Share

Episode 08

Tiba-tiba masa itu berubah...

"Anak-anak! Cepat sembunyi!" Seru wanita itu panik.

"Nyonya Syaffara, bawa putrimu pergi dari sini!" Suruh seorang pria, tubuhnya tidak tinggi dan tidak pula pendek. Tubuhnya pas-pasan.

Wanita itu mengangguk, menarik tangan kedua anaknya.

"Dasar kalian para pengkhianat!" Teriak seorang pria, aku berseru kaget. Yang membuatku kaget adalah, pria yang barusan berteriak tadi itu adalah Ayah mereka yang ada di tempat sebelumnya.

"Cukup, Barr!" Seru wanita yang lain.

"Diam kalian!" Dia menyerang siapa saja yang ada di hadapannya, dengan brutal.

"Kalian semua mengkhianatiku!" Teriaknya, terus menyerang tanpa ampun.

"Kami tidak pernah mengkhianatimu, Barr." Ucap pria yang lain, menggeleng.

"Ayah! Bunda!" Teriak seorang remaja perempuan.

"Syerra!" Balas wanita tadi panik.

"Anakmu ini akan menjadi korban dari pengkhianatan kalian!" Seru Ayah anak yang tadi kutemui di tempat sebelumnya. Aku bergidik ngeri saat pria itu memenggal kepala gadis itu.

"Tidaaaak!" Teriak wanita itu tertahan. Air matanya mengalir deras melihat putrinya dipenggal dengan sadis di depan matanya.

"Putriku!" Teriak wanita itu, menangis. Pria yang menggeleng tadi, memeluk wanita itu. Sepertinya itu suaminya.

Aku menutup mataku, karena tidak tahan melihat badan yang sudah tidak ada kepalanya itu.

"Bawa anak itu ke sini! Kalau kalian tidak ingin melihat anak kalian yang menjadi korban!" Bentak pria yang memenggal kepala gadis itu, marah.

"Kami tidak akan membiarkanmu memanfaatkan putrimu sendiri, Barr." Pria yang berbadan pas-pasan itu, menggeleng. Tetap tenang.

"Kau! Kalau kau tidak membawa anak itu ke sini, maka jangan salahkan aku, kalau putramu yang akan menjadi korban setelah dia!" Pria itu menunjuk gadis yang sudah tidak berkepala itu, dengan wajah yang merah padam.

"Kenapa kamu menjadi seperti ini, Barr?" Tanya pria itu tidak mengerti.

"Seharusnya aku yang bertanya seperti itu kepada kalian!" Dia bukannya menjawab, malah bicara yang lain.

"Apa dendam kamu kepada putrimu sendiri?" Tanya pria itu masih tetap tenang.

"Bukan urusanmu!" Bentaknya.

"Ass!!" Pria yang berbadan pas-pasan itu, menoleh. Aku juga ikut menoleh.

"Tolong kami!" Seru wanita cantik ketakutan. Orang yang di panggil Ass itu, mengatupkan rahangnya.

Dia tahu, kalau dia sedang terdesak.

"Ayah!" Dia menatap ke tempat lain, putranya di jepit oleh tanah yang mulai mengeras. Membuat anak itu sesak nafas.

"Kamu!" Pria yang disebut Ass itu, menggeram.

Aku berseru tertahan, melihat dua korban itu di jepit. Mereka berteriak kesakitan, membuat pria yang disebut Ass itu, mulai panik.

"Syanna! Zevvan!" Teriak pria yang disebut Ass itu, histeris.

"Argh!" Mereka berteriak semakin keras. Dan...

CRAT! Darah segar muncrat ke mana-mana.

Aku menutup mulut,  menyaksikannya.

"Tidaaaak!" Seru pria yang disebut Ass itu, parau.

"Hahaha!" Tawa pria yang disebut Barr itu, menggelegar di langit-langit. Membuat telingaku sakit mendengarnya.

Tiba-tiba tempatnya berganti lagi...

"Hah. Barr! Ku mohon, jangan seperti ini!" Istrinya berlutut memohon.

"Sudah terlambat. Bawa dia kemari!" Perempuan itu menggeleng pelan.

"Bawa dia kemari!" Bentak pria yang disebut Barr itu, menjambak rambut hitam istrinya.

"Ibu!!" Seru anak perempuan yang aku lihat waktu itu.

"Pergi! Bawa Adikmu pergi menjauh dari sini!" Ibunya menyuruh. Anak perempuan itu menggeleng kuat-kuat.

"Cepat pergi dari sini!" Teriak ibunya kuat.

"Diam!"

"Argh!" Wanita itu masih sempat mengarah kan tangannya, membuat lubang kecil.

"Apa yang kamu lakukan?!" Tanya suaminya marah.

"Sedot mereka masuk ke dalam!" Perintah istrinya.

"Baik, Nyonya." Balas lubang itu, seolah-olah sedang berbicara.

"Tidak. Ibu!" Teriak mereka tidak terima, saat tubuh mereka disedot masuk oleh lubang itu.

"Selamat tinggal, anak-anakku!" Wanita itu tersenyum kecil, melambaikan tangan. 

"Tidak, ibu!!" Air mataku tiba-tiba mengalir deras. Aku menangis?

Tentu saja! Mimpi ini sangat menyedihkan.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status