Share

BAB 4

DERING TENGAH MALAM

"Assalamualaikum, Nanda bagimana kabarnya sekarang? sudah membaik kan? maaf ya kemarin aku tidak sempat mengunjungi kamu. Aku sedang banyak pekerjaan, saat ini aku sedang berada di luar kota. Aku juga sudah tidak bekerja lagi di kantor Mas Ardi, alhamdulillah sekarang aku sudah mendapatkan pekerjaan yang lebih baik lagi", ungkap Anggi disana.

"Waalaikumsalam, iya tidak apa apa Nggi. Alhamdulillah aku sudah baikan",

"Maaf ya, insya allah besok lusa aku pulang ke Bandung sekalian mau membereskan barang barang, aku mau pindahan Nda. Aku sudah dapat tempat tinggal yang baru", Ungkapnya terdengar riang.

"Oh iya, memangnya dimana tempat tinggal kamu yang baru? nanti saat pindahan aku ikut mengantarkan kamu ya",

"Lumayan jauh dari rumah kamu sayang, kamu sehat dulu ya. Semangat ya sayang", ungkapnya menyemangatiku.

"Iya Nggi makasih banyak ya,"

"Iya sayang. Aku pamit dulu ya,Assalamualaikum", ungkapnya.

"Oh iya, Waalaikumsalam", jawabku sambil mematikan ponsel.

Aku menengok ke arah jam dinding, sudah larut malam.

Dalam dua minggu ini dia sudah beberapa kali telat pulang, minggu kemarin dia bekerja di hari libur. Padahal seharusnya, sebanyak apapun pekerjaannya di hari Sabtu dan Minggu itu waktunya Rehat kumpul bersama keluarga.

"Sudah pukul 10 malam, tapi mas Ardi masih belum pulang juga". Gumamku mencoba untuk menghubunginya, namun baru saja aku membuka ponsel terdengar suara mobil di luar sana, itu artinya mas Ardi sudah pulang. Aku pun segera turun ke bawah untuk menyambutnya.

"Assalamualaikum",

"Waalaikumsalam mas, lembur lagi mas?", tanyaku mencium takzim tangannya. Dia tampak sangat kelelahan, bajunya pun sangat berantakan.

"Iya sayang, maaf ya tadi mas tidak sempat mengabari kamu", ungkapnya lalu mengunci pintu rumah.

"Iya mas tidak apa apa mas, mandi dulu ya mas air hangat nya sudah aku siapkan, nanti selesai mandi langsung makan", ungkapku sambil menggandeng tangannya menuju kamar.

"Sayang, maaf ya. Mas lelah sekali. Mas mau langsung istirahat saja ya", jawabnya sambil mengganti pakaian lalu membaringkan tubuhnya tanpa mencium keningku terlebih dahulu.

Apa mas Ardi benar benar kelelahan hingga lupa mencium keningku, belum sempat aku menyimpan pakaian kotornya tiba tiba aku menemukan secarik kertas berada di dalam saku celananya yang berisikan nota pembayaran makan malam di sebuah restoran mahal di Kota Bandung.

Aku pun mematung beberapa saat, tiba tiba firasatku menjadi tidak enak. Aku merasa ada sesuatu yang disembunyikan olehnya.

"Barusan dia bilang kerja lembur dikantor tapi ini ada nota pembayaran makan di restoran, aku berniat untuk menyimpannya siapa tau sewaktu waktu aku membutuhkannya. Aku tidak akan menanyakan dulu soal ini pada mas Ardi, biar aku pendam saja", gumamku.

"Sudah pukul 01.00 dini hari", gumamku sambil melihat kearah jam dinding.

Aku masih belum bisa tertidur karena memikirkan perubahan sifat mas Ardi akhir akhir ini yang tiba tiba menjadi dingin dan memikirkan nota makan malam tadi, apa mas Ardi benar benar lembur atau dia makan malam dengan seseorang di luar sana, tapi siapa dia? ada hubungan apa dengan mas Ardi? dan masih banyak pertanyaan lain yang berputar putar di kepalaku.

Belum sempat aku memejamkan mata tiba tiba aku mendengar suara ponsel mas Ardi berdering, dia terbangun lalu bergegas pergi mengangkat telepon itu sambil melirik kearahku. Lalu dia pergi meninggalkan aku.

Karena penasaran dengan tingkah lakunya yang tidak seperti biasanya, aku diam diam mengikutinya.

"Siapa yang menghubunginya selarut malam ini?", gumamku penasaran.

"Halo, iya iya maaf tadi mas Kecapean jadi tidak sempat mengabari kamu. Mas kan sudah bilang jangan pernah menelepon kalau mas sudah berada dirumah", bisiknya

"Iya, besok kita ketemu lagi. Ya sudah ya", mas Ardi mematikan ponselnya, aku pun segera bergegas kembali ke tempat tidur.

Sekali lagi, aku melihat ia melirik kearahku sebelum dia menaiki kasur.

"Ada yang dia sembunyikan," gumamku.

Aku merasa ada sesuatu yang mas Ardi sembunyikan. Dan aku merasa mas ardi sudah benar benar berubah bukan dia yang aku kenal selama ini. Akhir akhir ini dia selalu pulang malam, jarang makan dirumah, sikapnya jadi dingin dan ya, aku baru teringat. Sudah 3 bulan ini dia tidak memberikan bunga Mawar merah yang selama hampir 5 tahun selalu dia berikan kepadaku. Aku menjadi semakin gusar, perasaanku sungguh tak karuan.

Esok hari aku harus menyelidiki apa yang sedang terjadi sebenarnya, dan apa yang dia sembunyikan dariku.

~~~~

"Mas, bangun mas sudah adzan shubuh",

"Iya sayang, sudah pagi ya?", jawabnya terbangun dari tempat tidurnya.

"Aku tinggal dulu ya mas, aku mau masak dulu", aku beranjak pergi meninggalkan kamar, aku sempat mengintip ke dalam kamarnya. Dia nampak senyum senyum sendiri saat melihat ponselnya. Perasaanku semakin gusar, namun aku mencoba menepis segala prasangka buruk yang ada di benakku. Aku bergegas pergi ke dapur untuk menyiapkan sarapan.

Pagi ini aku membuatkan sandwich dan segelas juice Alpukat kesukannya, aku pun menyiapkan bekal untuk makan siangnya.

"Pagi sayang", Mas Ardi menghampiri dan mencium keningku.

"Iya mas, kita sarapan dulu",

"Mas.. apakah kamu tidak melupakan sesuatu mas?", tanyaku pada nya.

"Melupakan sesuatu? apa ya? memang apa sayang mas benar benar tidak ingat. Ulang tahun kamu dan Anniversary pernikahan kita masih lama kan?", jawab nya sambil meneguk juice kesukaannya.

"Iya mas, sudah 3 bulan ini kamu tidak memberikan bunga mawar merah mas", ungkapku memasang wajah sedih.

"Ya Ampun sayang, maafkan mas ya

Mas lupa, mas benar benar sibuk memikirkan pekerjaan", Jawabnya menghampiri dan memelukku.

"Iya mas tidak apa apa", gumamku dengan raut wajah kecewa

"Ya sudah, gantinya weekend depan kita liburan ya", bujuknya padaku

"Liburan? beneran mas? janji ya?", aku tersenyum bahagia.

"Iya sayang mas janji, kalau begitu mas pamit pergi dulu ya. Assalamualaikum", dia pamit mencium keningku.

"Iya mas, hati hati dijalannya ya. Waalaikumsalam" jawabku mencium tangannya.

~~~~

"Memang kamu sedang ada masalah apa dengan Ardi?", tanya Anggi padaku.

Saat ini aku sedang bersama Anggi, dia sudah pulang beberapa hari yang lalu dan ini waktu yang tepat untuk menceritakan segala kegundahan hati ini padanya. Hanya dia satu satunya orang yang bisa aku percaya.

"Akhir akhir ini dia selalu pulang larut malam, dia jarang sarapan di rumah dan sikapnya pun mulai berubah. Bahkan dia sudah melupakan momen momen penting dalam hubungan kita Nggi", Kataku berlinang air mata.

"Apa selama kamu kerja di kantornya, dia terlihat dekat dengan seorang wanita disana?", tanyaku penasaran.

"Selama aku bekerja disana semuanya tampak normal Nda, Ardi bekerja dengan profesional. Mungkin itu hanya perasaanmu saja karena kamu sudah kehilangan orang orang terkasihmu jadi perasaanmu lebih sensitif", Jawab Anggi menenangkanku.

"Iya sih mungkin apa itu hanya perasaanku saja ya, aku merasa takut untuk ditinggalkan lagi Nggi", aku mengusap air mataku.

"Iya sayang, kamu kan tahu kalau Ardi sangat mencintai dan menyayangi kamu. Tidak mungkin dia menghianati kamu, sudah ya tidak usah berfikir yang aneh aneh. Percaya saja sama Ardi", Anggi mencoba untuk menenangkanku lagi. Sekarang perasaanku pun sedikit tenang dan lega.

Mungkin itu memang perasanku, aku mencoba untuk melupakan semua kejadian kemarin. Ya, semoga saja itu memang perasaanku saja.

Tak sengaja aku melihat kalung yang Anggi kenakan, dia memakai kalung dengan lambang bunga mawar merah. Sejak kapan dia menyukai bunga mawar merah?.

***

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status