Share

RHMD 18

Penulis: Ziya_Khan21
last update Terakhir Diperbarui: 2025-06-14 08:00:22

Nio berjalan mendekati pintu masuk gudang produksi. Mata tajamnya menelusuri area sekitar, mencatat pergerakan pegawai yang berusaha terlihat sibuk meski sebenarnya saling melirik panik. Ia sudah membawa daftar evaluasi dan beberapa temuan dari dua hari terakhir yang hendak ia cocokkan langsung dengan kondisi gudang produksi.

Namun, langkahnya terhenti begitu seseorang berdiri menghadang di ambang pintu.

“Pak Dharma,” Nio menegur dengan datar, menatap pria paruh baya itu dengan ekspresi waspada. “Bisa tolong minggir? Saya mau masuk.”

Pak Dharma, kepala gudang produksi yang sudah lebih dari sepuluh tahun bekerja di perusahaan itu, menyilangkan tangan di depan dada.

“Maaf, Nio. Saya rasa Anda tidak berhak masuk ke dalam tanpa izin.”

Nio menautkan alisnya. “Izin? Bukankah saya sudah diberi kuasa penuh untuk melakukan pengecekan?”

Pak Dharma mendengus. “Kuasa penuh? Jangan kira semua pegawai di sini akan tunduk hanya karena Anda sua
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci
Komen (19)
goodnovel comment avatar
babykiss
emang aneh aih kenapa juga takut kalo g kenapa" dharma, g usah memperumit hal" yg sebenarnya mudah deh, drama banget dharma ini
goodnovel comment avatar
Bintang Ihsan
berarti kecurangan dalam perusahaan itu sudah lama, baru nio yang berani berbuat benar
goodnovel comment avatar
Indri Irmayanti
Pak Dharma, anda terlalu percaya diri. siapapun orang dalam kenalan anda, mreka pasti lbih memilih siapa yg menguntungkan untuk perusahaan ketimbang harus memelihara tikus tanah.
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • Rahasia Hati Mafia Dingin   RHMD 213

    Beberapa saat mereka duduk dalam diam, menikmati detik-detik terakhir sebelum bersiap. Lalu Ruby bangkit, mulai merapikan pakaian dan barang-barang mereka. Nio membantunya, melipat baju dengan cermat, memastikan tidak ada yang tertinggal. Sesekali mereka bertukar senyum kecil, seakan ingin mengusir rasa berat hati dengan kebersamaan sederhana. Selesai berkemas, Ruby berjalan ke balkon vila. Dari sana, ia bisa melihat matahari perlahan tenggelam di ufuk barat. Langit dipenuhi semburat oranye, merah, dan ungu, memantul indah di permukaan laut. Ruby berdiri terpaku, dadanya sesak oleh keindahan itu. Nio mendekat dari belakang, melingkarkan lengannya di pinggang Ruby. “Indah, kan?” bisiknya. Ruby mengangguk pelan. “Aku ingin mengingat momen ini selamanya.” “Dan kamu akan mengingatnya,” jawab Nio dengan yakin. “Karena aku ada di sini, di sisimu. Selama kita bersama, setiap tempat akan selalu terasa istimewa.” Ruby tersenyum, meski matanya sedikit berkaca. Ia menoleh, menatap wajah

  • Rahasia Hati Mafia Dingin   RHMD 212

    Ruby merasakan hatinya hangat. Ia menoleh pada Nio, yang menatapnya penuh senyum di balik masker. Nio mengulurkan tangan, menggenggam jemari Ruby di bawah air. Dalam hening dunia bawah laut itu, tanpa kata-kata, Ruby bisa merasakan perasaan yang ingin disampaikan Nio.Mereka terus berenang, menyusuri jalur karang yang indah. Ruby sesekali menunjuk ikan-ikan warna-warni yang melintas: biru neon, oranye mencolok, bahkan ada yang bercorak bintik-bintik. Nio ikut memperhatikannya dengan sabar, seolah melihat kebahagiaan Ruby adalah pemandangan paling indah baginya.Saat mereka naik ke permukaan sebentar untuk bernapas penuh, Ruby langsung berseru, “Nio! Itu tadi luar biasa sekali! Aku merasa seperti masuk ke negeri ajaib.”Nio tertawa lembut, mengusap wajahnya yang basah. “Aku sudah bilang kan, kamu akan suka.”Ruby menatapnya penuh kagum. “Kamu selalu tahu caranya membuatku melihat dunia dengan cara berbeda.”“Karena aku ingin kamu tahu, Rub

  • Rahasia Hati Mafia Dingin   RHMD 211

    Boat terus melaju, menyisir garis pantai yang memamerkan perpaduan pasir putih dan hijau pepohonan. Beberapa burung camar terbang rendah, menambah indah pemandangan yang seakan diambil dari lukisan. Ruby menutup matanya sebentar, membiarkan hembusan angin laut mengusap wajahnya. Ada rasa damai yang jarang sekali ia rasakan sebelumnya.Saat Ruby membuka mata, ia mendapati Nio tengah menatapnya dalam-dalam. “Kenapa lihat aku begitu?” tanyanya malu-malu.“Karena kamu lebih indah dari semua pemandangan di sini,” jawab Nio jujur tanpa ragu.Ruby merasa pipinya panas, lalu cepat-cepat menoleh ke arah lain. “Kamu selalu tahu cara membuat aku malu.”Nio tertawa, lalu dengan spontan meraih tangannya. Mereka saling bergenggaman, membiarkan boat membawa mereka semakin jauh dari keramaian. Ombak, angin, dan langit biru menjadi saksi keintiman yang sederhana, tapi bermakna.Di tengah perjalanan, Nio menurunkan kecepatan boat, membiarkan mereka mengapung tenang di atas air jernih. Ruby menatap ke b

  • Rahasia Hati Mafia Dingin   RHMD 210

    Pasir putih terasa hangat di telapak kaki Ruby saat ia berjalan pelan di samping Nio. Ombak datang silih berganti, memecah sunyi dengan deburan lembut. Pagi di pantai itu seakan diciptakan hanya untuk mereka berdua.Nio menyelipkan tangannya ke genggaman Ruby, menatap ke arah garis laut biru yang memantulkan cahaya matahari. “Ruby, kalau kita menikah nanti… kamu ingin pernikahan seperti apa?”Ruby berhenti melangkah, menoleh dengan dahi berkerut. “Menikah? Bukankah kita sudah menikah, Nio? Kenapa harus menikah lagi?” Nada suaranya penuh kebingungan.Nio ikut berhenti, menatap Ruby dengan mata yang penuh heran. “Tunggu… semalam kamu baru saja menerima lamaranku. Apa sekarang kamu jadi pikun?” Senyumnya melebar nakal, jelas ia sedang menggoda.Ruby mendengus kesal dan langsung memukul lengan Nio dengan pelan. “Bukan begitu maksudku! Kita kan masih tercatat dalam hukum sebagai suami istri. Jadi… kenapa kamu bicara seolah-olah kita belum menikah?”Nio mengusap lengan yang dipukul, pura-p

  • Rahasia Hati Mafia Dingin   RHMD 209

    Ruby menoleh dengan cepat, matanya berbinar penuh antusias. “Ya! Perutku sudah kelaparan sejak tadi.”Nio menahan tawa, suaranya renyah pecah bersama angin pantai. “Jadi itu alasan kamu bangun lebih awal? Bukan karena ingin menikmati pantai, tapi karena ingin sarapan?”Ruby spontan menatapnya kesal. “Hei! Aku serius!” Ia mengangkat tangannya hendak memukul lengan Nio.Namun Nio dengan cepat mundur selangkah, lalu berbalik dan berlari kecil ke arah pasir. “Kalau mau sarapan, kejar aku dulu!” teriaknya sambil tertawa lepas.“NIO!” Ruby berteriak, pipinya memerah karena kesal dan malu sekaligus. Tanpa pikir panjang, ia ikut berlari mengejarnya.Pasir pantai yang lembut sedikit licin di bawah telapak kakinya, membuat langkah Ruby terkadang terhuyung, tapi semangatnya tak surut. Ia mendengar tawa Nio di depan, membuatnya makin bersemangat untuk mengejar. “Dasar menyebalkan! Awas kalau ketangkap!”Nio menoleh ke belakang, senyumnya leb

  • Rahasia Hati Mafia Dingin   RHMD 208

    Mereka melangkah masuk. Begitu pintu dibuka, aroma kayu manis bercampur dengan harum laut langsung menyambut. Ruang tengahnya luas dengan sofa empuk menghadap ke jendela besar yang terbuka ke arah pantai. Tirai tipis bergoyang ditiup angin malam, sementara suara deburan ombak terdengar jelas dari kejauhan.Ruby berjalan pelan, jemarinya menyentuh meja kayu sederhana di ruang tengah. “Ini bagus sekali, Nio. Vila ini … seperti tempat liburan yang hanya ada di film.”Nio memperhatikan wajahnya yang begitu bahagia, lalu berkata dengan nada rendah, “Aku ingin semua ini nyata untukmu, Ruby. Setiap senyummu, setiap rasa tenangmu… aku ingin kamu merasakannya sungguh-sungguh.”Ruby menoleh, matanya berkaca-kaca, lalu cepat-cepat tersenyum agar tidak larut dalam emosinya. “Jangan bikin aku nangis lagi, ya. Aku sudah cukup nangis bahagia hari ini.”Mereka melanjutkan menelusuri vila hingga akhirnya tiba di kamar utama. Pintu kayu putih terbuka, menyingkap ruangan dengan ranjang besar bertabur ka

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status