Share

Dia akan kembali

"Mmh?" Rose membuka matanya, sempat terheran ketika melihat langit - langit ruangan yang terasa asing baginya, dia kemudian terduduk dengan tangan yang menyentuh kepalanya "Dimana ini?" herannya.

"Rumah sakit?"

"Sudah bangun?" suara seseorang membuat Rose kemudian menoleh, dilihatnya El yang tengah duduk elegan di sofa.

Sekarang Rose ingat kenapa dia bisa berada di sana, seorang Black Rose pingsan setelah seorang pria melamarnya? Wtf? Apa kata dunia? Mau ditaruh dimana mukanya jika hal itu sampai diketahui banyak orang.

Tak lama El beranjak dan berjalan menghampiri Rose lalu duduk di tepi ranjang tempat Rose berbaring.

Tap!

Tiba - tiba El memegang kedua tangan Rose "Tolong bantu aku." ucapnya dengan tatapan penuh harap.

Rose menarik tangannya dengan raut wajah yang tidak bisa digambarkan melalui kata - kata "A-apa yang bisa aku bantu?" tanyanya.

"Menikah denganku."

"Kau becanda ya? Aku tidak mau." tolak Rose, dia menyibakkan selimut yang membalut tubuhnya kemudian menurunkan kaki.

"Tunggu dulu Rose!" El memegang pergelangan tangan Rose untuk menahan kepergiannya.

"Jangan memanggilku dengan nama itu!"

"Baiklah, Lina, dengarkan aku." ia menarik Rose kembali duduk "Bagaimana dengan pernikahan kontrak? 1 tahun, aku janji hanya 1 tahun." tambahnya.

Rose menatap pria itu, walaupun dia tidak memahami betul tentang sesuatu bernama 'pernikahan' itu, tapi dia tahu, pernikahan bukan sesuatu yang bisa dipermainkan.

"Bagaimana kalau setengah tahun? Selama itu juga aku akan menanggung semua biaya hidupmu beserta keluargamu, bagaimana?" tawarnya  

Lagi, Rose menepis tangan El kemudian beranjak "Aku tidak tertarik, lagian aku tidak punya keluarga. Kau cari wanita lain saja, sampai jumpa."

Ia berjalan namun ketika hendak membukakan pintu, El mengatakan sesuatu "Hari ini tidak perlu kembali ke kantor, pulang dan beristirahatlah." ucapnya.

Rose tersenyum dingin "Hm. Baiklah." dia membuka pintu dan keluar.

Dia berjalan menuju elevator. Didalam, seorang pria berpakaian hitam dengan masker serta topi hitam mendekatinya, dengan sengaja dia menyenggol bahu Rose sampai membuatnya menoleh.

Mata Rose membulat "Kak Eight~"

"Ssssttt." pria itu menaruh jari telunjuknya di ujung bibirnya. Pria itu bernama Eight, salah satu orang kepercayaan paman. Kemunculannya di tempat itu apa hanya kebetulan semata? Atau paman memang menyuruhnya diam - diam mengikuti Rose?

Ting!

Pintu lift terbuka, Rose membuntuti Eight, mereka berjalan menuju satu mobil berwarna merah, keduanya kemudian masuk ke mobil itu.

Eight duduk di kursi kemudi sementara Rose duduk di sebelahnya. Mobil pun melaju pergi.

"Huuuh." Rose menghela nafas panjang.

"Kak Eight, apa yang kau lakukan di tempat ini?" tanya Rose.

"Mmm ... T-tidak ada." gelagat yang sungguh mencurigakan, sudah pasti kalau dia dikirim paman untuk mengawasi Rose.

Kak Eight ini, pria berambut silver dengan model mohak bawah, dia pria yang sangat baik dan bisa dipercaya. Dia memiliki mata dengan pupil berwarna hijau cerah, penglihatannya setajam mata elang.

Ada satu lagi pria yang bisa dibilang baik, dia bernama Nathan. Pria dengan perawakan tinggi serta berkulit putih dengan wajah cukup tampan.

Kak Nathan berambut blonde, telinga sebelah kirinya ditindik hitam. Salah satu pria yang kabarnya menaruh rasa pada Rose dan dia selalu memberikan perhatian lebih.

"Rose." panggil Eight.

"Hm?"

"Sebenarnya aku disuruh paman mengawasimu." akhirnya mengaku juga, begitu kiranya pikir Rose saat ini.

"Jadi kak Eight menungguku untuk membawaku pulang?"

"Hmm."

"Kak Eight mendengar pembicaraanku dengan pria itu?"

"Hm."

"Mengenai pernikahan?"

"Hm."

"Terus, kak Eigth memberitahukannya pada paman?"

"H-hm."

"Jangan marah Rose! Ini juga demi misi, paman mengkhawatirkanmu jadi dia mengirimku mengawasimu. Apa kau tahu? Kak Lily ... Dia dibunuh seseorang tidak dikenal."

"Apa? Kak Lily di~ tidak mungkin kak, dia tidak mungkin semudah itu di bunuh!" Rose terkejut bukan main.

"Itu kenyataannya, aku yakin, selain paman ada orang yang juga mengetahui tentang kunci itu. Kau seorang Black Rose yang terkenal, jangan dengan mudah mengekpos diri." ia memberi peringatan.

Rose mengangguk pelan, tidak menyangka kakak senior Lily telah tiada. "Sial! Siapa yang berani membunuhnya?!" Pekik Rose dalam hati.

Tak lama merekapun sampai di markas Arkansas. Kabar duka menyimuti mereka. Karna kak Lily yang paling tua diantara para Assassin wanita, dia sangat dihormati dan memiliki posisi satu tingkat dibawah paman.

Kreek!

Kak Eight membuka pintu ruangan paman lalu mempersilahkan Rose masuk. Di sana paman menundukkan kepalanya dengan kedua tangan menyentuh kepalanya.

"Paman, kak Lily~" Rose menghentikan ucapannya, mungkin bukan saatnya membicarakan hal itu.

Paman mendongakkan kepalanya "Ah Rose, duduklah."

"Lily itu ceroboh, aku sudah melarangnya untuk tidak pergi tapi tidak dia dengar. Salah paman juga, tidak mengawasinya dengan benar."

"Paman jangan menyalahkan diri sendiri, kak Lily itu kuat, lawannya pasti lebih kuat." ucap Rose kemudian duduk.

"Hmm. Oh ya, aku yakin kau sudah tahu kalau aku mengirim Eight untuk mengawasimu. Mengenai pernikahan itu~"

"Aku menolak! Aku tidak mau menikah dengannya."

Paman menghela nafas panjang "Sebenarnya Rose, kau harus menerima tawaran pernikahan itu. Bisa lebih dekat dengannya maka lebih baik. Jadi Rose, terima tawaran pernikahan itu."

"Aku tidak mau!" tolak Rose lagi.

Anak yang satu ini memang sangat keras kepala, mungkin paman terlalu memanjakannya "Apa sebenarnya kau memiliki perasaan pada Nathan?" tanya paman membuat Rose tertegun.

"A-apa yang paman katakan? Kenapa bisa berpikir seperti itu?" ia memonyongkan bibirnya seraya membuang muka.

"Oh? Ya sudah, paman tidak akan kasih tahu hal menarik." dia menggoda Rose.

"Jangan kasih tahu kalau begitu."

Beberapa saat kemudian.

"Katakan! Kalau ada yang mau dibicarakan katakan saja!" masih berusaha mempertahankan gengsinya.

"Menikahlah dengan pria itu, bukankah hanya setengah tahun? Itu waktu yang cukup untukmu mendapatkan kunci itu, setelah itu bercerai."

"Enteng sekali mulut orang tua itu," gerutu Rose dalam hati sembari menatap kesal pada pria tua berjenggot lebat itu.

"Aku tidak mau jadi janda di usia muda." bersikeras.

"Baiklah, tidak ada pilihan lain lagi. Misi rank S ini paman akan serahkan pada Hera." kesal sekali saat paman menyebut namanya, padahal dia tahu kalau Hera adalah rival Rose.

Brak!

Rose menggebrak meja "Aku terima, aku akan menikah dengannya." dia pun mengalah.

Paman tersenyum puas "Keponakan kesayangan paman memang tidak mengecewakan, ingat kata - katamu itu ya."

"Tch." mendengus sembari berjalan menuju pintu, udara disana sangat pengap terlebih karna asap rokok yang hampir memenuhi ruangan.

"Oh ya." ucap paman menghentikan langkah Rose.

"Malam ini, dia kembali." tambahnya dengan melempar tatapan tajam pada Rose, orang yang paman maksud itu kemungkinan Nathan.

Brak!

Rose menutup pintu dengan membantingnya keras.

Paman menghela nafas kasar lalu menyandarkan tubuhnya ke sandaran kursi "Rose, jangan mengecewakan paman."

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status