DIA YANG KEMBALI
"Tok.. tok..tok..", bunyi ketukan pintu. Aku bergegas membukakan pintu rumah."Assalamualaikum sayang", ungkapku saat membukakan pintu lalu mencium takzim tangannya."Waalaikumsalam sayang", jawabnya lalu mencium keningku. Dari kejauhan sana Anggi sedang duduk bersama Sheena, terlihat dari sudut ekor mataku ia fokus memperhatikan kami."Beruntung sekali Nanda, dapat suami yang baik, tampan, kaya seperti Ardi sedangkan aku? aku dan anakku malah di buang oleh suamiku sendiri. Seharusnya Ardi itu menjadi milikku", keluh Anggi memperhatikan Nanda dan Ardi yang sedang berjalan masuk menuju ke arahnya."Mas, itu Anggi ada disana mas. Ayok mas", jawabku."Hai Anggi gimana kabarnya? Halo Sheena apa kabar?", Ungkap Mas Ardi menyambut mereka berdua."Halo mas alhamdulillah kami baik baik saja mas, oh iya maaf kemarin saya tidak sempat hadir di acara pernikahan kalian", jawab Anggi menundukan kepalanya."Halo om", ucap riang Sheena menjulurkan tangannya."Iya halo sayang", jawab mas Ardi membalas uluran tangan Sheena."Iya gak apa apa Nggi yang penting doanya saja ya", jawab mas Ardi tersenyum kepadanya."Iya mas," jawab Anggi."Yuk mas, mandi dulu. Air hangatnya sudah aku siapkan, selain itu ada yang ingin aku bicarakan dengan kamu mas", ujarku menggenggam tangan mas Ardi berjalan keatas."Sebentar ya Nggi, kita tinggal dulu ya", aku berpamitan pada Anggi lalu melambaikan tangan pada Sheena,"Iya gak apa apa Nda", jawab Anggi tersenyum lebar.~~~~"Jadi maksud kamu, Anggi sementara waktu tinggal disini dulu selagi dia mencari pekerjaan dan mencari tempat tinggal?" , tanya mas Ardi padaku."Iya mas, gak lama ko hanya 2 mingguan saja. Boleh kan mas? kasian loh dia udah ditinggal suaminya, di PHK juga. Dan dia sudah gak punya siapa siapa lagi mas karena dia anak tunggal seperti aku, orangtuanya sudah meninggal semua", bujukku padanya."Sebetulnya mas tidak mengizinkan, tidak boleh ada orang ketiga di dalam rumah tangga kita apalagi ini bukan makhramnya mas, takutnya malah jadi fitnah sayang", jawab nya sambil mengusap rambutku."Iya mas tapi ini kan sahabatku mas, aku kasihan sama Anggi supaya aku tidak kesepian saat kamu sedang bekerja mas", bujukku sekali lagi pada nya."Hmmmmm, ya sudah tapi hanya sebentar ya seminggu atau 2 minggu. Nanti mas coba bantu carikan tempat tinggal dan pekerjaan. Barangkali dikantor ada pekerjaan yang cocok untuk nya", jawab mas Ardi sambil membuka kemeja kerjanya yang berwarna biru navy."Iya mas, makasih banyak ya mas". Aku memeluknya dari belakang. Akhirnya Anggi di izinkan juga tinggal sementara dirumah kami, kebetulan ada 2 kamar tamu yang kosong. Dia dan Sheena bisa tinggal sementara waktu disana. Aku pun membersihkan kamar tamu tersebut dan membantu Anggi membereskan barang barangnya.~~~ Tak terasa, sudah 9 bulan kami menjalani rumah tangga, semakin hari mas Ardi semakin baik dan romantis, apalagi saat ini aku sedang mengandung anak darinya. Saat ini usia kehamilanku menginjak 7 bulan. Semua yang aku inginkan selalu dikabulkan. Namun tidak dengan waktunya, akhir akhir ini dia sangat sibuk selalu pulang larut malam. Dan sekarang Anggi masih menginap dirumah kami. Dia selalu membantu pekerjaan rumah, jadi aku tidak terlalu capek. Terkadang dia juga yang menyiapkan sarapan dan makan malam untuk kami. Dia sudah bekerja di kantornya mas Ardi menjadi sekretaris. Mas Ardi bekerja di bidang Properti, dia memiliki jabatan yang cukup tinggi disana. Saat Anggi akan pamit meninggalkan rumah, tiba tiba mas Ardi melarangnya dengan alasan supaya ada yang menemani, juga membantu aku, terlebih lagi saat ini aku sedang hamil besar. Namun tak jarang aku melihat Anggi menatap sinis ke arah aku dan mas Ardi ketika kami sedang bersama, dan tak jarang juga aku melihat mereka berdua tampak sangat akrab. Aku cukup terganggu dan merasa cemburu namun aku selalu menepis semua perasaan buruk itu. Mungkin, karena saat ini aku sedang hamil perasaanku menjadi lebih sensitif. Pada kenyataannya aku senang mas Ardi sudah bisa menerima Anggi dirumah ini, karena Anggi sudah aku anggap seperti kaka aku sendiri.~~~~~~"Mas, sudah beberapa minggu ini kamu selalu telat pulang kantor mas. Aku kan jadi kesepian, Anggi juga sama pulangnya selalu telat, untung saja ada Sheena yang selalu temani aku", keluhku sambil memijat mijat punggung mas Ardi."Iya sayang maaf ya, pekerjaan kantor benar benar menumpuk jadinya harus lembur, Anggi juga kan sekretaris mas, pastinya dia juga ikut lembur dikantor", jawab mas Ardi sembari membalikan badannya lalu membelai lembut rambutku."Iya mas tapi kan aku ini lagi hamil besar loh mas, aku butuh kamu", rengekku manja."Iya sayang iya, maafkan mas ya.. besok besok mas usahakan pulangnya tidak terlalu malam lagi ya", bujuknya padaku."Janji ya mas", rengek manjaku sambil memeluknya."Iya sayang, mas janji", ujarnya sambil memelukku dengan mesra. Saat kami sedang asyik berbincang didalam kamar tiba tiba ponselku berdering."kring.. kring...","Eh ada yang telepon mas, sebentar ya", aku beranjak dari tempat tidur berjalan untuk meraih benda pipih itu."Malam malam begini siapa yang telepon sayang?", tanya mas Ardi penasaran sambil berjalan mengikutiku."Ibu mas, ada apa ya malam malam begini ibu telepon. Aku jadi khawatir", jawabku lalu mengangkat telepon dari ibu."Assalamualaikum bu, ada apa bu malam malam begini telepon Nanda? apa ada hal yang penting bu? Ibu dan bapak bagaimana kabarnya?". Belum selesai aku bertanya, tiba tiba ibu memotong pembicaraanku sambil menangis ibu berkata."Sayang.. cepat pulang kesini.. ayo cepat pulang.. ayahmu.. ayahmu..", isak tangis ibu membuat aku menjadi cemas."Iya bu kenapa, ada apa? ayah kenapa bu?" tanyaku cemas."Ayahmu meninggal nak... terkena serangan jantung", Tangis ibu pecah di seberang sana."Aaaapaa bu? ayah meninggal terkena serangan jantung? gak mungkin bu.. gak mungkin!!!", tangisku pun pecah. Aku merasa seperti tak menapaki bumi, sekujur tubuhku tiba tiba terasa lemas tak berdaya. Dadaku terasa sangat sesak, Bayangan saat aku masih kecil saat di gendong di pundak ayah, bayangan saat ayah membelikan mainan kesukaanku diiringi gelak tawa kami saat sedang bermain bersama, bayangan ketika aku bersujud dikaki ayah meminta doa dan restu ketika aku menikah dengan mas Ardi terlintas di benakku. Wajah, senyum, tawa ayah semua terlintas di benakku dan itu semua membuat aku semakin sesak! lemas tak berdaya. Lututku tak mampu lagi untuk menopang tubuh ini, kakiku lumpuh mati rasa! hingga pada akhirnya aku tak sanggup lagi melanjutkan percakapan dengan ibu. Terlebih lagi sudah 2 bulan ini aku belum sempat mengunjungi ibu dan ayah. Mas Ardi mengambil alih ponselku karena melihat aku menangis histeris, dia bertanya untuk memastikan lagi pada ibu."Halo bu ini Ardi, ada apa dengan ayah bu?", tanyanya pada ibu untuk memastikannya lagi."Iya nak, ayah mertuamu sudah Kembali pada Yang Maha Kuasa. Cepat kesini untuk mengurus jenazahnya nak", jawab ibu lirih."Inalillahi wainnailaihi rojiun", jawab mas Ardi berlinang air mata."Iya bu, sekarang juga Ardi dan Nanda kesana ya bu. Assalamualaikum", jawabnya sambil mematikan ponselnya. Saat kami sedang bersiap siap, aku tak sengaja melihat ke arah luar kamar ada siluet bayangan seseorang yang sedang berdiri disana seperti sedang menguping pembicaraan kami. Siapa dia? dirumah ini hanya ada aku, mas Ardi, Sheena dan Anggi. Mungkinkah itu Anggi, kalau pun benar sedang apa disana? namun aku pun tak terlalu memikirkannya, karena saat ini yang ada di fikiranku hanya ayahku saja. Kami pun segera bergegas untuk pergi, mas Ardi mengendarai mobilnya dengan kecepatan cukup tinggi, karena jalanan sedang sepi dan saat ini waktu sudah menunjukkan pukul 10.00 malam dan terlebih lagi malam ini langit begitu muram karena sedang diguyur hujan yang cukup deras. Saat mas Ardi membelokkan mobil dan mencoba mengurangi kecepatannya tiba tiba saja rem mobil blong tidak dapat berfungsi. Kami menjadi sangat panik, mas Ardi mulai tidak dapat mengendalikan mobilnya dan tiba tiba."BRAKK!!!",***MIMPI YANG TERTUNDA Mobil kami menbrak tiang pembatas jalan cukup keras. Aku terkulai lemas, kepalaku terasa sangat sakit, dahi dan kakiku dipenuhi oleh cairan kental segar yang bercucuran dan mas Ardi.. aku segera membangunkannya. "Mas.. mas.. bangun mas.. ", Mas Ardi tak sadarkan diri, aku membangunkan nya dengan panik. Dahi dan lengannya di penuhi oleh darah yang mengalir cukup banyak membuatku semakin panik. "Mas... mas.... bangun mas... ", aku membangunkannya dengan sedikit keras karena aku benar benar merasa khawatir melihat keadannya saat ini. Aku takut sesuatu yang buruk terjadi padanya. Saat aku sedang berusaha membangunkan mas Ardi tiba tiba saja perutku terasa sangat sakit."Ya Tuhan.. sakit, sakit sekali". Aku merintih kesakitan, melihat kakiku sudah dipenuhi oleh cairan kental berwarna merah, aku pun tersadar bahwa saat ini aku sedang mengandung anaknya mas Ardi."Ya Tuhan.. Anakku.. anakku..!",Tangisku pecah."Ya Tuhan, tolong lindungilah anak dan suamiku," gumamku lir
DERING TENGAH MALAM"Assalamualaikum, Nanda bagimana kabarnya sekarang? sudah membaik kan? maaf ya kemarin aku tidak sempat mengunjungi kamu. Aku sedang banyak pekerjaan, saat ini aku sedang berada di luar kota. Aku juga sudah tidak bekerja lagi di kantor Mas Ardi, alhamdulillah sekarang aku sudah mendapatkan pekerjaan yang lebih baik lagi", ungkap Anggi disana."Waalaikumsalam, iya tidak apa apa Nggi. Alhamdulillah aku sudah baikan", "Maaf ya, insya allah besok lusa aku pulang ke Bandung sekalian mau membereskan barang barang, aku mau pindahan Nda. Aku sudah dapat tempat tinggal yang baru", Ungkapnya terdengar riang."Oh iya, memangnya dimana tempat tinggal kamu yang baru? nanti saat pindahan aku ikut mengantarkan kamu ya","Lumayan jauh dari rumah kamu sayang, kamu sehat dulu ya. Semangat ya sayang", ungkapnya menyemangatiku."Iya Nggi makasih banyak ya,""Iya sayang. Aku pamit dulu ya,Assalamualaikum", ungkapnya."Oh iya, Waalaikumsalam", jawabku sambil mematikan ponsel. Aku mene
PESAN SESEORANG Sudah hampir 1 tahun lebih kami menikah, sikap mas Ardi yang semula cuek sekarang sudah kembali seperti dulu lagi. Dia sangat perhatian, tidak pernah pulang larut malam lagi dan dia menjadi lebih romantis. Dia selalu bersikap mesra terkadang membuat aku malu sendiri kalau kita sedang jalan di tempat umum. "Mas minggu ini jadi kan liburannya?", tanyaku pada nya untuk memastikan agar tak gagal lagi. Ya, beberapa minggu yang lalu disaat kita sudah merencanakan akan pergi berlibur ke Bali tiba tiba saja mas Ardi ada acara mendadak di kantornya dan dengan sangat terpaksa acara kami harus dibatalkan."Iya sayang, insya allah jadi. Tapi", "Tapi apa mas?", tanyaku."Tapi mas mau ke dokter dulu ya", Jawabnya."Ke dokter? memangnya kamu sakit mas? kamu sakit apa? kenapa gak bilang kalau kamu sakit?", tanyaku cemas sambil memegang dahi dan lehernya."Engga sayang, mas baik baik aja. Cuman sudah beberapa hari ini mas tidak nyaman saat buang air kecil terasa sakit. Tadi pagi mas
GARIS DUA BIRU"PRANG!!!", Sebuah gelas terjatuh dari nakas samping tempat tidur mas Ardi. Aku terperanjat, ku lihat mas Ardi pun terbangun dari tidurnya."Astagfirulloh, suara apa itu?", ungkapnya terperanjat seraya bangkit untuk duduk. Segera Ku letakkan ponsel miliknya ke sembarang tempat."Eh mas, ini gelas terjatuh". Ungkapku bergegas membereskan pecahan gelas itu."Ya ampun, kok bisa? biar mas saja sayang yang bereskan","Tidak perlu mas, biar aku saja yang bereskan". Aku bangkit untuk mengambil kantong plastik, ku lihat ponsel mas Ardi sudah tak nampak lagi. Secepat itukah ia mengambil ponselnya? Aku akan mencari tahu sendiri tentang nomor barusan yang menghubungi dan mengirimkan pesan mesra itu. Entah mengapa, perasaanku menjadi tidak karuan. Bagaimana bisa gelas itu tiba tiba terjatuh? apakah mas Ardi dengan sengaja menjatuhkannya?.~~~~ Genap 2 tahun sudah pernikahan kami, saat ini aku sedang sibuk menjalankan usaha Grosir almarhum ayahku. Ibuku saat ini sedang si
RAHASIA BESAR SUAMIKU"Bu Asih!", Teriakan bu Sari seketika menghentikan ucapannya."Sedang apa bu Asih?", tanyaku penasaran."Maaf ya nak Nanda, ceritanya nanti saja kalau nak Nanda sudah lahiran ya, saya pamit undur diri. Assalamualaikum", "Tapi bu", Belum sempat aku melanjutkan ucapanku, bu Asih sudah melenggang pergi begitu saja meninggalkan rasa penasaran dalam benakku. "Waalaikumsalam bu. Gimana sih bu kok gak dilanjutkan. Maksud bu Asih mas Ardi dan Anggi sedang apa ya?", gumamku pelan. Aku membalikkan tubuh lalu menatap mas Ardi dan Anggi. Kali ini mereka terlihat begitu dekat dan akrab. "Apakah ucapan bu Asih benar adanya? atau bu Asih hanya mengada ngada saja?", gumamku. Memang akhir akhir ini aku sering dilanda rasa cemburu ketika melihat kedekatan antara mas Ardi dan Anggi. Namun aku selalu menepis semua prasangka buruk itu. Tidak mungkin mereka menghianati aku. "Nanda sayang, kemari!", teriak mas Ardi seraya melambaikan tangannya. Aku tersenyum menganggukan
DERING TENGAH MALAM Sudah pukul 22.00 malam, namun mas Ardi masih belum pulang. Saat kuhubungi ponselnya pun tidak aktif. Aku mondar mandir tidak tenang, hatiku kacau tak karuan memikirkan perkataan Febri tadi siang. Aku menatap lagi foto itu, jelas ini memang mas Ardi tapi siapa wanita yang sedang makan malam bersamanya itu?. Aku teringat dengan kejadian kejadian dulu saat mas Ardi sering pulang larut malam. Aku menemukan secarik nota pembayaran makan malam di sebuah restoran mewah, apakah ada hubungannya? telepon masuk dan isi pesan mesra itu, apakah ada kaitannya juga?."Apa mas Ardi menghianati dan berselingkuh dariku?", gumamku lirih. Aku menghempaskan tubuhku, rasanya sesak sekali. Aku harus mencari tahu kebenarannya. Aku harus mencari tahu rahasia apa yang mas Ardi sembunyikan dariku. "Tok tok tok", Aku berjalan lambat menahan rasa sakit di pinggang dan perutku. "Assalamualaikum", sapa mas Ardi."Waalaikumsalam mas", aku mencium takzim tangannya. Aku bersikap se
AWAL KEHANCURAN"Mas Ardi", gumamku tak percaya dengan apa yang barusan aku lihat. Aku mencoba untuk mengekori mobil itu, Jelas. itu adalah mobil milik mas Ardi. Dan siapa wanita yang berada di dalam mobil itu? Masih kuingat dengan jelas, mas Ardi mengatakan akan pulang larut malam karena ia harus menyelesaikan pekerjaannya. Namun nyatanya ia berdusta!. Sekarang aku semakin yakin bahwa mas Ardi menghianatiku, dengan teganya ia mempermainkan pernikahan suci kami terlebih lagi saat ini aku sedang mengandung darah dagingnya. "Mas, keterlaluan kamu mas!", gumamku penuh amarah. Mobil mas Ardi menepi di sebuah restoran mewah terkenal di Kotaku. Aku hanya bisa menunggu di dalam mobil, aku ingin tahu siapa wanita itu. Mas Ardi keluar dari mobil membukakan pintu mobil wanita itu, dia menggandeng mesra wanita yang memakai gaun merah lalu mereka berjalan beriringan masuk ke dalam restoran. Aku mengikuti langkah mereka. Namun setibanya di dalam restoran, aku kehilangan jej
AIR MATA LUKA"Bukankah itu mas Yoga? sedang apa dia disini? lalu mengapa ia masuk bersama Anggi? ada hubungan apa ia dengan Anggi?", Tak berselang lama, mas yoga keluar lagi dari ruangan tersebut membawa beberapa barang. Aku berjalan untuk menghampirinya."Mas, sedang apa disini?", Tanyaku menepuk pundaknya."Eh Nanda, aku sedang ambil obat dan berkas berkas", jawabnya kerepotan."Loh, kamu kerja jadi kurir sekarang?","Iya, aku sudah pindah kerja. Ardi mana?", tanyanya mencari keberadaan mas Ardi. "Mas Ardi sedang sibuk, jadi aku pergi sendiri","Oh gitu, aku pamit ya sudah ditungguin ini. Assalamualaikum","Iya mas hati hati dijalannya, Waalaikumsalam", Dia berlalu, mas Yoga adalah saudaraku. Aku fikir dia sedang menemani Anggi, ternyata dugaanku salah dia masuk ruangan itu karena sedang bekerja bertugas mengambil beberapa obat dan berkas berkas. Lantas Anggi? untuk apa dia masuk ke unit palayanan KB? dia kan sudah tidak memiliki suami. Aku memutuskan untuk menunggunya terlebi