Share

Ch. 6 Kenapa?

Penulis: Selfie Hurtness
last update Terakhir Diperbarui: 2022-07-17 03:15:57

“Sah?”

“SAH!”

Suara sahutan itu menggema dengan begitu luar biasa, membuat jantung Aline bergetar dan matanya refleks memanas. Kenapa takdirnya seburuk ini? Menikah dengan lelaki yang seharusnya menjadi kakak iparnya? Bagaimana bisa kehidupan Aline jadi macam kisah novel begini?

Aline fokus merenungi nasibnya, air matanya menitik dan ia terlonjak kaget ketika lengannya ada yang menyentuh. Ia sontak memalingkan wajah, mendapati Adam, lelaki yang kini sudah sah dan resmi menjadi suaminya itu menatapnya dengan alis berkerut.

Dengan hati-hati Aline menyeka air matanya, bisa dia lihat Adam mengulurkan tangan, sebuah kode yang dia tahu betul apa maksud dari uluran tangan tersebut. Aline menerima uluran tangan itu, menciumnya dengan hati dongkol setengah mati yang dia sembunyikan di balik raut tenang wajahnya. Ia bahkan membiarkan Adam mengecup puncak kepalanya, hal yang pertama kali dilakukan laki-laki selain Beni kepada Aline.

Aline memejamkan mata, akan jadi apa hidupnya setelah ini? Kenapa mendadak hidup Aline terselimut kabut yang begitu tebal sampai Aline tidak bisa melihat apa-apa lagi?

***

“ADUH!”

Aline hampir terjelembab ke lantai kalau saja tangan kekar itu tidak menarik dan menahan tubuhnya. Aline menoleh, nampak Adam menatapnya dengan tatapan khawatir. Dengan segera, Aline menegakkan badannya, melepaskan diri dari sentuhan Adam dengan sedikit kasar.

“Kamu nggak apa-apa?” tanya Adam ketika Aline sudah kembali berdiri tegak.

“Nggak! Terima kasih!” balas Aline ketus lalu mencoba melangkah lagi.

Nahas, baru beberapa langkah, Aline kembali hampir jatuh. Sebuah tragedi yang membuat Adam kembali menyentuh dan menahan tubuh Aline agar tidak jatuh. Aline mengumpat dalam hati. Ia melakukan hal yang sama dengan apa yang tadi dia lakukan terhadap sentuhan Adam pada tubuhnya. Dan kali ini, Aline bahkan melepas kedua sepatunya, menarik sedikit ke atas kain jarik yang membungkus tubuh bagian bawahnya lalu melangkah pergi meninggalkan Adam tanpa berkata-kata lagi.

Dia tidak berniat menoleh untuk sekedar melihat wajah Adam yang berubah sedu dan menatap kepergiannya tanpa berkedip. Sudah cukup Aline bersandiwara untuk hari ini. Pura-pura tersenyum manis dan penuh bahagia di depan kamera dan tentu saja di depan tamu undangan yang sebenarnya adalah tamu saudari kembarnya!

“Kenapa harus begini nasib aku, Gusti?” Aline menggerutu, ia membiarkan air matanya menitik, melangkah dengan gusar menuju kamar hotel yang sudah disiapkan untuknya.

Langkahnya sengaja sedikit ia hentakkan ke lantai, sebuah ekspresi kesal, marah, sedih dan kecewa yang bercampur jadi satu. Kenapa orang tuanya begitu bernafsu menjodohkan anak-anaknya dengan Adam? Hal yang lantas membuat Aleta nekat bunuh diri sampai koma hingga sekarang ini. Hal yang memaksa Aline merelakan masa depannya yang sudah dia persiapkan dengan begitu indah dan harus menggantikan Aleta menikahi calon suaminya.

Ini benar-benar gila! Aline pikir orang tua model begini hanya ada di cerita novel dan sinetron ikan terbang, ternyata dia sendiri mengalaminya sekarang! Aline terus melangkah, tidak peduli dengan suaminya yang sejak tadi mengikutinya dari belakang.

Adam tersenyum kecut melihat Aline yang nampak begitu antipati terhadapnya. Ia hanya menghela napas panjang dan berharap bisa segera sampai kamar mereka untuk kemudian berganti baju. Semua acara hari ini sudah selesai, apa yang orang tuanya dan tentu saja orang tua Aleta dan Aline inginkan sudah terwujud.

Sekarang kedua keluarga sudah bersatu, sebuah simbol yang menandakan bahwa kerjasama kerja itu sudah resmi dan benar-benar sah terjalin antar dua keluarga. Sebuah alasan kenapa Adam harus mau tidak mau menikahi satu di antara dua anak Beni Darmawan tersebut.

Setelah ini, Adam ingin tenang bekerja dengan passion yang dia miliki, tidak mau lagi ribut-ribut dengan sang ayah masalah pernikahan dan perusahaan. Bukankah sekarang Adam sudah menikah dan mengikuti apa yang mereka mau? Dan tentang perusahaan, Adam sama sekali tidak pernah tertarik sejak dulu. Tidak bahkan hotel yang nantinya akan dia warisi semewah dan seelit ini, Adam tidak peduli. Ia mencintai profesinya, sebuah profesi yang sudah menarik perhatian Adam sejak dulu.

Adam tersenyum masam ketika melihat sepatu Aline terjatuh. Alih-alih mengambil sepatunya, Aline malah menendang sepatu itu macam bola. Kini Adam malah jadi begitu penasaran, bagaimana caranya istrinya itu bisa luluh dan mau menerima takdir mereka? Apakah Adam bisa meluluhkannya?

“Jangan sebut namaku kalau aku tidak bisa membuat kamu bertekuk lutut, Lin!”

***

“Loh, Mas ngapain?” tentu Aline berteriak ketika lelaki itu masuk ke dalam kamarnya.

Sedetik kemudian Aline sadar dan ingat bahwa lelaki yang masih mengenakan beskap yang warnanya senada dengan kebaya yang dia pakai itu sudah resmi menjadi suaminya per hari ini.

“Mau tidurlah, Lin! Ini kamarku juga!”

‘MAMPUS!’

Aline menepuk jidatnya dengan gemas, menghirup udara sebanyak-banyaknya lalu menjatukan diri di atas ranjang setelah melepar satu sepatu yang masih ada di tangannya ke sembarang arah.

“Aku nggak mau kita tidur satu ranjang!” gumam Aline kemudian, ia tidak mau menoleh dan menatap wajah itu. Entah mengapa ia begitu benci dengan lelaki yang sudah resmi menikahinya per hari ini.

“Terus aku tidur di mana?” suara itu nampak protes, membuat Aline menoleh dan menatap sengit ke arah lelaki berparas tampan itu.

“Terserah Mas, intinya aku nggak mau tidur seranjang sama kamu, Mas!” tegas Aline sambil melotot tajam, matanya kembali memanas dan sedetik kemudian tangisnya kembali pecah.

Ia menundukkan wajah, terisak dengan bahu naik-turun dan tangan menutupi kedua wajahnya. Acara sudah selesai jadi sebodoh amat make-up di wajahnya rusak, Aline tidak peduli lagi. Ia sibuk menangisi nasibnya ketika kemudian tepukan lembut itu mendarat di bahunya.

“Aku paham dan ngerti kalau kamu belum bisa terima pernikahan kita, Lin. Tapi apa salahnya sih kalau kita coba saling buka hati? Saling memahami satu sama lain? Kita udah suami-istri loh sekarang ini.” Suara itu begitu lembut dan lirih, tidak nampak nada marah di dalam suara itu, nada kesal atau nada tidak enak lainnya.

Aline mengusap air matanya dengan asal, ia belum mau mengangkat wajah sampai tangan itu meraup wajahnya dengan lembut dan menengadahkan wajah Aline sampai bisa menatap wajah tampan nan bersih yang Adam miliki.

“Nangis sampai kayak bagaimanapun, ini udah jadi nasib kita, Lin. Nggak bisa dirubah lagi.” Adam tersenyum simpul, jemarinya sibuk menyeka air mata yang membasahi pipi Aline. “Kita coba yuk saling buka hati, bisa kok, aku percaya. Mau kan?”

Aline tercekat, kenapa lelaki ini nampak begitu santai dengan apa yang terjadi di antara mereka? Kenapa kesannya dalam permasalahan ini hanya Aline yang belum dan tentu saja tidak bisa menerima pernikahan ini?

Jangan-jangan ....

"Masalahnya tidak segampang itu, Mas! Ini soal hati dan perasaan!" Aline menatap tajam mata itu, sama sekali tidak mengindahkan kata-kata lembut yang tadi terdengar olehnya.

Mencoba buka hati? Dia kira jendela bisa dengan begitu mudah di buka?

"Iya tapikan kita belum coba, Lin!" Adam kekeuh mengutarakan pendapatnya pada Aline.

"Mas, ini tuh soal cinta, soal hati. Masa iya hati dipakai coba-coba sih? Aku nggak bisa!" tegas Aline tidak mau dibantah.

"Maksudnya nggak bisa?" kening Adam berkerut, apa maksud dari kata tidak bisa?

"Aku nggak cinta sama kamu, Mas! Sejak awal aku nggak pernah mau ini terjadi." suara Aline begitu lirih, tercekat menahan tangis. "Dan tolong, tak peduli apa status kita sekarang ini, aku cuma mau minta dan mohon sama kamu, jangan pernah berharap aku mau kamu sentuh seperti istri-istri pada umumnya. Mengerti?"

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (7)
goodnovel comment avatar
Dewi Cantixa
wah cerita nya lucu banget deh apa lagi si. aline
goodnovel comment avatar
Ayu Cla
Semangat Adam...
goodnovel comment avatar
Aai
Menyentuh cerita nya
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • Rahasia Sang Dokter   Bonus - Extra Part 34

    "Kamu serius?"Bukan pertanyaan lain yang Kelvin lemparkan, ia langsung mencecar Aleta begitu mereka bertemu di depan kantor Aleta. Tidak salah kalau sampai Kelvin masih tidak percaya dengan keputusan yang Aleta buat, pasalnya sejak dulu Aleta selalu menolak permintaan Beni untuk bergabung di perusahaan keluarga dan sekarang? "Bisa kita pending nanti untuk interview-nya? Bantuin dulu dong!" Aleta langsung menarik tangan Kelvin masuk ke gedung. Kelvin pun menurut saja, ia membiarkan Aleta membawanya masuk ke dalam gedung, melangkah ke sofa yang ada di loby gedung. "Tolong bantuin bawa ke mobil, ya?" pinta Aleta dengan seulas senyum manis. Sejenak Kelvin tertegun, ada dua kardus di sana. Kelvin mengalihkan pandangan, menatap Aleta yang masih mengukir senyum manis di wajah. "Ka-kamu beneran resign?" tanya Kelvin seolah masih tidak percaya. Kini tawa Aleta tergelak, ia mencubit gemas pipi Kelvin, membuat Kelvin memekik antara terkejut dan kesakitan dibuatnya. "Kamu pikir aku tadi h

  • Rahasia Sang Dokter   Bonus - Extra Part 33

    "Vin, kamu handle proyek yang ini, ya?"Berkas-berkas itu dihantarkan Beni secara langsung ke mejanya, membuat Kelvin segera meraih dan membacanya dengan saksama. Nilai proyek ini sangat jauh di bawah proyek dengan Irfan, tapi bagi Kelvin, itu bukan masalah yang serius. Selama ia tidak harus sering bertemu dengan lelaki itu, semua lebih dari cukup. "Deal! Kelvin sangat berterimakasih sama Papa." ucap Kelvin sembari tersenyum. Beni balas tersenyum, ia menepuk bahu Kelvin dengan lembut."Sebenarnya Papa ingin kamu tetap di sana, Vin. Nilai proyek dan prospek ke depannya sangat menjanjikan untuk kariermu, tapi sayang...."Kelvin tersenyum, "Tidak apa, Pa. Bukankah ini yang Kelvin minta? Setidaknya keputusan ini tidak membuat Aleta terus menerus khawatir."Beni kembali tersenyum, setuju dengan apa yang Kelvin katakan barusan. Misi visi mereka sama, yaitu membuat Aleta bahagia dan itu sudah mutlak. "Baiklah kalau begitu, Vin. Kamu bisa pelajari dulu untuk proyek baru mu, kalau ada pert

  • Rahasia Sang Dokter   Bonus - Extra Part 32

    "Ke kantor pak Beni, Pak?"Hendra terkejut, hari ini tidak ada jadwal meeting dengan perusahaan Beni, lantas untuk apa Irfan meminta untuk diantarkan ke sana. "Iya, kesana. Emangnya tadi saya bilang kita mau kemana, Hen?"Kalimat tanya yang dilemparkan balik pada Hendra adalah sebuah penegasan bahwa Irfan tidak main-main dengan ucapannya. Hendra menghela napas panjang, ia mengangguk pelan sembari mempersilahkan Irfan melangkah lebih dulu. Hendra kembali teringat pada sosok Kelvin. Apakah Irfan minta diantar ke sana hanya agar bisa melihat Kelvin? Hendra terus memunculkan siluet wajah Kelvin dalam pikiran, memang kalau diperhatikan, ada beberapa bagian wajah yang mirip dengan Irfan. Kalau hanya sekilas, tidak akan ditemukan kemiripan itu, namun kalau diperhatikan dengan saksama, ada wajah Irfan di sana. "Kok ngelamun, Hen? Kenapa?"Pertanyaan itu kontan membuat Hendra tersentak, ia mengangkat wajah dan mendapati mata itu dengan memperhatikan dirinya. "Saya teringat putra Bapak, Pak

  • Rahasia Sang Dokter   Bonus - Extra Part 31

    "Astaga!"Beni menghela napas panjang, sementara Aleta, ia bersandar di kursi teras dengan wajah lesu. Selesai sudah ia menceritakan rahasia terbesar dalam hidup Kelvin. Ia sedikit takut sebenarnya, takut Kelvin marah karena Aleta sudah ingkar janji untuk menjaga rahasia ini dari siapapun. Tapi Aleta lakukan ini juga demi Kelvin! "Jadi secara nggak langsung, kamu minta papa tarik Kelvin dari proyek papa sama dia?"Aleta segera menoleh, kepalanya terangguk dengan cepat. Wajahnya berubah, menyorotkan sebuah permohonan. "Tapi belum tentu juga, kan, si Irfan tahu kalau Kelvin ini anak kandung dia, Ta?" wajah Beni nampak ragu. "Pa ... dia udah tahu siapa mama Kelvin, kalaupun sekarang dia belum tahu, cepat atau lambat dia akan tahu!" kekeuh Aleta tidak ingin di bantah. "Coba nanti papa carikan ganti dulu, sebenarnya ini proyek pas banget dan bagus buat Kelvin, Ta." desis Beni lirih. "Nggak bagus kalau nanti dia sampai kenapa-kenapa, Pa! Aku nggak mau itu kejadian!" tegas Aleta mengult

  • Rahasia Sang Dokter   Bonus - Extra Part 30

    "Bagaimana kerjasama mu dengan Beni, Fan? Sudah sampai mana?"Irfan tersentak, ia mengangkat wajah dan mendapati wajah lelaki itu tengah menatap lurus ke arahnya. Dia adalah Setiawan, papa kandung Irfan, orang yang mewariskan segala macam kekayaan dan kekuasaan yang sekarang ada di tangan Irfan. "Baik, Pa. Semua baik. Lusa mungkin kami sudah harus ada di lokasi untuk meninjau dan memantau secara langsung proyek berjalan." jawab Irfan mencoba fokus dan mengenyahkan bayangan Yeni dan Kelvin yang terus bercokol dalam kepalanya. Di meja makan itu tidak hanya ada Irfan dan Setiawan, ada Mery, istri Irfan dan Clarisa, anak bungsu Irfan. Orang-orang ini adalah orang yang tidak boleh tahu, rahasia apa yang selama ini tersimpan, bahwa sebenarnya Irfan memiliki anak lain di luar pernikahannya. "Jangan sampai mengecewakan Beni, papa sudah peringatkan kamu berulang kali, kan? Dia bisa menjadi tonggak supaya perusahaan kita makin kokoh." ucap Setiawan yang entah sudah keberapa kali. Irfan hany

  • Rahasia Sang Dokter   Bonus - Extra Part 29

    "Dia habis nemuin kamu? Serius? Tapi kamu nggak apa-apa kan?" Seketika Aleta panik. Bagaimana tidak kalau calon suaminya ditemui oleh lelaki yang sejak dulu sekali ingin membunuhnya tak peduli dia adalah ayah kandung dari Kelvin. "Emang dia mau ngapain aku sih, Yang? Aku malah takut dia nekat nyari mama, ganggu mama lagi." jelas suara itu risau. "Dia ngomong apa emang?" kejar Aleta penasaran, harusnya tadi dia tidak langsung pulang, jadi dia bisa melihat dan mendengar langsung apa yang lelaki itu katakan pada Kelvin. "Cuma nanya aku bener anak mama apa bukan. Entah dia tahu dari mana, keceplosan juga tadi dia ngomong kalau dia itu dulu temen deket mama." Aleta mendengus perlahan, baru tahu dia kalau Irfan ini orangnya sedikit tidak tahu malu. "Kamu jawab apa? Kamu pura-pura nggak tahu soal rahasia mama sama Irfan, kan?" kekhawatiran mulai menyelimuti hati Aleta, ia benar-benar takut kalau sampai Irfan tega menyakiti Kelvin! "Ya aku berlagak bodoh, sekalian mau mancing reaksi di

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status