Share

Episode 10

"Pagi, Ma, Pa." Sapaku kepada Mama dan Papa.

"Pagi, sayang." Balas Mama, tersenyum lembut.

"Gimana tidurnya, nyenyak?" Tanya Papa, ikut tersenyum. Aku hanya mengangguk, balas tersenyum.

Aku langsung menarik kursi dan duduk bersama Mama dan Papaku.

"Non Zella mau makan apa?" Tanya Bi Inah.

"Nasi goreng spesial pakai sosis, Bi." Jawabku.

"Baiklah, saya buatkan dulu ya, Non." Aku mengangguk.

Sambil menunggu nasi gorengku, aku mencoba membuka topik pembicaraan.

"Ma, Pa." Panggilku. Mama dan Papa langsung menoleh ke arahku.

"Iya, kenapa sayang?" Tanya Papa.

"Mama dan Papa kenal Miss Della?" Pertanyaan itu terus memenuhi pikiranku semalaman, membuatku harus bertanya pagi ini. Mama dan Papa terdiam. Bi Inah yang sedang membuat nasi goreng, sedikit terkejut mendengar pertanyaanku.

"Kenapa kamu bertanya seperti itu?" Tanya Mama menatapku.

Aku menggeleng. "Tidak ada, hanya ingin tahu saja." Jawabku.

"Hmm, gimana ya ngejelasinnya." Mama terlihat berpikir keras.

"Hmm, gini..." Ucapan Mama terputus, karena disela lebih dulu oleh Bi Inah.

"Maaf Nyonya, saya memotong pembicaraan Nyonya dan Non Zella, karena makanan Non Zella sudah jadi."

"Iya, tidak apa Bi Inah." Jawab Mama, tersenyum.

"Nanti sore Mama kasih tahu kamu jawabannya, sekarang kamu makan, nanti kamu telat." Ucap Mama kepadaku. Aku hanya mengangguk pelan, dan menyendok makanan ke mulutku.

"Zella, cepat, kita udah telat." Aku buru-buru mengambil tas, takut ditinggal oleh Papa.

"Bentar Pa, Zella udah siap nih." Aku berlari menghampiri Mama dan mencium tangannya, dan kembali berlari secepat kilat.

"Ayo, Zella." Papa udah berjalan ke arah mobil.

"Papa tunggu!!" Teriakku, takut ditinggal oleh Papa.

Papa hanya tertawa melihat tingkahku.

Saat aku sudah sampai di depan mobil, aku hanya cemberut.

"Anak Papa kalau cemberut, seperti burung pelikan." Ledek Papa, sambil mengacak rambutku.

"Apaan sih, Papa." Ketusku, menjauhi tangan Papa dari kepalaku.

Papa hanya tertawa semakin keras.

Aku yang di tertawakan, hanya bersungut-sungut kesal.

"Udah, ayo masuk." Aku masih bersungut-sungut, tapi aku tetap masuk.

Di jalan aku tidak banyak bicara, moodku hari ini hancur gara-gara Papa.

"Hei, kok putri Papa diam aja pagi ini?" Tanya Papa memecah keheningan. Aku hanya menggeleng tidak menjawab.

"Masih marah ya sama Papa?" Aku masih tidak menjawab.

"Udah dong marahnya." Bujuk Papa sambil mencolek pipiku, sambil terus menyetir.

Aku menepis tangan Papa, kesal.

"Kan, udah Papa duga kamu masih marah sama Papa." Papa tertawa sambil fokus menyetir mobil.

Aku tetap diam, tidak menanggapi gurauan Papa.

"Hati-hati ya, sayang." Aku hanya tersenyum tipis, dan mencium tangan Papa.

"Dah, sayang." Papa melambaikan tangan, aku hanya membalasnya dengan senyuman.

Aku terus berjalan menuju gerbang sekolah.

"Pagi, Neng Zella." Sapa penjaga gerbang sekolah.

"Pagi, Pak Bujang." Balasku, mengangguk.

"Saya salut dengan Neng Zella, selalu datang cepat." Aku hanya tersenyum, mengangguk.

"Saya masuk dulu ya, Pak." Ucapku sopan, sebelum Pak Bujang bicara sampai ke mana-mana.

"Eh, baik Neng, silahkan masuk." Pak Bujang yang sadar atas kesalahannya, akhirnya membukakan gerbangnya.

"Terimakasih." Ucapku.

"Iya, sama-sama." Balasnya.

Ku kira moodku sebentar saja memburuk, rupanya seharian moodku buruk. Dan aku juga baru mengetahui sesuatu rahasia dari teman-temanku.

"Hai." Sapa Ghina. Aku sedikit terkejut, karena di dorong tiba-tiba.

"Kamu ini, aku hampir jatuh tau!" Aku mengaduh, karena aku hampir tersungkur dibuatnya.

"Maaf ya, Zella." Ghina hanya nyengir lebar, tanpa rasa bersalah.

"Hm." Jawabku tidak peduli. Aku terus berjalan menuju kelas.

"Zella, tunggu!" Ghina berlari, agar menyejajari langkahku.

"Kamu kenapa?" Tanya Ghina saat jalannya telah sejajar denganku.

"Tidak ada." Jawabku tak peduli.

"Kamu lagi bad mood, ya?" Tebak Ghina. Aku tidak menjawab.

"Zella, kok kamu nge cuekin aku?" Tanya Ghina kesal.

"Aku lagi malas jawab." Jawabku datar.

"Oke, aku tidak akan bicara dengan kamu!" Ucap Ghina ketus. Dia berjalan mendahuluiku sambil bersungut-sungut. Aku tetap tidak peduli.

Aku melihat kelas, masih sepi. Hanya Ada beberapa temanku di kelas yang masih bisa di hitung jumlahnya.

"Hai Zell! Selamat ya, kamu jadi juara kelas lagi saat ulangan harian kita kemarin."

"Eh, emangnya udah keluar ya, siapa yang juara?" Tanyaku sedikit terkejut.

"Udah, ada di Mading depan kelas." Jawab salah satu temanku. Aku berlari ke luar kelas, disusul dengan Ghina di belakangku. Dia juga terkejut mendengar pernyataan salah satu temanku.

Aku melihat urutan juara kelas di sekolah kami.

Urutan pertama : Anzella Griselda Putri.

Urutan kedua: Adrian Devino.

Urutan ketiga: Al fisya Natasya.

Urutan keempat: Tressa Yaghina.

Urutan kelima:. Adriana Devina.

Urutan keenam: Angela Nadhira Zaura.

Dan seterusnya hingga urutan terakhir Rayn Alvino.

Aku menelan ludah, karena tidak menyangka bisa menjadi juara kelas lagi.

"Selamat ya, Zell." Ucap Gea tersenyum.

"Katanya kamu marah sama aku?" Tanyaku meledeknya.

"Eh, itu. Aku hanya bercanda." Jawabnya nyengir, menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Aku tertawa sambil memeluk Ghina.

Aku berharap hari ini menyenangkan, setelah Papa membuatku kesal saat berangkat sekolah tadi.

Kami tidak menyadari sebentar lagi masuk, dan para murid sudah banyak yang berdatangan.

"Zell, masuk yuk." Ajak Ghina menarik tanganku. Aku hanya tertawa membiarkan Ghina membawaku ke kelas.

***

Ternyata aku keliru, kekesalanku belum berakhir hingga pulang sekolah.

"Anak-anak, ayo ganti pakaiannya, sekarang!!" Teriak Mister James, saat kelas sudah mulai.

Aku dan teman-teman sekelasku berlari menuju ruang ganti pakaian.

Kami memang memiliki ruang ganti pakaian masing-masing.

Jadi, lebih mudah untuk mengganti pakaian.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status