Sudah kali ke dua Andrian menolak permintaan ibunya, Nyonya Retno untuk dijodohkan. Nyonya Retno berharap Andrian dapat memberi cucu untuk menyenangkan Tito Rianggono, ayahnya. Nyonya Retno khawatir jika kepemimpinan perusahaan diserahkan pada Thomas, adik Andrian. Namun, mencari jodoh untuk Andrian yang lumpuh bukanlah perkara mudah. Kisah cinta tokoh-tokoh dalam novel ini dijalin dengan berbagai intrik dan perebutan harta. Setiap tokoh punya rahasia yang mencengangkan.
View More"Jawabanku tetap sama, Ma. Aku tidak ingin dijodohkan dengan siapapun, " tegas Andrian sembari tetap memandang ke luar jendela.
"Mama melakukan ini demi kebaikan kamu. Karena Mama teramat menyayangi kamu."
"Ma, 16 tahun lamanya aku duduk di kursi roda ini. Aku merasa tidak berguna. Tidakkah Mama berpikir bahwa perjodohan ini semakin menunjukkan betapa aku tak bisa melakukan apapun hingga urusan percintaan aku tak bisa memilih. "
"Mama sudah menunggu lama, tapi... . "
Nyonya Retno tidak melanjutkan kalimatnya. Ia segera menyadari bahwa kalimatnya nanti akan melukai perasaan Andrian. Ia lalu menghela napas. Terdengar berat. Lalu pergi meninggalkan Andrian yang masih terpaku. Andrian membeku menatap kosong pada taman di halaman rumahnya yang ditata rapi. Hatinya yang memar semakin berkecamuk.
Nyonya Retno segera memberi tahu para pelayan agar tidak mendekati kamar Andrian. Ia takut, ada pelayan yang akan menjadi sasaran kemarahan Andrian. Biasanya, jika suasana hati Andrian sedang tidak nyaman, ia akan melampiaskan amarah pada apa saja dan siapa saja.
Nyonya Retno bukan tak tahu hal tersebut salah, tapi ia mencoba memahami anaknya yang tertekan selama ini."Aarrgggghhhh......," Andrian berteriak memecah keheningan ruangan. Terdengar suara guci dipecahkan. Tentu saja ini bukan kali pertama Andrian bersikap seperti itu.
Para pelayan yang mendengar itu ketakutan. Mereka bahkan tidak berani mendekat ke pintu kamar.
"Tuan Andrian marah lagi, kita harus waspada. Jangan sampai membuat kesalahan, " ujar seorang pelayan.
"Perempuan mana yang mau jadi pendamping orang yang pemarah seperi itu. Sungguh malang orang yang nanti jadi istrinya, " sambung pelayan yang lain.
"Ehem, tidak baik mengosipkan orang yang memberi kita makan, " suara Pak Bejo, sopir pribadi Nyonya Retno menghentikan pergunjingan para pelayan.
Pak Bejo menuju ke kamar Andrian. Ia ingat hari ini Andrian minta diantar ke suatu tempat. Pak Bejo masih terdiam di depan pintu kamar Andrian. Ia ingin memastikan tak ada lagi bunyi teriakan atau pecahan barang.
Ketika itu, Jesica istri adik Andrian, Thomas melewati lorong kamar Andrian. "Kenapa Bapak berdiri saja di situ? Seperti biasakan? Orang gila itu mengamuk lagi?" Jesica menungging senyum sinis.
Tak nyaman dengan pernyataan tersebut, Pak Bejo hanya tersenyum tanpa menjawab. Jesica pun berlalu. Pak Bejo mengetuk pintu dengan perlahan.
Ketikan pertama tak ada jawaban. Pun dengan ketukan ke dua. Hening saja. Pak Bejo tidak mengetuk ketiga kali dan menyimpulkan bahwa mungkin Andrian tidak mau diganggu. "Krek..., " terdengar suara pintu terbuka saat Pak Bejo membalik badan.Andrian tak bersuara, hanya menggerakan kursi rodanya melewati Pak Bejo. Tak perlu bertanya, Pak Bejo sudah paham sinyal itu dan mengikuti Andrian dari belakang.
Pak Bejo membantu Andrian masuk ke mobil sedan hybrid Lexus LS 500h berwarna hitam pekat.
"Kita ke sana lagi, Tuan. "
Andrian mengangguk. Setiap tahun, pada tanggal 13 September, Andrian akan mengunjungi tempat itu. Tempat yang menurutnya menjadi awal kehancuran kehidupannya. Tempat saat sebuah mobil menabraknya dari belakang lalu meninggalkannya yang bersimbah darah di jalan. Kelak Andrian akan mengetahui bahwa peristiwa 16 tahun lalu yang menyebabkan kelumpuhannya bukanlah kecelakaan.
Andrian turun dari mobil kemudian duduk di kursi roda dibantu Pak Bejo. Sebuah film tayang di benak Andrian. Film tentang seorang remaja lelaki yang kalau itu sedang berjalan sendiri. Ia kemudian mendengar namanya dipanggil dari arah yang tak diketahui. Ia menoleh mencari sumber suara hingga posisinya agak ke tengah jalan. Saat itulah, Tiba-tiba sebuah mobil menabraknya. Kejadian begitu cepat, ia tak mampu mengingat mobil yang menabraknya. Saat tergelatak, pandangannya tiba-tiba kabur dan saat ia sadar ia sudah berada di rumah sakit.
Di rumah sakit, ia sudah dikelilingi para medis. Wajah kedua orang tuanya tegang. Samar ia mendengar dokter berkata "Sangat disayangkan, kakinya..... "
Andrian terlalu lemah kalau itu untuk mendengar jelas seluruh percakapan dokter. Ia hanya yakin ada masalah dengan kakinya. Benar saja, ia menderita paraplegia yaitu kelumpuhan anggota gerak dimulai dari panggul ke bawah akibat cedera saraf tulang belakang. Cedera saraf yang dideritanya akibat kecelakaan tersebut mengakibatkan ia tidak bisa berjalan.
Tangan Andrian gemetar memegang sandaran lengan kursi rodanya. Giginya gemeretak. Matanya membesar memerah antara akan menangis dan terlampau marah.
Pak Bejo yang tegak di sampingnya menengadah ke langit. Dilihatnya tampak mendung menggantung pertanda hujan akan turun. Kilatan cahaya langit beberapa kali memendar meski belum disertai gemuruh. Pak Bejo lalu melihat pada Andrian yang sepertinya belum memberi tanda bahwa akan beranjak dari tempat itu. Pasrah, Pak Bejo tetap tegak di sisi tuan mudanya itu.
Andrian menekan tuas di sisi kanan stand up wheelchairnya hingga posisi tubuhnya terangkat setengah berdiri. Ia melepas sabuk kursinya perlahan. Pak Bejo mengambil posisi siaga menjaga tuannya.
Andrian mencoba melangkahkan kakinya. Namun, rupanya tungkai kakinya tidaklah mampu menopang tubuhnya. Seketika Andrian terjerembab. Dengan sigap Pak Bejo berusaha meraih tubuh Andrian. Andrian menepisnya dengan kasar.
"Arrgghhh di mana yang namanya keadilan dalam hidup ini?" Andrian berteriak.
Pengendara dan pejalan kaki yang melintasi tempat itu memperhatikan adegan tersebut. Ada yang segera memalingkan wajah berpura-pura tak melihat. Ada pula yang berbisik-bisik. Ada yang menatap iba dan mencoba membantu, tetapi Pak Bejo memberi kode dengan tangannya agar tak ada siapapun yang mendekat.
"Kenapa kalian semua. Belum pernah melihat seorang yang lumpuh? Apakah ini menjadi tontonan menarik untuk kalian semua, " suara Andrian menggelegar penuh amarah membuat orang-orang ketakutan kemudian bergegas meninggalkannya.
"Aku sungguh tidak berguna. Mengapa Tuhan tidak langsung saja mengambil nyawaku pada waktu itu. Mengapa Tuhan membiarkan aku menjadi orang cacat. Aku menjadi aib bagi keluarga bahkan ayahku sendiri malu memiliki anak sepertiku," Andrian terus berteriak menggugat Tuhan.
Rupanya gugatan itu dibalas dengan tumpahan air teramat deras dari langit. Andrian membiarkan tubuhnya basah dan terus menepis Pak Bejo yang berusaha keras memaksa Andrian masuk ke mobil.
Andrian terus berteriak di bawah langit yang menangis. Air mata langit dan air mata penuh marah Andrian berpadu. Hingga akhirnya ia kehabisan tenaga dan Pak Bejo berhasil membawanya masuk.
Pak Bejo mengemudikan mobil dengan kecepatan tinggi membelah jalanan basah. Ia tak lagi peduli jika tindakannya dapat membuat orang lain tercirat air. Ia hanya ingin segera sampai di rumah agar tuan mudanya tidak kedinginan. Dari spion depan, Pak Bejo dapat melihat bibir Andrian yang membiru. Namun lebih dari itu, Pak Bejo dapat melihat cerminan seorang pemuda malang yang terus mengutuki diri dan tak bisa bangkit dari keterpurukan.
"Tuan harus jadi orang yang kuat. Di luar sana masih banyak orang yang bahkan harus berjuang antara hidup dan mati untuk bisa makan. Kita semua punya takdir hidup masing-masing, Tuan harus kuat."
"Hahaha, lihat, bahkan kamu yang seorang sopir mampu menasehati aku. Memang aku seorang yang bodoh sampai-sampai sopirku harus menyemangatiku. "
"Saya tidak bermaksud demikian, Tuan. Saya hanya tidak ingin Tuan menyiakan hidup."
"Hidupku sudah lama tersia-sia. Sejak kecelakaan itu. Bahkan ayahku sendiri tak lagi bersikap seperti seorang ayah. Baginya hanya Thomas anaknya."
"Tidak benar begitu, Tuan. Tuan Tito sangat menyayangi Tuan. Itu hanya karena Tuan menutup diri untuk membaca kasih sayangnya. "
"Sudahlah, jangan membela Papa. Aku tahu bapak tangan kanan Papa. Bapak dibayar untuk patuh dan setia pada Papa."
Pak Bejo diam saja. Ia tak mau berdebat dengan tuannya yang sedang dikendalikan amarahnya. Lama hening, Pak Bejo kembali membuka percakapan.
"Maafkan kalau saya lancang. Tapi... Apakah tidak lebih baik kalau Tuan menerima tawaran Nyonya Retno untuk dijodohkan? Mungkin, jika Tuan punya anak.... "Pak Bejo urung melanjutkan kalimatnya, karena ia menebak Andrian akan semakin murka.
"Maksud Bapak, jika aku punya anak, Papa akan senang dan melirikku lagi sebagai anaknya? Hahahahah. Begitu lucu hidup ini. Aku harus menikah dan punya anak dari sesorang yang bahkan aku tidak kenal dan cinta hanya untuk mendapatkan perhatian Papa yang telah tercuri dariku sekian lama."
Lagi-lagi Pak Bejo diam. Ia tak mau memperpanjang suasana keruh di dalam mobil. Ia mempercepat laju mobil.
Andrian dan Rianti saling diam di dalam mobil. Rianti memainkan sibuk memainkan gawainya. Andrian terus melirih pada Rianti tetapi ia cuek tanpa mempedulikan Andrian. Seketika Andrian merampas gawai Rianti dengan kasar. Rianti yang terkejut hanya bisa melongo menunggu tindakan Andrian berikutnya.“Password!” kata Andrian sambil menunjuk pada gawai Rianti yang dipegangnya.“Hah,” kata Rianti kikuk.“Hah, hah, cepat buka kunci handphone ini,” kata Andrian ketus.Dengan cepat Rianti menggerakkan telunjukknya untuk membuka pola kunci handphone. Andrian melirik pola kunci itu membentuk huruf A. Andrian mengernyitkan kening melihat pola itu. Rianti yang menyadari renspons Andrian segera membuat pernyataan.“Huruf A itu untuk untuk Allah,” kata Rianti cepat.Andrian tidak menyahut dan langsung menekan nomor angka-angka lalu menyimpan di kontak telepon. Usia melakukan itu, Andria
“Sayang, aku benar-benar tidak bisa kalau tidak melihat kamu sehari saja,” kata Thomas kepada Lusia.“Semua laki-laki memang selalu bermulut manis,” kata Lusia ketus.“Aku serius. Aku menyesal kenapa kita baru berjumpa. Kalau saja kita berjumpa sebelum aku menikahi Jessica, kita pasti bersama,” katanya.“Kalau kau bertemu aku sebelum Jessica maka aku yang sekarang berada di posisi Jessica memiliki suami yang selingkuh.”“Tidak sama. Kalau aku menikah denganmu, tidak mungkin aku selingkuh. Kamu saja sudah cukup untukku.”“Sudahlah, jangan membual.”“Ini sungguhan.”“Bagaimana kamu di kantor?”“Ya, seperti biasa. Mengerjakan tugas-tugas staf. Namun, ada hal yang mengganjal pikiranku akhir-akhir ini.”“Apa?”“Entah kebetulan atau memang orang yang sama. Aku melihat Papa sepertiny
Nyonya Retno tampak sibuk membolak-balikkan beberapa album foto yang diberikan oleh seorang karyawan Wedding Orginizer ternama di ibu kota. Namun, tampaknya belum ada yang sesuai dengan keinginannya.“Bagaimana Nyonya? Ini adalah beberapa konsep yang pernah kami selenggarakan untuk pernikahan orang-orang kelas atas. Kita menyediakan semuanya lengkap Nyonya,” kata seorang perempuan pada Nyonya Retno.“Semuanya bagus dan mewah, tetapi anak saya ingin konsep yang lebih sederhana.”Karyawan WO tersebut mengernyitkan kening. Tidak biasanya orang kalangan atas meminta acara yang sederhana.“Konsep yang sederhana bagaimana ya, Nyonya?”“Saya juga tidak punya gambaran jelas tentang konsep sederhana yang dimaksudkan oleh anak saya. Begini saja, nanti saya akan minta dikirimkan beberapa file konsep dan akan saya tunjukkan kepada anak saya. Jika ada yang disetujuinya, barulah kita akan mengadakan meeting
Nyonya Retno datang ke kantor Tito Rianggono dengan penuh amarah. Ia tidak dapat menahan emosinya dan ingin segera menuntaskan kepada suaminya. Nyonya Retno langsung masuk tanpa mempedulikan sekretaris Tito yang menyapa ramah.“Apa maksudmu dengan menemui perempuan laknat itu?”Tito yang sedang menerima telepon terkejut mendengar pertanyaan Nyonya Retno.“Baik, nanti aku hubungi lagi ya,” katanya Tito menutup telepon.“Ada apa ini. Baru datang langsung marah-marah.”“Tidak perlu banyak basa-basi. Aku tahu kau menemui dia lagi,” suara Nyonya Retno meninggi.“Perempuan mana maksudmu? Siapa?”“Alah, kau tidak perlu pura-pura tidak tahu. Aku tidak sudi menyebut namanya.”“Kalau kamu tidak menyebut namanya, bagaimana aku tahu siapa yang kamu maksud?”“Apa kamu masih mau mengulangi perbuatanmu di masa lalu? Apa belum cukup d
Sebuah mobil sedan hitam memasuki pelataran kantor Tito Rianggono. Perempuan cantik turun dari mobil itu. Ia langsung menuju meja resepsionis dan mengatakan ingin bertemu Tito.“Saya sedang tidak ada janji dengan klien hari ini. Kamu kan tahu jadwal saya, kenapa masih bertanya?” kata Tito saat sang sekretaris mengatakan ada seseorang yang ingin bertemu.“Iya, Pak. Tetapi orang itu mengatakan bahwa ada urusan yang mendesak dan sangat penting.”“Tanyakan apa kepentinganya?”Sesaat sang sekretaris kembali setelah menelepon resepsionis.“Namanya Maria, Pak. Katanya ada urusan pribadi yang penting.”Tito Rianggono terhenyak mendengar nama itu disebut. Sudah lama ia tidak berhubungan dengan perempuan itu.“Mengapa tiba-tiba datang lagi?” gumam Tito.“Katakan padanya aku tidak mau bertemu dia di kantor. Suruh dia menunggu di Coffeshop dekat kantor,” kata
Thomas bangun lebih pagi dan ia mulai bersiap ke kantor. Pemandangan itu menjadi sesuatu yang aneh di rumah Tito Rianggono.“Pagi sekali kamu bangun, mau ke mana?” tanya Nyonya Retno.“Ayolah, Ma. Aku bangun siang Mama sinis, aku bangun pagi juga Mama sinis,” kata Thomas.“Tidak sinis, hanya saja sepertinya matahari akan terbit dari barat karena kamu bangun pagi.”“Aku mulai kerja di kantor Papa hari ini,” Thomas menjawab cuek.“Apa? kerja di kantor Papa?”Saat Nyonya Retno masih dalam keheranan, Tito Rianggono datang dan duduk di kursi makan.“Apa benar Thomas akan bekerja di perusahaan mulai hari ini?” tanya Nyonya Retno pada Tito.“Iya,” Tuan Tito menjawab singkat.“Kenapa tiba-tiba dia ingin kerja di perusahaan?”“Mama, ada apa sebenarnya. Tidak masalah kan kalau aku bekerja di perusahaan o
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments