Share

Road to Romance
Road to Romance
Author: DonquixoteSS

Road 1 KM

Author: DonquixoteSS
last update Huling Na-update: 2021-08-31 01:18:41

Bandara penuh dengan calon penumpang. Beberapa orang lainnya menunggu kedatangan seseorang dari pesawat untuk dijemput. 

Termasuk Jiyeon—wanita yang raut wajah merengut, berdiri di tengah-tengah jalan seperti orang linglu, membawa karton berukuran 50cm X 60cm bertuliskan Kim Taehyung. 

Jiyeon sendiri bingung melakukan apa untuk mengisi waktu luangnya sembari menunggu Taehyung—atasannya yang ia jemput. 

Seandainya Jiyeon tau wajah Taehyung seperti apa, saat ini Jiyeon bersantai-santai di kedai kopi, sayang Jiyeon tidak berani meninggalkan tempatnya berdiri karena ia cemas kehilangan jejak atasannya apalagi membuat Taehyung menunggunya.

Seharusnya Jiyeon mengukuti kata hatinya untuk menolak Hyena sewaktu menawarkan padanya tugas menjemput.

Jika saja Jiyeon mendengarkan hatinya, ia masih berada di rumah menonton TV sambil makan camilan kesukaannya.

Tapi Jiyeon tidak pernah belajar dari kesalahannya. Dan berakhir menghujat dirinya sendiri hingga tenggelam dalam jurang penyesalan.

Ia pun memeriksa arloji di pergelangan tangan kirinya. Ternyata ia baru sadar bahwa ia telah menunggu selama 2 jam, Jiyeon hendak memeriksa jadwal pendaratan yang harusnya sejak dari awal ia masuk dari bandara. 

Jiyeon memutuskan kembali duduk ke bangku tempat di mana ia duduk tadi.

Setelah sampai di bangku Jiyeon merogoh tas untuk mengambil ponsel. 

Kini ponsel sudah di tangannya, dengan kasar ia mencari kontak nomor yang ia tuju dan menekan kontak tersebut berharap orang itu mengakat dengan cepat.

Beberapa detik kemudian akhirnya terangkat.

“Ha—“

“Yak, Hyun Hyena, kau mengerjaiku!” ledaknya.

Jiyeon tak menyadari bahwa dirinya menjadi perhatian umum. Ia benar-benar menghiraukan semua orang yang melihatnya, dalam pikirannya fokus tertuju pada orang yang sedang ia ajak bicara. 

Jiyeon hanya peduli menyembur amarahnya pada teman kerja. Membentak sepuasnya hingga temannya sendiri merasakan rasa bersalah paling dalam. 

“Aissh, apaan, tiba-tiba membentakku!” Hyena ikut meninggikan nada bicaranya.

“Pesawatnya mendarat pukul 10 pagi!” bahkan ia menekan kata sepuluh pagi.

 

“Sebentar lagi jam 10! Apa masalahnya?” sela Hyena berusaha menjaga nada bicara agar tak mengganggu pasien yang ada di rumah sakit.

“Kau menyuruhku ke bandara jam 8 pagi, ternyata jam 10, pesawat baru mendarat di bandara! Sialan kau, mengganggu hari-hari indahku yang harusnya aku lewati dengan meluangkan waktu untuk bersantai-santai, lihat sekarang, aku kehilangan setengah kehidupan duniawiku!!” Jiyeon menyebur speakernya layaknya rapper.

Hyena frustasi pada dirinya sendiri yang membangunkan macan yang tertidur dalam diri Jiyeon.

“Maa-” belum sempat Hyena selesai berbicara, Jiyeon memotong.

“Harusnya kau yang menjemput bukan aku! Kau selalu memberiku tugas tidak jelas, dan juga waktu yang kau janjikan pasti salah. Kau, kapan sadar penderitaan yang ‘ku alami karena dirimu! Aku seperti orang gila, ah, tidak, orang-orang di sini mengiraku orang gila. Berteriak pada siapapun, padahal aku tak bermaksud meneriaki mereka. Satu-satunya orang yang menjadi perkara semua ini adalah kau, Hyun Hyenai!” protesnya.

“Maaf, Jiyeon-ah. Kau masuk kerja jam 10 sedangkan aku jam 7 pagi. Niatnya sekalian kau yang jemput dokter Kim, lagian kau dan dokter Kim akan menjadi tim kerja,” jelasnya dengan nada pelan.

Sayang penjelasan Hyena gagal menenangkan amarah Jiyeon. Jiyeon tetap mengoceh. Hyena menjauhkan ponselnya dari telinga. Gendang telinganya mulai kesakitan.

Bisa-bisa gendang telingannya pecah karena Jiyeon. Hyena berharap seseuatu atau siapapun datang sebagai alasannya kabur dari ledakan Jiyeon.

Baru saja Hyena harapkan di depan seorang pria datang. Pria itu bukan lain seorang dokter sekaligus kekasihnya. Ia bernama Minsoo. 

‘Oppa[panggilan kakak laki oleh wanita]!’ panggil Hyena dari tempatnya.

‘Hallo, Jiyeon-ah, aku harus pergi sekarang, dah!’ lekas Hyena menutup ponselnya lalu mengejar Minsoo.

“Awas kau berani tutup!” tetapi sambungan telah terputus, “Kau, Yak!” umpatnya. 

Jiyeon melihat layar ponselnya. Muncul pemberitahuan bahwa panggilan telah terputus.

“Tunggu saja di rumah sakit, kau akan mati di tanganku! Arghhh!” Jiyeon menghentak-hentakan kakinya di lantai dengan cepat. 

“Kim Taehyung, kapan anda datang?” melasnya.

Jiyeon menoleh ke arah deretan area penjemput mulai penuh. 

Lekas ia beranjak dari kursi menuju gerombolan manusia. Sesampai tempat ia harus berusaha mencari celah agar mendapat barisan paling depan. 

Kali ini ia menggunakan kepalanya untuk mendesak, menyodok-nyodokan kepala di celah tubuh orang-orang yang saling berhimpitan. Sayang usahanya tetap gagal. Beberapa kali ia terlempar keluar oleh orang yang berdesakan, bahkan ia telempar dan jatuh kelantai untuk kesekian kalinya. 

“Yak! Beri aku celah, gajah!” bentaknya.

Tak di duga orang itu menoleh ke belakang.

“Siapa yang mengataiku gajah!” sekarang Jiyeon menempatkan dirinya dalam masalah besar.

“Orang itu langsung pergi ke sana!” sahutnya seraya menunjukan arah.

Berbohong cara tepat untuk melindunginya jika berhasil membuat orang itu percaya.

“Yang mana!” orang itu sedikit mempercayai Jiyeon.

“Okh, itu orang yang anda jemput!” serunya. Jiyeon berusaha menyelamatkan dirinya dengan mengalihkan perhatian. Orang itu berbalik dan lupa dengan amarahnya.

Jiyeon menghela napas lega, “Miris sekali~”

Karton bertulis Kim Taehyung tanpa sengaja terlupakan oleh Jiyeon. Jiyeon berdiri dan merapikan pakaian dari debu. Entah api dari mana menyulut membuat semangat Jiyeon berkobar-kobar. Ia merapatkan kedua kakinya, kemudian menempelkan kedua telapak tangannya. 

Kedua tanganya mengarah lurus ke depan. Ia pun meluncurkan badannya layak perenang. 

“Gimana ini? Uhh ... Tanganku terjebak. Ya Tuhan, apa salahku kepada-Mu? Hari ini kenapa aku sial terus? Sampai kapan mereka menjepit tanganku!” gerutunya.

“Lepaskan tanganku!” ledaknya kepada orang yang di depannya. Karena ramai mereka tak mendengar suara Jiyeon.

Tangan Jiyeon terlalu kecil hingga mereka tak merasakan ada sesuatu yang mengganjal di pinggang mereka, atau dasarnya kulit mereka tebal?!

“Yakkk!”

Jiyeon mengerahkan tenaga yang tersisa. Jiyeon menarik kencang tangannya, tubuhnya miring ke belakang. Bila kedua tangannya terbebas, seketika punggungnya akan merasakan keras dan dinginnya lantai.

Mata Jiyeon yang terpejam mulai terbuka dan kepalanya berbalik ke belakang. Karton bertuliskan nama Taehyung tergeletak di lantai.

“Lihat langkahmu! Awas jangan injak!” serunya memperingatkan pada orang-orang yang melewati daerah itu. Jiyeon bertekat menyelamatkan kartonnya.

“Erhhh!” tariknya lagi dan akhirnya terbebas. Dengan cepat tangan kanan Jiyeon menebak tubuh agar tak terjatuh di lantai. Ia langsung berlari menuju Kim Taehyung. 

Tapi sepertinya ia menabrak sesuatu di samping tadi. Namun Jiyeon tak begitu peduli, apakah ia menabrak seseorang, yang terpenting menyelamatkan kartonnya. 

“Kim Taehyung, kau selamat!”

“Akk! panasss panass!!” rintih seseorang di sampingnya.

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Pinakabagong kabanata

  • Road to Romance    ROAD 48 KM - SEHUN BIRTHDAYS

    Sekian lama bernegoisasi dengan Junsu. Akhirnya Taehyung berhasil membujuk Junsu untuk mengikuti Jiyeon pergi. Dan Jiah ikut serta. Ia tak mau ketinggalan hal menyenangkan, Taehyung awalnya enggan atas kehadiran Jiah, sebab masalahnya berkaitan tentang namja, perempuan dilarang ikut campur.Tetapi apa boleh buat, Junsu dan Jiah, harga mati. Mereka satu paket jadi susah memisahkan mereka.Usai melepas jarum infusnya, ia keluar bersama Junsu dan Jiah. Tampilan Taehyung, kaos hijau gelap dengan celana panjang hitam. Busana yang wajar, sisi lain, bertentangan dengan Taehyung. Junsu bersama Jiah mengenakan pakaian serba gelap. Mengenakan sun-glasses, topi, masker. Gaya pakaian penyelundup narkoba.Dibuatnya jerah, Taehyung keberatan dengan penampilan mereka. Malu ketika Taehyung menunggu sepasang burung di lobby, lalu datang menghampirinya mengenakan busana penjahat. Mereka pikir sedang bermain film laga.“Ya, terlalu

  • Road to Romance    RAOD 47 KM - SWEET CUPCAKE

    Satu hal yang belum Jiyeon jelaskan pada Sehun. Tempat. Dimana mereka bertemu. Cerdasnya Jiyeon, kian hari membuat Jiyeon bangga pada dirinya sendiri. Merahasiakan tujuannya, ke mana mereka akan kunjungi. Sehingga Sehun mau tak mau harus menjemput Jiyeon di rumah sakit.Malam sebelum mereka kencan, Sehun sibuk mengurus pakaian sedangkan Jiyeon sibuk membuat cupcake—kue mangkuk, di dapur rumah sakit.Tentu saja Jiyeon menggunakan bahan yang ia beli di supermarket. Ia bawa ke dapur, malam hari dapur rumah sakit berhenti beroperasi. Cocok untuk Jiyeon, leluasa bergerak sebab ia tidak akan mengganggu pegawai lain ataupun diganggu.Suara mixer memenuhi ruangan. Seorang tamu menimbulkan bunyi, langkah sandal. Taehyung. Mengenakan piyama rumah sakit. Mengitari bangunan, mencari Jiyeon sambil mebawa tiang bersama infus bertengger. Dan berhasil menemukan Jiyeon di dapur.“Apa yang kau lakukan di sini,” sela Taehyung.

  • Road to Romance    ROAD 46 KM - SEHUN DAN TAEHYUNG

    ConnectedPing! Ping!Dering ponsel Jiyeon menyeruak. Mengugah Jiyeon yang tertidur dalam pelukan Taehyung. Mulanya Jiyeon tak mengenali siapa yang memeluknya, setelah mengingat kondisi Taehyung memburuk, dan dilarikan ke rumah sakit.Kepayahan mengurus Taehyung, dimulai dari memasang jarum infus. Mendata diagnose, menulis laporan serta memesan bangsal untuk Taehyung.Yang Jiyeon ingat selesai merawat Taehyung, ia duduk di kursi menunggu Taehyung sadar. Lama-kelamaan Jiyeon tertidur. Bangun-bangun, mendapati dirinya tidur seranjang dengan Taehyung—yang memeluknya erat. Tangan kukuh Taehyung menekan badan Jiyeon. Puncak kepalanya menyentuh dagu Jiyeon.Ketika matanya terbuka lebar, nyawanya kembali sepenuhnya. Jiyeon berusaha menggapai ponselnya yang berada di meja. Bergerak sedikit saja, Taehyung kian mengencangkan pelukannya. Tangan kanannya pantang menyerah mengapai ponselnya, hanya saja kepala Taehyung menahan d

  • Road to Romance    ROAD 45 KM - COOLING DOWN

    Sekian lama Jiyeon berkeliling mencari Taehyung, akhirnya Jiyeon menemukan Taehyung di dalam mobilnya. Menekan mundur kursinya sampai terasa nyaman digunakan tidur. Meskipun Taehyung terlihat terlelap, Jiyeon tau Taehyung berpura-pura.Badannya bergerak unglai, berjalan ke mobilnya. Tenaganya setengah habis ia kerahkan mencari Taehyung. Dan ternyata selama ini. Taehyung berada di mobilnya. Absurd.Jiyeon masuk ke dalam mobilnya. Memegang setir mobil, menekan keningnya pada setir. Mengatur napasnya, di luar sana panas sampai-sampai tubuhnya memerah—kepanas tersengat sinar matahari. Padahal Jiyeon berpindah-pindah tempat, Jiyeon menggidik ngeri membayangkan dirinya duduk sendirian tersengat matahari. Akan sama halnya dengan telur goreng.Dimobilnya panas juga kering. Jiyeon heran bagaimana Taehyung bertahan hidup di temperature ekstrim mobilnya. Badan Taehyung berkeringat. Wajahnya pucat. AC mobil Jiyeon tak begitu cepat merangsang sebab mesin mobil kepanasa

  • Road to Romance    ROAD 44 KM -

    It’s not hard “Ya, Oh Sehun!” panggil Mingyu di belakang. Sehun tidak memperdulikan Mingyu selama seminggu. Kenapa, sebab Mingyu sering menghubungi Sehun tiap malam harinya, pagi hari hingga sore hari ia mengusik Sehun. Hanya untuk mendapatkan nomor seluler milik Jiyeon tentunya. Sehun bersumpah demi Tuhan, tidak akan memberikan nomor Jiyeon ke Mingyu. Jika itu terjadi maka Sehun kalah, dan dia harus menuruti aturan Jiyeon. Sehun memang sudah menghapus nomor seluler Jiyeon. Namun masalah mendapatkan kembali nomor Jiyeon sangatlah mudah. Nomor seluler Jiyeon telah di-update oleh ayahnya. Jadi setiap pegawai rumah Sehun memiliki nomor seluler Jiyeon. Dikondisikan menanggulangi keadaan yang diluar prediksi. “Ya, berhenti, kau dengar aku,” Mingyu berlari sepenuh tenaga. Sedangkan Sehun berjalan cepat. Mingyu menggapai lengan Sehun. Sehun mengibaskan lengannya, tangan Mingyu terbeba

  • Road to Romance    ROAD 43 KM - SMALL PARTY

    Have a breakPerkotaan menerangi kegelapan bak bintang di langit. Sayang langit perkotaan hampa penampakkan bintang. Jangan salahkan bangunan metropolitan, manusia yang mengebu-ngebu menggunakan lampu.Jiyeon sedikit jengkel tak dapat menikmati langit di siang hari, juga malam hari. Malam yang diidamkan Jiyeon ketika ia bersama Hyun Jung di rumah nenek mereka.Paling menyenangkan berkunjung ke rumah nenek dimusim panas. Menyaksikan kembang api di laut. Makan makanan laut seperti shasimi—hidangan laut dimakan mentah. Hyun Jung suka makan shasimi dengan pasta cabai yang dicampur madu.Makan itu Jiyeon pesan. Maka dari itu ditengah perayaan penyambutannya, Jiyeon jadi teringat kenangannya bersama Hyun Jung.Bukannya sedih sebaliknya Jiyeon bahagia mempunyai kenangan manis bersama saudaranya.Dan Minsoo sangat berisik bernyanyi di depan. Feel-dari moment-nya menjadi absurd dan sulit di

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status