Share

3 - Lahirnya Baby Jevon

"Bagaimana perasaanmu?"

Pertanyaan singkat Argon yang bagi Xevia terdengar lembut dan penuh perhatian. Saat memandang ke sosok sang suami, ia pun mendapatkan tatapan teduh.

"Perasaanku? Masih campur aduk. Tapi, aku sangat bahagia bisa melahirkan anak kita."

Xevia merasakan matanya basah. "Bagiku, semua ini masih mimpi. Aku belum bis--"

Xevia tak bisa melanjutkan ucapan karena menerima ciuman di bibir dari Argon. Kilat namun lembut. Xevia tidak bisa tunjukkan balasan. Walau, menginginkan.

"Terima kasih banyak, Sayang."

Cara Argon begitu tulus dan juga serius, tak gagal menambah rasa haru Xevia. Ia begitu senang diperlakukan seperti ini oleh sang suami. Xevia merasa sangat dicintai.

"Terima kasih, sudah memberikanku anak, ya. Hadiah yang bagiku istimewa."

Dua jam lalu, telah lahir buah hati Xevia dan Argon dengan sehat dan selamat. Berjenis kelamin laki-laki.

Mereka berdua pun sepakat untuk memberi nama Jevon Davis. Panggilan khususnya yakni BJJ, singkatan dari Baby Jevon.

Xevia memilih melakukan persalinan secara normal. Rasa sakit yang harus dilalui tentu luar biasa.

Awalnya, Xevia merasa tidak akan sanggup melewati. ia hendak menyerah.

Namun, Argon yang selalu mendampingi dirinya, terus memberikan dukungan. Tak pernah berhenti menyemangatinya setiap detik.

Xevia pun sadar bahwa ia harus terus berjuang, sampai bisa membawa buah hati mereka ke dunia.

Xevia berekad. Bertaruh habs-habisan melawan rasa sakit perutnya.  Ia berkomitmen untuk bisa melahirkan bayinya.

Setelah satu jam dilewati dengan tangisan penuh harap, Xevia berhasil menuntaskan tugasnya.

Rasa haru yang besar atas kelahiran bayi laki-lakinya, ditunjukkan lewat tangisan yang deras. Xevia begitu senang dan juga bersyukur diberi kesempatan menjadi ibu.

Tak hanya Xevia yang mengalami keharuan, tapi Argon juga. Memang, tak sampai keluar air mata yang banyak. Namun, Argon tetap berkaca-kaca melihat bayi kecilnya untuk pertama kali.

"Sayang ...,"

Lamunan Xevia seketika terhenti karena ia mendengar panggilan lembut Argon, tapi tak langsung diarahkan pandangan ke sosok sang suami yang duduk di sebelahnya.

Xevia lebih dulu memberikan atensi pada bayi kecil mereka di dalam gendongannya, tengah menyusui. Xevia pun tersenyum.

"Iya, ada apa?" Dilontarkan pertanyaan, kala sudah beradu pandang dengan Argon.

"Aku lupa nama yang akan kita berikan pada bayi kita. Padahal, kau bilang kemarin."

Xevia tak bisa mencegah tawanya karena kelucuan ekspresi dan ucapan sang suami. Ia lalu cepat meredam, tepat setelah bayi kecil mereka loloskan rengekan. Walau, sebentar.

"Nama anak kita, ya? Jevon Davis. Dan, kita akan memanggilnya dengan sebutan BJ."

"Baby Jevon." Xevia menambahkan.

Reaksi dari Argon didapatkan secara cepat. Sang suami tersenyum cerah seraya kepala diangguk-anggukan. Mata mereka berdua pun saling memandang lekat.

"Dia mirip denganmu dibandingkan aku." Xevia mengungkapkan penilaiannya.

"Benarkah?" Argon berucap tak percaya

Xevia terkekeh lagi. Lalu, mengangguk kecil namun dengan semangat. "Hidung Jevon mancung sepertimu, Sayang."

"Bentuk bibir juga." Xevia imbuhkan seraya memberi atensi pada bayi mereka, kini.

Hanya sebentar. Sudah kembali diarahkan atensi pada sang suami. Xevia pun rasakan nyata perubahan ekspresi Argon.

Hal tersebut membuat Xevia merasakan keharuan lagi. Sensitivitas tengah tinggi, ia tidak kunjung bisa mengendalikan diri.

"Kau baik-baik saja, Sayang?"

Xevia mengangguk cepat. "Iya, aku baik-baik saja. Cuma, sedikit terharu."

"Hmm, aku senang punya suami sepertimu. Aku yakin kau akan jadi Daddy yang baik." Xevia mengungkap isi pikiran dengan jujur.

"Aku akan berusaha menjadi Daddy yang baik untuk anak kita, Jevon Davis, Sayang."

Mata Xevia semakin basah. "Apa kau masih ingin kita berpisah, Argon?"

"Aku harus memenuhi janjiku, Xe."

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status