DERING TENGAH MALAM
"Assalamualaikum, Nanda bagimana kabarnya sekarang? sudah membaik kan? maaf ya kemarin aku tidak sempat mengunjungi kamu. Aku sedang banyak pekerjaan, saat ini aku sedang berada di luar kota. Aku juga sudah tidak bekerja lagi di kantor Mas Ardi, alhamdulillah sekarang aku sudah mendapatkan pekerjaan yang lebih baik lagi", ungkap Anggi disana."Waalaikumsalam, iya tidak apa apa Nggi. Alhamdulillah aku sudah baikan","Maaf ya, insya allah besok lusa aku pulang ke Bandung sekalian mau membereskan barang barang, aku mau pindahan Nda. Aku sudah dapat tempat tinggal yang baru", Ungkapnya terdengar riang."Oh iya, memangnya dimana tempat tinggal kamu yang baru? nanti saat pindahan aku ikut mengantarkan kamu ya","Lumayan jauh dari rumah kamu sayang, kamu sehat dulu ya. Semangat ya sayang", ungkapnya menyemangatiku."Iya Nggi makasih banyak ya,""Iya sayang. Aku pamit dulu ya,Assalamualaikum", ungkapnya."Oh iya, Waalaikumsalam", jawabku sambil mematikan ponsel. Aku menengok ke arah jam dinding, sudah larut malam. Dalam dua minggu ini dia sudah beberapa kali telat pulang, minggu kemarin dia bekerja di hari libur. Padahal seharusnya, sebanyak apapun pekerjaannya di hari Sabtu dan Minggu itu waktunya Rehat kumpul bersama keluarga."Sudah pukul 10 malam, tapi mas Ardi masih belum pulang juga". Gumamku mencoba untuk menghubunginya, namun baru saja aku membuka ponsel terdengar suara mobil di luar sana, itu artinya mas Ardi sudah pulang. Aku pun segera turun ke bawah untuk menyambutnya."Assalamualaikum","Waalaikumsalam mas, lembur lagi mas?", tanyaku mencium takzim tangannya. Dia tampak sangat kelelahan, bajunya pun sangat berantakan."Iya sayang, maaf ya tadi mas tidak sempat mengabari kamu", ungkapnya lalu mengunci pintu rumah."Iya mas tidak apa apa mas, mandi dulu ya mas air hangat nya sudah aku siapkan, nanti selesai mandi langsung makan", ungkapku sambil menggandeng tangannya menuju kamar."Sayang, maaf ya. Mas lelah sekali. Mas mau langsung istirahat saja ya", jawabnya sambil mengganti pakaian lalu membaringkan tubuhnya tanpa mencium keningku terlebih dahulu. Apa mas Ardi benar benar kelelahan hingga lupa mencium keningku, belum sempat aku menyimpan pakaian kotornya tiba tiba aku menemukan secarik kertas berada di dalam saku celananya yang berisikan nota pembayaran makan malam di sebuah restoran mahal di Kota Bandung. Aku pun mematung beberapa saat, tiba tiba firasatku menjadi tidak enak. Aku merasa ada sesuatu yang disembunyikan olehnya."Barusan dia bilang kerja lembur dikantor tapi ini ada nota pembayaran makan di restoran, aku berniat untuk menyimpannya siapa tau sewaktu waktu aku membutuhkannya. Aku tidak akan menanyakan dulu soal ini pada mas Ardi, biar aku pendam saja", gumamku."Sudah pukul 01.00 dini hari", gumamku sambil melihat kearah jam dinding. Aku masih belum bisa tertidur karena memikirkan perubahan sifat mas Ardi akhir akhir ini yang tiba tiba menjadi dingin dan memikirkan nota makan malam tadi, apa mas Ardi benar benar lembur atau dia makan malam dengan seseorang di luar sana, tapi siapa dia? ada hubungan apa dengan mas Ardi? dan masih banyak pertanyaan lain yang berputar putar di kepalaku. Belum sempat aku memejamkan mata tiba tiba aku mendengar suara ponsel mas Ardi berdering, dia terbangun lalu bergegas pergi mengangkat telepon itu sambil melirik kearahku. Lalu dia pergi meninggalkan aku. Karena penasaran dengan tingkah lakunya yang tidak seperti biasanya, aku diam diam mengikutinya."Siapa yang menghubunginya selarut malam ini?", gumamku penasaran."Halo, iya iya maaf tadi mas Kecapean jadi tidak sempat mengabari kamu. Mas kan sudah bilang jangan pernah menelepon kalau mas sudah berada dirumah", bisiknya"Iya, besok kita ketemu lagi. Ya sudah ya", mas Ardi mematikan ponselnya, aku pun segera bergegas kembali ke tempat tidur. Sekali lagi, aku melihat ia melirik kearahku sebelum dia menaiki kasur."Ada yang dia sembunyikan," gumamku. Aku merasa ada sesuatu yang mas Ardi sembunyikan. Dan aku merasa mas ardi sudah benar benar berubah bukan dia yang aku kenal selama ini. Akhir akhir ini dia selalu pulang malam, jarang makan dirumah, sikapnya jadi dingin dan ya, aku baru teringat. Sudah 3 bulan ini dia tidak memberikan bunga Mawar merah yang selama hampir 5 tahun selalu dia berikan kepadaku. Aku menjadi semakin gusar, perasaanku sungguh tak karuan. Esok hari aku harus menyelidiki apa yang sedang terjadi sebenarnya, dan apa yang dia sembunyikan dariku.~~~~"Mas, bangun mas sudah adzan shubuh","Iya sayang, sudah pagi ya?", jawabnya terbangun dari tempat tidurnya."Aku tinggal dulu ya mas, aku mau masak dulu", aku beranjak pergi meninggalkan kamar, aku sempat mengintip ke dalam kamarnya. Dia nampak senyum senyum sendiri saat melihat ponselnya. Perasaanku semakin gusar, namun aku mencoba menepis segala prasangka buruk yang ada di benakku. Aku bergegas pergi ke dapur untuk menyiapkan sarapan. Pagi ini aku membuatkan sandwich dan segelas juice Alpukat kesukannya, aku pun menyiapkan bekal untuk makan siangnya."Pagi sayang", Mas Ardi menghampiri dan mencium keningku."Iya mas, kita sarapan dulu","Mas.. apakah kamu tidak melupakan sesuatu mas?", tanyaku pada nya."Melupakan sesuatu? apa ya? memang apa sayang mas benar benar tidak ingat. Ulang tahun kamu dan Anniversary pernikahan kita masih lama kan?", jawab nya sambil meneguk juice kesukaannya."Iya mas, sudah 3 bulan ini kamu tidak memberikan bunga mawar merah mas", ungkapku memasang wajah sedih."Ya Ampun sayang, maafkan mas ya Mas lupa, mas benar benar sibuk memikirkan pekerjaan", Jawabnya menghampiri dan memelukku."Iya mas tidak apa apa", gumamku dengan raut wajah kecewa"Ya sudah, gantinya weekend depan kita liburan ya", bujuknya padaku"Liburan? beneran mas? janji ya?", aku tersenyum bahagia."Iya sayang mas janji, kalau begitu mas pamit pergi dulu ya. Assalamualaikum", dia pamit mencium keningku."Iya mas, hati hati dijalannya ya. Waalaikumsalam" jawabku mencium tangannya.~~~~"Memang kamu sedang ada masalah apa dengan Ardi?", tanya Anggi padaku. Saat ini aku sedang bersama Anggi, dia sudah pulang beberapa hari yang lalu dan ini waktu yang tepat untuk menceritakan segala kegundahan hati ini padanya. Hanya dia satu satunya orang yang bisa aku percaya."Akhir akhir ini dia selalu pulang larut malam, dia jarang sarapan di rumah dan sikapnya pun mulai berubah. Bahkan dia sudah melupakan momen momen penting dalam hubungan kita Nggi", Kataku berlinang air mata."Apa selama kamu kerja di kantornya, dia terlihat dekat dengan seorang wanita disana?", tanyaku penasaran."Selama aku bekerja disana semuanya tampak normal Nda, Ardi bekerja dengan profesional. Mungkin itu hanya perasaanmu saja karena kamu sudah kehilangan orang orang terkasihmu jadi perasaanmu lebih sensitif", Jawab Anggi menenangkanku."Iya sih mungkin apa itu hanya perasaanku saja ya, aku merasa takut untuk ditinggalkan lagi Nggi", aku mengusap air mataku."Iya sayang, kamu kan tahu kalau Ardi sangat mencintai dan menyayangi kamu. Tidak mungkin dia menghianati kamu, sudah ya tidak usah berfikir yang aneh aneh. Percaya saja sama Ardi", Anggi mencoba untuk menenangkanku lagi. Sekarang perasaanku pun sedikit tenang dan lega. Mungkin itu memang perasanku, aku mencoba untuk melupakan semua kejadian kemarin. Ya, semoga saja itu memang perasaanku saja. Tak sengaja aku melihat kalung yang Anggi kenakan, dia memakai kalung dengan lambang bunga mawar merah. Sejak kapan dia menyukai bunga mawar merah?.***SESAK"Nanda, aku mohon maafkan aku". Mas Ardi memelukku, tak butuh waktu lama untuk aku melepaskan pelukannya dan mendorongnya hingga ia terjatuh tersungkur di lantai."Nanda, tolong beri aku kesempatan untuk yang ke dua kalinya. Aku akan memperbaiki semuanya. Aku mohon Nanda, aku tidak bisa kehilangan kamu dan anak kita". Ungkapnya memelas berlutut dihadapanku, entah mengapa bukannya kasihan namun justru rasa sakit itu datang kembali. Saat aku melihat wajahnya hanya ada rasa sesak dan sakit teramat yang aku rasakan. Benci? tentu saja, bahkan untuk mendengarkan suaranya pun aku sudah enggan. Aku memang sangat mencintainya namun rasa sakit hati dan luka yang ia torehkan lebih besar dari pada rasa cinta ku padanya. "Apa yang kamu lakukan bersama wanita simpananmu itu saat aku terbaring koma tak berdaya dirumah sakit mas?", tanyaku dingin memalingkan wajah enggan untuk menatapnya. Dia nampak terkejut dengan pertanyaanku. Dia bangkit lalu mencoba mendekatiku."Nanda, mengapa kamu be
HILANGNYA HARAPAN"ANGGI!!!". Teriakan itu jelas membuat Anggi terperanjat, selama ia menjalani hubungan dengan sang kekasih, dia tidak pernah dibentak atau diperlakukan buruk olehnya."Kenapa mas? apa ada yang salah!", Anggi mulai meninggikan suaranya."Apa yang ada di pikiran kamu? mengapa kamu membiarkan Nanda melihat semuanya!","Aku memang sengaja melakukan itu agar dia mengetahui hubungan kita. Aku sudah lelah harus terus berpura pura dalam hubungan ini!", Anggi memalingkan wajahnya dengan berlinang air mata."Tapi tidak harus dengan cara itu Anggi!","Lantas harus dengan cara apa lagi mas? aku telah memberikan segalanya untuk kamu mas, aku juga menginginkan kamu mas! aku ingin kamu menjadi milik aku seutuhnya!","Tidak bisa, aku tidak bisa kehilangan Nanda dan Nindya", gumam nya membelakangi tubuh Anggi."Kenapa? lantas bagaimana dengan aku mas? apa kamu hanya ingin mempermainkan aku saja? kamu anggap aku ini apa mas?","Anggi, aku juga mencintai kamu tapi aku tidak bisa keh
DIANTARA DUA CINTA "BUUGGGGGGGG!!!". Wajah Arya terkena pukulan yang cukup keras, aku hanya berdiri mematung terkejut dengan pemandangan yang ada di depan mata ku saat ini, aku menggelengkan kepala untuk menyadarkan diri. Aku melihat Arya jatuh tersungkur kebawah untuk yang ke dua kalinya."Mas Ardi", Teriakku saat menengadahkan wajah untuk melihat siapa pria yang dengan lancang memukuli Arya, ternyata dia adalah suamiku sendiri.. adik kandung Arya. Saat Arya mengetahui adiknya yang telah menyeret dan memukulinya, dia pun bangkit membalas pukulan sang adik."BBBUGGG!, Brengs*k kamu Ardi! Berani beraninya kamu menyeret dan memukuli aku! Harusnya aku yang menghajar kamu hingga babak belur karena perbuatan hina kamu!". Arya menyeret mas Ardi dengan sekuat tenaga lalu memukuli wajah nya hingga cairan merah itu mengalir di bagian mulut dan hidungnya."BBUGGGGG! BBUGGGG!". Saat Arya akan memukul bagian perutnya, mas Ardi menangkis dan mendorong Arya hingga terpental ke jalanan.
DUKA YANG BERKARAT Lamunanku buyar ketika seseorang memanggil namaku. Ya, bisa ditebak siapa dia? Ya, tentu saja siapa lagi kalau bukan mas Ardi. Dia berdiri di belakang sana menyaksikan kekacauan yang kami buat barusan. Dia berdiri memeluk putriku yang sudah terbangun dari tidurnya. Aku segera beranjak mengambil alih Nindya dari pelukan nya. Ada perasaan tidak rela, anak ku harus di peluk oleh sosok laki laki yang bej*t seperti dia!."Nanda.. Nanda.. tunggu aku..". Aku bergegas masuk kedalam kamar, aku kunci pintunya lalu membereskan baju baju beserta segala kebutuhannya Nindya termasuk semua dokumen, berkas berkas sertifikat rumah dan semua bukti perselingkuhan mas Ardi." Sayang, mau pergi kemana? Kamu mau bawa Nindya kemana? Nanda beri aku kesempatan untuk berbicara untuk menjelaskan semuanya", dia mengekori langkahku. Aku tak berbicara sepatah katapun, enggan sekali berbicara dengannya. Mendengar suaranya saja aku sudah muak!. Aku mengeluarkan benda pipih yang menjadi buk
BUKTI PENGHIANATAN"Nanda! berhenti! diam disitu!". Ungkap wanita jal*ang itu ketakutan, karena sebelumnya ia tak pernah melihat aku semarah ini. Dulu jika kami bertengkar, aku hanya diam dan mengalah. Dia mungkin terkejut melihat amarah yang sudah berada di puncak ubun ubun kepalaku saat ini."Dasar penghianat! Munafik! Kamu fikir aku Bod*h! Kamu fikir aku tidak tahu apa yang sudah kamu lakukan dengan mas Ardi dibelakangku selama ini! Kamu sudah benar benar membuat aku kehilangan kesabaran Anggi!". Dadaku kembang kempis, nafasku memburu hebat. Aku mencoba untuk menahan amarah yang sudah memuncak, aku tak ingin menyakitinya lagi. "Apa maksud kamu Nanda? aku tidak mengerti. Aku dan mas Ardi? apa maksud semua perkataanmu?", ungkapnya merasa tak bersalah."Cukup Anggi! cukup akhiri semua sandiwaramu. Aku tidak akan pernah tertipu lagi! aku sudah mengetahui semuanya Anggi!","Sandiwara? tertipu? aku benar benar tidak mengerti dengan semua ucapanmu", lirihnya berlinang air mata seolah o
BAYANG BAYANG HINA"Mas, cepat mas jangan lama lama, aku sudah tidak sabar". Ungkap wanita hina itu saat mas Ardi memeluk dan mendaratkan sentuhan mesra di punggungnya."Iya sayang, mas kangen banget sama kamu. Kangen aroma tubuh kamu"."Iya mas, aku juga sama. Aku kangen banget sama kamu". Dia memeluk erat dan mendaratkan sentuhan mesra nan lembut di setiap jengkal tubuh selingkuhannya itu, lalu dia membaringkan tubuh Anggi di atas kasur, mereka saling melepaskan gejolak yang terpendam selama ini. Bayang bayang hina itu terus berputar di kepalaku membuat mata ini enggan untuk terpejam."Mas.. kamu keterlaluan! Anggi kamu penghianat!", Gumamku lirih dengan suara pelan menahan tangisku sedari tadi. Bagaimana bisa aku melanjutkan hidup bersama orang yang telah mengkhianatiku?. Terlebih lagi itu adalah suamiku sendiri, jangan kan untuk tidur bersamanya, mendengar suara dan melihat wajahnya saja aku sudah muak. Rasa kasih sayang dan cinta yang dulu tumbuh di dalam relung hati ini se