Di dalam Kerajaan Istana. Raja Silalahi, Johntany sedang melakukan pertemuan bersama 4 Jendral Pendekar Batin Kerajaan. Bahkan ada Roland juga yang ikut hadir dalam pertemuan. Hawa kuat sangat begitu terasa di setiap sudut ruangan, akibat berkumpulnya orang-orang di satu tempat. "Seperti yang kalian tahu. Aku sudah memiliki calon penerus. Karena itu aku ingin kita mendiskusikan tentang rencana kerajaan ini untuk ke depannya," ucap sang raja yang duduk di singgasananya. Raut wajahnya terlihat bosan. Salah satu jendral mengangkat tangannya dan berdiri dari tempatnya. "Apa yang anda inginkan Yang Mulia?" ucap Selen, seorang jenderal wanita yang angkat bicara. Di dalam Kerajaan Silalahi, terdapat lima jendral yang duanya terdiri dari wanita. Setiap masing-masing jendral memiliki kemampuan batin setara dengan tingkat king. Jhontany tersenyum mendengar jawaban Selen, "Aku ingin kita kembali memulai perang," mata Jhontany menyala merah. Tersirat di matanya semangat saat mengatakan menging
-Kota Parimban- "Kami minta maaf, hanya bisa memberi tumpangan sampai disini," ucap Senan kepada Subin dan Yohan. "Tidak, kamilah yang seharusnya berterimakasih untuk tumpangannya," "Kakak! Kalau kita ketemu lagi, ajarkan aku ilmu api kakak ya!!" ucap Yohan sebagai salam perpisahan. Silvana yang melihat Yohan tersenyum manis. "Ya, tentu!. Jika kita bertemu lagi..." Rombongan kereta kuda Silvana perlahan pergi menjauh. Yohan melambaikan tangannya penuh semangat. Ia sangat berharap bisa bertemu lagi dengan Silvana. Subin berjalan dahulu meninggalkan Yohan. Sementara itu Yohan yang menyadari Subin pergi mengejar di belakangnya. Di gerobak kereta kuda, Senan menatap serius ke arah Silvana. "Nona, bukankah Raja Silalahi telah membersihkan wilayahnya dari anak-anak silang kerajaan?" tanya Senan. Menanggapi pertanyaan itu, Silvana hanya tersenyum sambil duduk dengan anggun. "Benar. Tapi anak itu membuktikan kalau Raja Silalahi tidak melakukannya sampai tuntas. Tentu pasti ada yang be
Pagi yang cerah, burung-burung berkicau indah di ranting pohon. Setelah selesai sarapan pagi. Julia mengumpulkan semua orang untuk duduk di ruang tengah. "Jadi ada yang ingin kita bicarakan di sini. Nak Yohan, boleh saya tanya kamu berasal dari mana?" Julia mulai coba menelusuri asal Yohan. "Saya berasal dari Kota Tebing Tinggi Nek," jawaban Yohan masih tetap sama."Lalu coba jelaskan bagaimana kau bisa berada di hutan terlarang saat itu!,"Yohanpun menceritakan semua yang ia ketahui. Mulai dari berjualan bensin sampai kecelakaan dan akhirnya sampai di sini. Tapi Mereka tak bisa memahami dengan baik kebenaran dari cerita tersebut. "Kalau begitu boleh kami tahu nama Ayah dan Ibumu?" Julia mulai mencoba bertanya hal lain untuk menemukan petunjuk."Nama Ayahku Jhontany Silalahi dan Ibuku Risdelin" jawab Yohan polos.Deg! Mendengar jawaban Yohan, Julia, Subin, dan Sona sontak kaget. Bagaimana bisa Yohan menjawab hal itu. Bukankah raja Jhontany tidak pernah menikah dan tidak memiliki an
PERBATASAN KERAJAAN SILALAHI DI TIMUR LAUTBENTENG SELATIA"Sial!" Teriakan seorang pria berambut hijau yang penuh luka gores di tubuhnya. Ia terbang melayang di udara. Tampak dari raut wajahnya ia sedang ketakutan. Pria itu terbang dengan sangat cepat. Bahkan kecepatan terbangnya melebihi seekor burung elang. Kekhawatiran terlihat jelas di wajahnya. Deg-deg deg-deg! Pompa jantungnya yang begitu cepat. Tidak jauh darinya, di belakang ada beberapa orang juga terbang. Jika di lihat dengan benar, ada 4 orang yang sedang mengejarnya. Tampak orang-orang itu berusaha mengejarnya. "Jika begini dia bisa lolos! Serang dia!" ucap seorang di antara mereka yang sepertinya pemimpin diantara 4 orang itu. Tangan mereka menengadah ke arah pria yang terluka itu. Bibir mereka bergerak seperti merapal mantra. Tiba-tiba muncul elemental angin, api, dan air dari tangan mereka. Lalu ditembakkan ke arah pria itu. Pria yang terluka itu berhenti dan menghadapi serangan yang di tembakkan padanya. Tatapan mat
Pria itu terbaring di tempat tidur. Tampak balutan kain putih di mana-mana di sekujur tubuhnya. Nafas yang terengah-engah yang sulit menghirup udara. Banyak kulit yang rusak akibat racun yang menyebar. Julia, Sona dan Yohan memperhatikan pria itu dengan seksama. Sedikit kekhawatiran terlihat jelas di wajah mereka."Apa kalian tahu kenapa dia terluka?" tanya Julia penasaran, namun dia ingin memastikan sesuatu. Mendengar pertanyaan itu Sona dan Yohan menggelengkan kepala. "Nenek, apa dia tidak apa-apa?" Yohan penasaran. Luka yang di miliki pra itu sangat parah. Sehingga membuatnya sulit bernafas. "Ia keracunan. Untung saja cepat di obati. Walaupun mungkin racun itu sudah menyebar ke jantungnya. Itu sebabnya dia kesulitan bernafas!"Yohan masih memandangi pria tersebut. Sekilas ia teringat dengan hal yang dilakukan Sona sebelumnya. Saat Sona merapal mantra dan mengeluarkan aura batin kepada pria tersebut. "Oiya Nenek! Yang tadi dilakukan Sona itu penyembuhan batin. Kelihatannya sangat
"Siampa," ucap Veradin melihat sosok mahkluk mengerikan di depan mereka. Meski begitu ia tidak terlihat sedikitpun takut walau prajurit di belakangnya bergidik ngeri."Mahluk yang tercipta dari roh manusia yang semasa hidupnya memiliki sifat seperti babi," Samuel memperjelas arti dari nama tersebut. Mendengar itu Veradin sedikit kagum."Tidakku sangka Putra Mahkota mengetahui hal itu," Gumamnya sedikit tersenyum tipis sembari melirik Samuel.Para mahkluk itu, Siampa, mulai berlari ke arah Samuel. Iapun maju menghadapi mereka. Aura batin yang keluar dari tubuhnya dialirkan ke pedang yang ada di tangannya. Dengan gerakan yang cepat salah satu siampa menyerang dengan ganas. Samuel yang melihat itu menghindari serangannya dengan gesit dan melancarkan serangan balik. Punggung siampa itu terluka terkena pedang Samuel. Ia pun meringis kesakitan. Samuel terus bergerak menyerang para siampa yang lain. Pedang di tangannya terus diayunkan untuk menebas mereka. Namun para siampa juga berkelit me
Melihat wajah Yohan yang begitu tertekan, ada perasaan ragu yang tergambar di wajahnya. Itu sudah cukup bagi Zefanya mengetahui pokok dari masalah mereka. Karena dia sendiripun cukup yakin dengan pengalamannya tentang hal ini."Apa kau menahannya?" tanyanya dengan tenang kepada Yohan. Merasa dibicarakan, Yohan melirik Zefanya dengan rasa kebingungan."Apa?" Pertanyaan itu dan nada bicaranya yang terdengar, menjawab semua persoalan. Itu sudah dipastikan oleh Zefanya. Ia pun tersenyum sungut melipat tangannya."Itu sudah jelas kau menahannya. Kau takut wadah batinmu meledak sehingga tidak berani memasukkan lebih banyak aura batin," jelas Zefanya kepada mereka.Wajah Yohan dan Sona mulai terlihat cerah setelah mendengar penjelasan Zefanya. Itu seperti seperti sebuah pencerahan bagi mereka. Mengetahui apa yang salah selama ini membuat mereka mulai berpikir keras."Aku pikir memasukkan aura batin begitu banyak akan memberikan efek samping. Karena itu saya merasa takut-""Aku paham. Mungki
-Hutan Rawa Rontek-Tahun 508Siang teriknya matahari sangat panas, namun tIdak bisa masuk ke dalam hutan yang di tutup oleh pohon pohon yang lebat. Kuda yang berlarian dengan cepat di pacu oleh hentakan kaki pengendaranya, bergerak cepat melewati pohon-pohon di sekitar. Segerombolan pasukan berkuda bergerak cepat mengejar seorang pria di depan mereka yang juga menunggangi kuda. Kepanikan di wajahnya terlihat begitu jelas. Jantungnya berdetak kencang merespon rasa panik.Kudanya terus berlari menyelusuri hutan tanpa arah. Hanya bergerak lurus agar menjauh dari kejaran. Namun salah satu pemimpin dari pasukan itu berhenti dan diikuti oleh bawahannya.Di matanya, pria yang berlarian itu tidak bisa lagi di kejar karena sangat memberbahayakan."Dia sudah memasuki area merah. Jika kita mengejarnya lagi, kita bisa dalam bahaya. Sebaiknya kita kembali dan laporkan hal ini!" Ucapnya lalu memacu kudanya untuk berbalik pergi.Seekor kuda di ikatkan di sebuah pohon. Seorang pria terduduk lesu. Ker