Share

Road to Romance
Road to Romance
Penulis: DonquixoteSS

Road 1 KM

Bandara penuh dengan calon penumpang. Beberapa orang lainnya menunggu kedatangan seseorang dari pesawat untuk dijemput. 

Termasuk Jiyeon—wanita yang raut wajah merengut, berdiri di tengah-tengah jalan seperti orang linglu, membawa karton berukuran 50cm X 60cm bertuliskan Kim Taehyung. 

Jiyeon sendiri bingung melakukan apa untuk mengisi waktu luangnya sembari menunggu Taehyung—atasannya yang ia jemput. 

Seandainya Jiyeon tau wajah Taehyung seperti apa, saat ini Jiyeon bersantai-santai di kedai kopi, sayang Jiyeon tidak berani meninggalkan tempatnya berdiri karena ia cemas kehilangan jejak atasannya apalagi membuat Taehyung menunggunya.

Seharusnya Jiyeon mengukuti kata hatinya untuk menolak Hyena sewaktu menawarkan padanya tugas menjemput.

Jika saja Jiyeon mendengarkan hatinya, ia masih berada di rumah menonton TV sambil makan camilan kesukaannya.

Tapi Jiyeon tidak pernah belajar dari kesalahannya. Dan berakhir menghujat dirinya sendiri hingga tenggelam dalam jurang penyesalan.

Ia pun memeriksa arloji di pergelangan tangan kirinya. Ternyata ia baru sadar bahwa ia telah menunggu selama 2 jam, Jiyeon hendak memeriksa jadwal pendaratan yang harusnya sejak dari awal ia masuk dari bandara. 

Jiyeon memutuskan kembali duduk ke bangku tempat di mana ia duduk tadi.

Setelah sampai di bangku Jiyeon merogoh tas untuk mengambil ponsel. 

Kini ponsel sudah di tangannya, dengan kasar ia mencari kontak nomor yang ia tuju dan menekan kontak tersebut berharap orang itu mengakat dengan cepat.

Beberapa detik kemudian akhirnya terangkat.

“Ha—“

“Yak, Hyun Hyena, kau mengerjaiku!” ledaknya.

Jiyeon tak menyadari bahwa dirinya menjadi perhatian umum. Ia benar-benar menghiraukan semua orang yang melihatnya, dalam pikirannya fokus tertuju pada orang yang sedang ia ajak bicara. 

Jiyeon hanya peduli menyembur amarahnya pada teman kerja. Membentak sepuasnya hingga temannya sendiri merasakan rasa bersalah paling dalam. 

“Aissh, apaan, tiba-tiba membentakku!” Hyena ikut meninggikan nada bicaranya.

“Pesawatnya mendarat pukul 10 pagi!” bahkan ia menekan kata sepuluh pagi.

 

“Sebentar lagi jam 10! Apa masalahnya?” sela Hyena berusaha menjaga nada bicara agar tak mengganggu pasien yang ada di rumah sakit.

“Kau menyuruhku ke bandara jam 8 pagi, ternyata jam 10, pesawat baru mendarat di bandara! Sialan kau, mengganggu hari-hari indahku yang harusnya aku lewati dengan meluangkan waktu untuk bersantai-santai, lihat sekarang, aku kehilangan setengah kehidupan duniawiku!!” Jiyeon menyebur speakernya layaknya rapper.

Hyena frustasi pada dirinya sendiri yang membangunkan macan yang tertidur dalam diri Jiyeon.

“Maa-” belum sempat Hyena selesai berbicara, Jiyeon memotong.

“Harusnya kau yang menjemput bukan aku! Kau selalu memberiku tugas tidak jelas, dan juga waktu yang kau janjikan pasti salah. Kau, kapan sadar penderitaan yang ‘ku alami karena dirimu! Aku seperti orang gila, ah, tidak, orang-orang di sini mengiraku orang gila. Berteriak pada siapapun, padahal aku tak bermaksud meneriaki mereka. Satu-satunya orang yang menjadi perkara semua ini adalah kau, Hyun Hyenai!” protesnya.

“Maaf, Jiyeon-ah. Kau masuk kerja jam 10 sedangkan aku jam 7 pagi. Niatnya sekalian kau yang jemput dokter Kim, lagian kau dan dokter Kim akan menjadi tim kerja,” jelasnya dengan nada pelan.

Sayang penjelasan Hyena gagal menenangkan amarah Jiyeon. Jiyeon tetap mengoceh. Hyena menjauhkan ponselnya dari telinga. Gendang telinganya mulai kesakitan.

Bisa-bisa gendang telingannya pecah karena Jiyeon. Hyena berharap seseuatu atau siapapun datang sebagai alasannya kabur dari ledakan Jiyeon.

Baru saja Hyena harapkan di depan seorang pria datang. Pria itu bukan lain seorang dokter sekaligus kekasihnya. Ia bernama Minsoo. 

‘Oppa[panggilan kakak laki oleh wanita]!’ panggil Hyena dari tempatnya.

‘Hallo, Jiyeon-ah, aku harus pergi sekarang, dah!’ lekas Hyena menutup ponselnya lalu mengejar Minsoo.

“Awas kau berani tutup!” tetapi sambungan telah terputus, “Kau, Yak!” umpatnya. 

Jiyeon melihat layar ponselnya. Muncul pemberitahuan bahwa panggilan telah terputus.

“Tunggu saja di rumah sakit, kau akan mati di tanganku! Arghhh!” Jiyeon menghentak-hentakan kakinya di lantai dengan cepat. 

“Kim Taehyung, kapan anda datang?” melasnya.

Jiyeon menoleh ke arah deretan area penjemput mulai penuh. 

Lekas ia beranjak dari kursi menuju gerombolan manusia. Sesampai tempat ia harus berusaha mencari celah agar mendapat barisan paling depan. 

Kali ini ia menggunakan kepalanya untuk mendesak, menyodok-nyodokan kepala di celah tubuh orang-orang yang saling berhimpitan. Sayang usahanya tetap gagal. Beberapa kali ia terlempar keluar oleh orang yang berdesakan, bahkan ia telempar dan jatuh kelantai untuk kesekian kalinya. 

“Yak! Beri aku celah, gajah!” bentaknya.

Tak di duga orang itu menoleh ke belakang.

“Siapa yang mengataiku gajah!” sekarang Jiyeon menempatkan dirinya dalam masalah besar.

“Orang itu langsung pergi ke sana!” sahutnya seraya menunjukan arah.

Berbohong cara tepat untuk melindunginya jika berhasil membuat orang itu percaya.

“Yang mana!” orang itu sedikit mempercayai Jiyeon.

“Okh, itu orang yang anda jemput!” serunya. Jiyeon berusaha menyelamatkan dirinya dengan mengalihkan perhatian. Orang itu berbalik dan lupa dengan amarahnya.

Jiyeon menghela napas lega, “Miris sekali~”

Karton bertulis Kim Taehyung tanpa sengaja terlupakan oleh Jiyeon. Jiyeon berdiri dan merapikan pakaian dari debu. Entah api dari mana menyulut membuat semangat Jiyeon berkobar-kobar. Ia merapatkan kedua kakinya, kemudian menempelkan kedua telapak tangannya. 

Kedua tanganya mengarah lurus ke depan. Ia pun meluncurkan badannya layak perenang. 

“Gimana ini? Uhh ... Tanganku terjebak. Ya Tuhan, apa salahku kepada-Mu? Hari ini kenapa aku sial terus? Sampai kapan mereka menjepit tanganku!” gerutunya.

“Lepaskan tanganku!” ledaknya kepada orang yang di depannya. Karena ramai mereka tak mendengar suara Jiyeon.

Tangan Jiyeon terlalu kecil hingga mereka tak merasakan ada sesuatu yang mengganjal di pinggang mereka, atau dasarnya kulit mereka tebal?!

“Yakkk!”

Jiyeon mengerahkan tenaga yang tersisa. Jiyeon menarik kencang tangannya, tubuhnya miring ke belakang. Bila kedua tangannya terbebas, seketika punggungnya akan merasakan keras dan dinginnya lantai.

Mata Jiyeon yang terpejam mulai terbuka dan kepalanya berbalik ke belakang. Karton bertuliskan nama Taehyung tergeletak di lantai.

“Lihat langkahmu! Awas jangan injak!” serunya memperingatkan pada orang-orang yang melewati daerah itu. Jiyeon bertekat menyelamatkan kartonnya.

“Erhhh!” tariknya lagi dan akhirnya terbebas. Dengan cepat tangan kanan Jiyeon menebak tubuh agar tak terjatuh di lantai. Ia langsung berlari menuju Kim Taehyung. 

Tapi sepertinya ia menabrak sesuatu di samping tadi. Namun Jiyeon tak begitu peduli, apakah ia menabrak seseorang, yang terpenting menyelamatkan kartonnya. 

“Kim Taehyung, kau selamat!”

“Akk! panasss panass!!” rintih seseorang di sampingnya.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status