MIMPI YANG TERTUNDA
Mobil kami menbrak tiang pembatas jalan cukup keras. Aku terkulai lemas, kepalaku terasa sangat sakit, dahi dan kakiku dipenuhi oleh cairan kental segar yang bercucuran dan mas Ardi.. aku segera membangunkannya."Mas.. mas.. bangun mas.. ", Mas Ardi tak sadarkan diri, aku membangunkan nya dengan panik. Dahi dan lengannya di penuhi oleh darah yang mengalir cukup banyak membuatku semakin panik."Mas... mas.... bangun mas... ", aku membangunkannya dengan sedikit keras karena aku benar benar merasa khawatir melihat keadannya saat ini. Aku takut sesuatu yang buruk terjadi padanya. Saat aku sedang berusaha membangunkan mas Ardi tiba tiba saja perutku terasa sangat sakit."Ya Tuhan.. sakit, sakit sekali". Aku merintih kesakitan, melihat kakiku sudah dipenuhi oleh cairan kental berwarna merah, aku pun tersadar bahwa saat ini aku sedang mengandung anaknya mas Ardi."Ya Tuhan.. Anakku.. anakku..!",Tangisku pecah."Ya Tuhan, tolong lindungilah anak dan suamiku," gumamku lirih berlinang air mata. Aku menangis memikirkan nasib orang orang yang aku sayangi, bagaimana keadaan mereka saat ini. Tiba tiba terlintas dalam benakku bahwa saat ini almarhum ayahku sedang menunggu kedatangan kami disana. Aku benar benar sudah tak kuasa menahan semua ini, aku melihat beberapa warga berdatangan menghampiri mobil kami namun tiba tiba kepalaku terasa sangat sakit dan pandanganku mulai kabur, seketika tubuhku pun ambruk.~~~ Terdengar sayup sayup suara seorang wanita yang sedang melantunkan Ayat Ayat Suci disana, aku berusaha untuk membuka mata ini namun masih terasa begitu berat. Tubuhku terasa begitu sakit, aku mencoba untuk menggerakan jari jemariku. Sedikit demi sedikit mata ini terbuka, aku melihat seorang wanita paruh baya yang sedang duduk bersimpuh diatas sajadah menggunakan mukena berwarna putih bersih. Ya, itu adalah ibuku." Bu.. ibu..", dengan suara yang lemah dan sedikit serak aku memanggil ibuku. Ibu terperanjat begitu mendengar suaraku, beliau langsung menghampiriku."Sayang, terimakasih banyak Ya Tuhan", ibu mengucap syukur tanpa henti sambil menangis mengelus rambutku."Sayang, alhamdulillah kamu sudah sadar. Ibu sangat khawatir melihat keadaanmu", Ungkap ibu menangis berderai air mata."Iya bu, Nanda baik baik saja bu", jawabku lemah. Seketika aku teringat pada mas Ardi."Mas Ardi dimana bu? bagaimana keadaannya?", aku bertanya dengan cemas pada ibu."Sayang tidak usah khawatir, suamimu baik baik saja. Dia mengalami luka di dahi dan lengannya, dan sudah boleh pulang seminggu yang lalu sementara kamu sudah terbaring koma tak sadarkan diri disini selama 3 minggu". Jawab ibu membelai rambutku."Aaaapa bu, 3 Minggu? Nanda sudah koma selama 3 minggu?", tanyaku dengan mata terbelalak masih tidak percaya dengan ucapan ibu, aku merasa baru kemarin malam aku dan mas Ardi mengalami kecelakaan ini."Iya sayang, sudah 3 minggu kamu terbaring tak sadarkan diri disini", Jawab ibu meyakinkanku."Lalu bagaimana dengan jasad ayah bu?", tanyaku sambil menangis menahan sesak di dada. Aku merasa sangat menyesal tidak bisa melihat wajah ayahku untuk yang terakhir kalinya."Alhamdulillah, jenazah ayahmu sudah dimakamkan saat itu juga setelah ibu mendapat kabar dari kepolisian bahwa kamu dan suamimu mengalami kecelakaan saat dalam perjalanan kerumah ibu", Jawab ibu menangis memelukku."Sudah tidak usah dipikirkan. Doakan saja ayah kamu, semoga beliau diampuni dosa dosanya dan diterima semua amal ibadahnya oleh Sang Kuasa", ibu berusaha menenangkanku."Iya bu, maafkan Nanda ya bu", Aku menangis sambil memeluk ibu. Tiba tiba saja perutku terasa begitu perih sehingga membuat ku merintih kesakitan."Bu, perut Nanda sakit sekali bu.. sakit sekali", gumamku lirih sambil memegangi perut yang terasa amat sakit."Sebentar sayang ibu panggilkan dokter dulu", jawab ibu dengan tergesa gesa pergi keluar ruangan untuk memanggil dokter. Tak berselang lama, seorang Dokter datang menghampiri untuk memeriksakan keadaanku, sang dokter mengatakan suatu hal yang memporak porandakan jiwaku."Kondisi pasien sudah membaik, tapi luka diperutnya masih cukup parah itulah mengapa perut pasien masih terasa sakit. Kami akan terus memantau kondisi pasien ya bu", ungkap sang dokter."Iya dok, terimakasih banyak dok", jawab ibuku. Sang Dokter pun berlalu meninggalkan kami. Saat aku masih merasakan sakit yang luar biasa di area perut tiba tiba aku teringat akan nasib seseorang di dalam sana. Ya bayiku, calon bayiku." Bu.. Mana anak nanda bu? apakah Nanda sudah melahirkan? bagaimana kondisinya bu?", aku bertanya dengan sangat cemas."Sayang.. Ibu tau kamu dan nak Ardi sangat menginginkan anak ini, namun nyatanya Allah lebih menyayangi dia nak", jawab ibu menangis berderai air mata."Aaapa bu... maksud ibu? Nanda keguguran?". Tangisku pecah. Aku benar benar tidak dapat membendung lagi air mata ini. Hatiku benar benar hancur, tubuhku terasa sangat lemah tak berdaya, dadaku terasa sangat sesak. Anak yang selama ini kami idam idam kan harus kembali kepada Sang Pencipta karena tragedi kecelakaan itu."Iya sayang, kamu mengalami benturan yang cukup keras dibagian perut sehingga calon bayimu tidak dapat diselamatkan", Ibu menjawab sambil menangis lalu memelukku."Bu, mengapa Nanda diuji seberat ini bu?", Tanyaku pada ibu, aku merasa ujian ini sangat berat untuk ku lalui. Ayah dan Calon anakku seketika diambil saat itu juga dalam waktu yang bersamaan."Sayang.. Ini tanda betapa Tuhan sangat menyayangimu, Tuhan ingin lebih dekat denganmu, Tuhan ingin menghapus semua dosa dosamu", dengan lirih ibu mengusap air mataku."Tapi bu, ini benar benar terasa sangat berat untuk Nanda lalui bu","Iya sayang ibu tahu, ujian yang paling berat itu adalah kehilangan orang orang yang paling kita cintai. Tapi ini semua sudah menjadi Ketetapan Sang Pencipta, kita semua ini hanya titipanNya. Harta, tahta, anak, nyawa.. semua ini milik Nya", ibu menjawab sambil mengusap rambutku. Kata kata ibu benar benar menenangkanku, seketika aku pun merasa sangat bersalah dan menyesal sudah berkeluh kesah kepada Sang Pencipta. Aku benar benar lupa, sejatinya semua akan kembali kepada Sang Pencipta, ucapan ibu benar benar dapat menenangkan dan menyadarkanku."Astagfirullohaladzim, Ya Tuhan maafkan hambamu yang sudah kufur nikmat dan mengingkari Mu". Aku pun menangis di pelukan ibu. Setelah aku diperbolehkan pulang oleh pihak Rumah sakit, aku, mas Ardi dan ibu bergegas untuk pergi berziarah ke makam almarhum ayah."Sayang, yang sabar ya. Tuhan lebih menyayangi ayah dan anak kita". ungkap mas Ardi menguatkanku. Aku tersenyum seraya menyandarkan kepala dibahunya agar sedikit berkurang rasa sedihku saat ini. Begitu sesak dada ini, sekarang aku hanya dapat memeluk batu nisannya. Aku tidak akan pernah bisa lagi melihat wajah, senyum dan tawa ayah. Benar benar terasa sakit dada ini bagai di hujani anak panah, tapi bagaimanapun ini sudah menjadi ketetapan Nya yang harus aku terima.~~~~"Assalamualaikum Nanda..", Ungkap ummi, abi, mas Arya dan beberapa kerabat menyambut kedatanganku. Aku terkejut saat memasuki rumah, rumah telah dipenuhi oleh hiasan bunga mawar yang berwarna warni. Ya. Bunga mawar, terlebih lagi aku memang sangat menyukai bunga mawar apa lagi bunga mawar merah. Bunga mawar sangat indah melambangakan kasih sayang dan sebuah pengorbanan. Selama ini mas Ardi tidak pernah absen untuk memberikan bunga mawar kepadaku setiap bulannya. Katanya itu adalah lambang dan bukti cinta dia padaku. Itulah alasannya mengapa aku sangat menyukai bunga mawar."Waalaikumsalam, Masya Allah terimakasih banyak sudah menyambut kepulanganku dengan sangat meriah", Jawabku dengan riang bahagia"Iya sayang, selalu sabar dan tetap semangat ya", jawab umi memelukku. Umi adalah mertuaku yang sangat baik, lembut juga penyayang."Yang sabar ya Nanda, yakini bahwa inilah yang terbaik untuk kamu dan Ardi", Abi menyemangatiku. Betapa beruntungnya aku memiliki mertua yang sangat peduli dan sayang padaku."Iya abi, umi. Makasih banyak ya", Aku memeluk umi dengan erat lalu mencium takzim tangan abi."Nanda, yang sabar ya", ungkap Mas Arya kakak iparku. Aku pun tersenyum lalu mengangguk kepadanya. Hari ini aku sangat bahagia, dibalik segala musibah dan ujian yang menimpaku ada banyak orang yang menyayangiku, namun ada satu hal yang aku lewatkan."Dimana dia? ya.. dimana dia?", aku bertanya tanya dalam benakku. Dia yang seharusnya paling antusias menyambut kepulanganku, namun saat ini dia tidak terlihat dan menghilang.***DERING TENGAH MALAM"Assalamualaikum, Nanda bagimana kabarnya sekarang? sudah membaik kan? maaf ya kemarin aku tidak sempat mengunjungi kamu. Aku sedang banyak pekerjaan, saat ini aku sedang berada di luar kota. Aku juga sudah tidak bekerja lagi di kantor Mas Ardi, alhamdulillah sekarang aku sudah mendapatkan pekerjaan yang lebih baik lagi", ungkap Anggi disana."Waalaikumsalam, iya tidak apa apa Nggi. Alhamdulillah aku sudah baikan", "Maaf ya, insya allah besok lusa aku pulang ke Bandung sekalian mau membereskan barang barang, aku mau pindahan Nda. Aku sudah dapat tempat tinggal yang baru", Ungkapnya terdengar riang."Oh iya, memangnya dimana tempat tinggal kamu yang baru? nanti saat pindahan aku ikut mengantarkan kamu ya","Lumayan jauh dari rumah kamu sayang, kamu sehat dulu ya. Semangat ya sayang", ungkapnya menyemangatiku."Iya Nggi makasih banyak ya,""Iya sayang. Aku pamit dulu ya,Assalamualaikum", ungkapnya."Oh iya, Waalaikumsalam", jawabku sambil mematikan ponsel. Aku mene
PESAN SESEORANG Sudah hampir 1 tahun lebih kami menikah, sikap mas Ardi yang semula cuek sekarang sudah kembali seperti dulu lagi. Dia sangat perhatian, tidak pernah pulang larut malam lagi dan dia menjadi lebih romantis. Dia selalu bersikap mesra terkadang membuat aku malu sendiri kalau kita sedang jalan di tempat umum. "Mas minggu ini jadi kan liburannya?", tanyaku pada nya untuk memastikan agar tak gagal lagi. Ya, beberapa minggu yang lalu disaat kita sudah merencanakan akan pergi berlibur ke Bali tiba tiba saja mas Ardi ada acara mendadak di kantornya dan dengan sangat terpaksa acara kami harus dibatalkan."Iya sayang, insya allah jadi. Tapi", "Tapi apa mas?", tanyaku."Tapi mas mau ke dokter dulu ya", Jawabnya."Ke dokter? memangnya kamu sakit mas? kamu sakit apa? kenapa gak bilang kalau kamu sakit?", tanyaku cemas sambil memegang dahi dan lehernya."Engga sayang, mas baik baik aja. Cuman sudah beberapa hari ini mas tidak nyaman saat buang air kecil terasa sakit. Tadi pagi mas
GARIS DUA BIRU"PRANG!!!", Sebuah gelas terjatuh dari nakas samping tempat tidur mas Ardi. Aku terperanjat, ku lihat mas Ardi pun terbangun dari tidurnya."Astagfirulloh, suara apa itu?", ungkapnya terperanjat seraya bangkit untuk duduk. Segera Ku letakkan ponsel miliknya ke sembarang tempat."Eh mas, ini gelas terjatuh". Ungkapku bergegas membereskan pecahan gelas itu."Ya ampun, kok bisa? biar mas saja sayang yang bereskan","Tidak perlu mas, biar aku saja yang bereskan". Aku bangkit untuk mengambil kantong plastik, ku lihat ponsel mas Ardi sudah tak nampak lagi. Secepat itukah ia mengambil ponselnya? Aku akan mencari tahu sendiri tentang nomor barusan yang menghubungi dan mengirimkan pesan mesra itu. Entah mengapa, perasaanku menjadi tidak karuan. Bagaimana bisa gelas itu tiba tiba terjatuh? apakah mas Ardi dengan sengaja menjatuhkannya?.~~~~ Genap 2 tahun sudah pernikahan kami, saat ini aku sedang sibuk menjalankan usaha Grosir almarhum ayahku. Ibuku saat ini sedang si
RAHASIA BESAR SUAMIKU"Bu Asih!", Teriakan bu Sari seketika menghentikan ucapannya."Sedang apa bu Asih?", tanyaku penasaran."Maaf ya nak Nanda, ceritanya nanti saja kalau nak Nanda sudah lahiran ya, saya pamit undur diri. Assalamualaikum", "Tapi bu", Belum sempat aku melanjutkan ucapanku, bu Asih sudah melenggang pergi begitu saja meninggalkan rasa penasaran dalam benakku. "Waalaikumsalam bu. Gimana sih bu kok gak dilanjutkan. Maksud bu Asih mas Ardi dan Anggi sedang apa ya?", gumamku pelan. Aku membalikkan tubuh lalu menatap mas Ardi dan Anggi. Kali ini mereka terlihat begitu dekat dan akrab. "Apakah ucapan bu Asih benar adanya? atau bu Asih hanya mengada ngada saja?", gumamku. Memang akhir akhir ini aku sering dilanda rasa cemburu ketika melihat kedekatan antara mas Ardi dan Anggi. Namun aku selalu menepis semua prasangka buruk itu. Tidak mungkin mereka menghianati aku. "Nanda sayang, kemari!", teriak mas Ardi seraya melambaikan tangannya. Aku tersenyum menganggukan
DERING TENGAH MALAM Sudah pukul 22.00 malam, namun mas Ardi masih belum pulang. Saat kuhubungi ponselnya pun tidak aktif. Aku mondar mandir tidak tenang, hatiku kacau tak karuan memikirkan perkataan Febri tadi siang. Aku menatap lagi foto itu, jelas ini memang mas Ardi tapi siapa wanita yang sedang makan malam bersamanya itu?. Aku teringat dengan kejadian kejadian dulu saat mas Ardi sering pulang larut malam. Aku menemukan secarik nota pembayaran makan malam di sebuah restoran mewah, apakah ada hubungannya? telepon masuk dan isi pesan mesra itu, apakah ada kaitannya juga?."Apa mas Ardi menghianati dan berselingkuh dariku?", gumamku lirih. Aku menghempaskan tubuhku, rasanya sesak sekali. Aku harus mencari tahu kebenarannya. Aku harus mencari tahu rahasia apa yang mas Ardi sembunyikan dariku. "Tok tok tok", Aku berjalan lambat menahan rasa sakit di pinggang dan perutku. "Assalamualaikum", sapa mas Ardi."Waalaikumsalam mas", aku mencium takzim tangannya. Aku bersikap se
AWAL KEHANCURAN"Mas Ardi", gumamku tak percaya dengan apa yang barusan aku lihat. Aku mencoba untuk mengekori mobil itu, Jelas. itu adalah mobil milik mas Ardi. Dan siapa wanita yang berada di dalam mobil itu? Masih kuingat dengan jelas, mas Ardi mengatakan akan pulang larut malam karena ia harus menyelesaikan pekerjaannya. Namun nyatanya ia berdusta!. Sekarang aku semakin yakin bahwa mas Ardi menghianatiku, dengan teganya ia mempermainkan pernikahan suci kami terlebih lagi saat ini aku sedang mengandung darah dagingnya. "Mas, keterlaluan kamu mas!", gumamku penuh amarah. Mobil mas Ardi menepi di sebuah restoran mewah terkenal di Kotaku. Aku hanya bisa menunggu di dalam mobil, aku ingin tahu siapa wanita itu. Mas Ardi keluar dari mobil membukakan pintu mobil wanita itu, dia menggandeng mesra wanita yang memakai gaun merah lalu mereka berjalan beriringan masuk ke dalam restoran. Aku mengikuti langkah mereka. Namun setibanya di dalam restoran, aku kehilangan jej
AIR MATA LUKA"Bukankah itu mas Yoga? sedang apa dia disini? lalu mengapa ia masuk bersama Anggi? ada hubungan apa ia dengan Anggi?", Tak berselang lama, mas yoga keluar lagi dari ruangan tersebut membawa beberapa barang. Aku berjalan untuk menghampirinya."Mas, sedang apa disini?", Tanyaku menepuk pundaknya."Eh Nanda, aku sedang ambil obat dan berkas berkas", jawabnya kerepotan."Loh, kamu kerja jadi kurir sekarang?","Iya, aku sudah pindah kerja. Ardi mana?", tanyanya mencari keberadaan mas Ardi. "Mas Ardi sedang sibuk, jadi aku pergi sendiri","Oh gitu, aku pamit ya sudah ditungguin ini. Assalamualaikum","Iya mas hati hati dijalannya, Waalaikumsalam", Dia berlalu, mas Yoga adalah saudaraku. Aku fikir dia sedang menemani Anggi, ternyata dugaanku salah dia masuk ruangan itu karena sedang bekerja bertugas mengambil beberapa obat dan berkas berkas. Lantas Anggi? untuk apa dia masuk ke unit palayanan KB? dia kan sudah tidak memiliki suami. Aku memutuskan untuk menunggunya terlebi
SERPIHAN LUKA Di depan pintu kamar itu, mereka berpelukan mesra saling bertukar saliva satu sama lain. Nafasku memburu, lututku terasa lemas hingga tak mampu lagi menopang tubuh ini. Kakiku terasa lumpuh mati rasa. Saat mas Ardi menyingkapkan rambut wanita itu, terlihat jelas oleh kedua mataku. Wanita selingkuhan mas Ardi ternyata adalah sahabatku sendiri. "Anggi!", gumamku lirih tak percaya dengan apa yang aku lihat saat ini. Kedua tanganku menahan rasa sesak yang hinggap di rongga dada. Duniaku terasa hancur sehancurnya! Air mata berderai mengalir membanjiri wajahku. Aku menutup mata tak sanggup lagi melihat penghianatan yang hina ini!, aku mundur perlahan meninggalkan mereka yang saat ini sedang bercumbu mesra. Tangisku pecah. Dadaku terasa sangat sakit! tangan dan kakiku gemetar hebat, aku jatuh tersungkur hingga tak mampu lagi untuk bangkit."Anggi, bagaimana bisa kamu menghianati aku? bagaimana bisa kamu berselingkuh dengan suami sahabatmu sendiri? kamu sudah aku angga