahagia bisa bertemu dengan kalian yang selalu aku rindukan." Argon mempertegas.

"Bulan depan, jika aku datang. Kau tidak usah menjemputku lagi. Aku tidak mau membuat kau repot, Xe."

Xevia menanggapi cepat dengan gelengan. Kontak mata di antara dirinya dan Argon belum berakhir. "Tidak apa-apa," jawabnya.

Xevia hendak berbicara lagi. Namun, ia merasa bahwa tak usah menyampaikan apa yang ingin dikatakan pada Argon.

Namun, dari cara sang mantan suami menatap, ia jelas diminta untuk sampaikan semua dengan jujur. Dan, diputuskan akan mengatakan ucapannya tadi.

"Bulan depan, aku rasa kau tidak bisa datang ke sini lagi. Karena, aku dan Jevon akan kembali ke California."

"Bisnisku bangkrut di sini," imbuh Xevia.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status