Home / Fantasi / Rahasia Mars / Episode 10

Share

Episode 10

Author: Faya Hayana06
last update Last Updated: 2022-05-07 04:28:01

"Pagi, Ma, Pa." Sapaku kepada Mama dan Papa.

"Pagi, sayang." Balas Mama, tersenyum lembut.

"Gimana tidurnya, nyenyak?" Tanya Papa, ikut tersenyum. Aku hanya mengangguk, balas tersenyum.

Aku langsung menarik kursi dan duduk bersama Mama dan Papaku.

"Non Zella mau makan apa?" Tanya Bi Inah.

"Nasi goreng spesial pakai sosis, Bi." Jawabku.

"Baiklah, saya buatkan dulu ya, Non." Aku mengangguk.

Sambil menunggu nasi gorengku, aku mencoba membuka topik pembicaraan.

"Ma, Pa." Panggilku. Mama dan Papa langsung menoleh ke arahku.

"Iya, kenapa sayang?" Tanya Papa.

"Mama dan Papa kenal Miss Della?" Pertanyaan itu terus memenuhi pikiranku semalaman, membuatku harus bertanya pagi ini. Mama dan Papa terdiam. Bi Inah yang sedang membuat nasi goreng, sedikit terkejut mendengar pertanyaanku.

"Kenapa kamu bertanya seperti itu?" Tanya Mama menatapku.

Aku menggeleng. "Tidak ada, hanya ingin tahu saja." Jawabku.

"Hmm, gimana ya ngejelasinnya." Mama terlihat berpikir keras.

"Hmm, gini..." Ucapan Mama terputus, karena disela lebih dulu oleh Bi Inah.

"Maaf Nyonya, saya memotong pembicaraan Nyonya dan Non Zella, karena makanan Non Zella sudah jadi."

"Iya, tidak apa Bi Inah." Jawab Mama, tersenyum.

"Nanti sore Mama kasih tahu kamu jawabannya, sekarang kamu makan, nanti kamu telat." Ucap Mama kepadaku. Aku hanya mengangguk pelan, dan menyendok makanan ke mulutku.

"Zella, cepat, kita udah telat." Aku buru-buru mengambil tas, takut ditinggal oleh Papa.

"Bentar Pa, Zella udah siap nih." Aku berlari menghampiri Mama dan mencium tangannya, dan kembali berlari secepat kilat.

"Ayo, Zella." Papa udah berjalan ke arah mobil.

"Papa tunggu!!" Teriakku, takut ditinggal oleh Papa.

Papa hanya tertawa melihat tingkahku.

Saat aku sudah sampai di depan mobil, aku hanya cemberut.

"Anak Papa kalau cemberut, seperti burung pelikan." Ledek Papa, sambil mengacak rambutku.

"Apaan sih, Papa." Ketusku, menjauhi tangan Papa dari kepalaku.

Papa hanya tertawa semakin keras.

Aku yang di tertawakan, hanya bersungut-sungut kesal.

"Udah, ayo masuk." Aku masih bersungut-sungut, tapi aku tetap masuk.

Di jalan aku tidak banyak bicara, moodku hari ini hancur gara-gara Papa.

"Hei, kok putri Papa diam aja pagi ini?" Tanya Papa memecah keheningan. Aku hanya menggeleng tidak menjawab.

"Masih marah ya sama Papa?" Aku masih tidak menjawab.

"Udah dong marahnya." Bujuk Papa sambil mencolek pipiku, sambil terus menyetir.

Aku menepis tangan Papa, kesal.

"Kan, udah Papa duga kamu masih marah sama Papa." Papa tertawa sambil fokus menyetir mobil.

Aku tetap diam, tidak menanggapi gurauan Papa.

"Hati-hati ya, sayang." Aku hanya tersenyum tipis, dan mencium tangan Papa.

"Dah, sayang." Papa melambaikan tangan, aku hanya membalasnya dengan senyuman.

Aku terus berjalan menuju gerbang sekolah.

"Pagi, Neng Zella." Sapa penjaga gerbang sekolah.

"Pagi, Pak Bujang." Balasku, mengangguk.

"Saya salut dengan Neng Zella, selalu datang cepat." Aku hanya tersenyum, mengangguk.

"Saya masuk dulu ya, Pak." Ucapku sopan, sebelum Pak Bujang bicara sampai ke mana-mana.

"Eh, baik Neng, silahkan masuk." Pak Bujang yang sadar atas kesalahannya, akhirnya membukakan gerbangnya.

"Terimakasih." Ucapku.

"Iya, sama-sama." Balasnya.

Ku kira moodku sebentar saja memburuk, rupanya seharian moodku buruk. Dan aku juga baru mengetahui sesuatu rahasia dari teman-temanku.

"Hai." Sapa Ghina. Aku sedikit terkejut, karena di dorong tiba-tiba.

"Kamu ini, aku hampir jatuh tau!" Aku mengaduh, karena aku hampir tersungkur dibuatnya.

"Maaf ya, Zella." Ghina hanya nyengir lebar, tanpa rasa bersalah.

"Hm." Jawabku tidak peduli. Aku terus berjalan menuju kelas.

"Zella, tunggu!" Ghina berlari, agar menyejajari langkahku.

"Kamu kenapa?" Tanya Ghina saat jalannya telah sejajar denganku.

"Tidak ada." Jawabku tak peduli.

"Kamu lagi bad mood, ya?" Tebak Ghina. Aku tidak menjawab.

"Zella, kok kamu nge cuekin aku?" Tanya Ghina kesal.

"Aku lagi malas jawab." Jawabku datar.

"Oke, aku tidak akan bicara dengan kamu!" Ucap Ghina ketus. Dia berjalan mendahuluiku sambil bersungut-sungut. Aku tetap tidak peduli.

Aku melihat kelas, masih sepi. Hanya Ada beberapa temanku di kelas yang masih bisa di hitung jumlahnya.

"Hai Zell! Selamat ya, kamu jadi juara kelas lagi saat ulangan harian kita kemarin."

"Eh, emangnya udah keluar ya, siapa yang juara?" Tanyaku sedikit terkejut.

"Udah, ada di Mading depan kelas." Jawab salah satu temanku. Aku berlari ke luar kelas, disusul dengan Ghina di belakangku. Dia juga terkejut mendengar pernyataan salah satu temanku.

Aku melihat urutan juara kelas di sekolah kami.

Urutan pertama : Anzella Griselda Putri.

Urutan kedua: Adrian Devino.

Urutan ketiga: Al fisya Natasya.

Urutan keempat: Tressa Yaghina.

Urutan kelima:. Adriana Devina.

Urutan keenam: Angela Nadhira Zaura.

Dan seterusnya hingga urutan terakhir Rayn Alvino.

Aku menelan ludah, karena tidak menyangka bisa menjadi juara kelas lagi.

"Selamat ya, Zell." Ucap Gea tersenyum.

"Katanya kamu marah sama aku?" Tanyaku meledeknya.

"Eh, itu. Aku hanya bercanda." Jawabnya nyengir, menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Aku tertawa sambil memeluk Ghina.

Aku berharap hari ini menyenangkan, setelah Papa membuatku kesal saat berangkat sekolah tadi.

Kami tidak menyadari sebentar lagi masuk, dan para murid sudah banyak yang berdatangan.

"Zell, masuk yuk." Ajak Ghina menarik tanganku. Aku hanya tertawa membiarkan Ghina membawaku ke kelas.

***

Ternyata aku keliru, kekesalanku belum berakhir hingga pulang sekolah.

"Anak-anak, ayo ganti pakaiannya, sekarang!!" Teriak Mister James, saat kelas sudah mulai.

Aku dan teman-teman sekelasku berlari menuju ruang ganti pakaian.

Kami memang memiliki ruang ganti pakaian masing-masing.

Jadi, lebih mudah untuk mengganti pakaian.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Rahasia Mars   Episode 11

    Aku mencari bilik pakaian yang tertulis namaku."Huh, Mister James itu sungguh sangat galak, memang cocok dengan Miss Della." Gerutu Ghina, kesal. Aku tertawa mendengarnya.Murid-murid di sini kalau sedang kesal dengan Mister James atau Miss Della, biasanya mengumpat dengan menjodoh-jodohkan mereka berdua."Sudahlah Ghin, ayo ganti pakaian kita." Dia menghela nafas panjang, dan masuk ke dalam biliknya, aku juga ikut masuk ke dalam bilikku."Oke, kita akan belajar di lapangan biasa, karena ruang olahraga kita sedang ada renovasi. Saya tidak akan basa-basi lagi. Baik, sekarang kita akan bermain voli, saya akan membagikan tiga kelompok, saya akan mengumumkan kelompok kalian masing-masing.Kelompok yang pertama, Zella, Vino, Ghina, Rayn, Angela, Vina, Sean, Lian, Nia, dan Reska. Empat orang akan menjadi pemain cadangan, yaitu Angela, Vina, Sean dan Nia.Oke, kelompok selanjutnya..."Aku terdiam. Memang menyenangkan sekelompok dengan Ghina, tapi aku tidak menyangka akan sekelompok dengan m

  • Rahasia Mars   Episode 10

    "Pagi, Ma, Pa." Sapaku kepada Mama dan Papa."Pagi, sayang." Balas Mama, tersenyum lembut."Gimana tidurnya, nyenyak?" Tanya Papa, ikut tersenyum. Aku hanya mengangguk, balas tersenyum.Aku langsung menarik kursi dan duduk bersama Mama dan Papaku."Non Zella mau makan apa?" Tanya Bi Inah."Nasi goreng spesial pakai sosis, Bi." Jawabku."Baiklah, saya buatkan dulu ya, Non." Aku mengangguk.Sambil menunggu nasi gorengku, aku mencoba membuka topik pembicaraan."Ma, Pa." Panggilku. Mama dan Papa langsung menoleh ke arahku."Iya, kenapa sayang?" Tanya Papa."Mama dan Papa kenal Miss Della?" Pertanyaan itu terus memenuhi pikiranku semalaman, membuatku harus bertanya pagi ini. Mama dan Papa terdiam. Bi Inah yang sedang membuat nasi goreng, sedikit terkejut mendengar pertanyaanku."Kenapa kamu bertanya seperti itu?" Tanya Mama menatapku.Aku menggeleng. "Tidak ada, hanya ingin tahu saja." Jawabku."Hmm, gimana ya ngejelasinnya." Mama terlihat berpikir keras."Hmm, gini..." Ucapan Mama terputu

  • Rahasia Mars   Episode 09

    Tempatnya kembali berganti..."Kak, aku lapar." Keluh Adiknya."Sabar ya, Derra." Kakaknya mencoba menyemangati Adiknya."Uhuk! Uhuk!" Kakaknya menoleh ke belakang, menatap Adiknya."Derrra, kamu sakit?" Tanya Kakaknya khawatir."Tidak." Adiknya menggeleng. Kakaknya Menurunkan Adiknya, dari gendongannya, lalu memeriksa kening Adiknya."Tidak apanya?!" Kakaknya mengomel."Ayo, kita cari obat!" Seru Kakaknya, kembali menggendong Adiknya."Tapi kita tidak punya uang, Kak." Langkah kaki Kakaknya terhenti.Adiknya benar, dia tidak memiliki uang sedikit pun.Sudah lima hari mereka berjalan mencari Tabib terdekat. "Kak, sudah lima hari Kakak berjalan mencari Tabib. Sudahlah, jangan terlalu Kakak paksakan untuk berjalan.""Aku tidak apa-apa. Kakak lebih baik istirahat." Adiknya tersenyum, menyentuh bahu Kakaknya, pelan.Walau, sebenarnya, tubuh adiknya semakin panas."Tapi, kamu harus bertahan!" Air mata Kakaknya mengalir, menoleh, menatap Adiknya.Adiknya mengangguk, tersenyum."Kalaupun ak

  • Rahasia Mars   Episode 08

    Tiba-tiba masa itu berubah..."Anak-anak! Cepat sembunyi!" Seru wanita itu panik."Nyonya Syaffara, bawa putrimu pergi dari sini!" Suruh seorang pria, tubuhnya tidak tinggi dan tidak pula pendek. Tubuhnya pas-pasan.Wanita itu mengangguk, menarik tangan kedua anaknya."Dasar kalian para pengkhianat!" Teriak seorang pria, aku berseru kaget. Yang membuatku kaget adalah, pria yang barusan berteriak tadi itu adalah Ayah mereka yang ada di tempat sebelumnya."Cukup, Barr!" Seru wanita yang lain."Diam kalian!" Dia menyerang siapa saja yang ada di hadapannya, dengan brutal."Kalian semua mengkhianatiku!" Teriaknya, terus menyerang tanpa ampun."Kami tidak pernah mengkhianatimu, Barr." Ucap pria yang lain, menggeleng."Ayah! Bunda!" Teriak seorang remaja perempuan."Syerra!" Balas wanita tadi panik."Anakmu ini akan menjadi korban dari pengkhianatan kalian!" Seru Ayah anak yang tadi kutemui di tempat sebelumnya. Aku bergidik ngeri saat pria itu memenggal kepala gadis itu."Tidaaaak!" Teriak

  • Rahasia Mars   Episode 07

    "Eh, Zella. Besok-besok aku ke rumah kamu lagi, ya!" Aku mengangguk."Dengan senang hati." Jawabku, memeluknya. Dia balas memelukku erat."Besok saat hari libur, aku suruh Bunda datang ke sini, bawakan makanan kesukaanmu." Aku tertawa, lalu mengangguk."Dan kita juga harus melanjutkan cerita tadi, nanti aku tanyakan lanjutan ceritanya ke Bunda. Soalnya aku juga penasaran, kenapa Miss Della bisa dekat dengan orang tua kita." Bisik Ghina. Aku mengangguk, tanda setuju."Tapi kita harus menunggu empat hari lagi, baru hari Sabtu." Dia mengeluh."Tidak apa, Ghin." Aku menepuk bahunya pelan, tersenyum.Aku mendengar suara klakson mobil."Eh, sopirnya udah datang tuh, aku pulang dulu ya. Bye!" Ghina melambaikan tangan ke arahku."Hati-hati di jalan, Ghina!" Aku balas melambaikan tangan.Setelah kepulangan Ghina, aku masih menunggu di luar, memikirkan banyak hal."Non Zella, kenapa tidak masuk?" Tanya Kak Reva, salah satu pelayan di rumahku."Eh, nanti saya masuk." Jawabku sedikit kaget. Satu,

  • Rahasia Mars   Episode 06

    Setelah kepergian Miss Della, ada yang memencet bel, itu bisa kutebak kalau yang datang itu Ghina. Karena Ghina memang datang jam segini (jam lima)." Hai, Ghin." Sapaku, saat sudah di depan pagar rumahku."Hai, mana Mama kamu?" Tanya Ghina saat di halaman rumahku."Ada di dalam." Jawabku, Ghina hanya mengangguk."Eh, rumah kamu tidak ada yang berubah, ya.""Maksud kamu?" Tanyaku bingung, menatapnya tidak mengerti."Iya, tetap besar. Seperti istana Putri." Jawabnya, balas menatapku."Kamu berlebihan Ghin. Mana ada seperti istana." Ucapku kesal, antara malu dan merasa terlalu berlebihan untuk memuji rumahku."Hahaha, maaf-maaf. Aaku hanya bercanda," Ghina hanya tertawa melihat ekspresi wajah kesal ku. Dia mencolek pipiku, yang membuatku semakin kesal."Eh, Nona Ghina, apa kabar?" Sapa Bi Inah, saat kami sudah di dalam rumah. Yang di sapa hanya tersenyum, mengangguk."Mama mana, Bi?" Tanyaku, membiarkan Ghina sibuk sendiri."Di dapur." Jawab Bi Inah. Aku langsung menarik tangan Ghina me

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status