Share

Sikap Mamah

Author: Lala uniq
last update Last Updated: 2023-01-19 09:00:41

"Vi, bagaimana suami kamu, masa istri dan anaknya di sini tidak ditengokin ataupun dijemput?" tanya Mamah. 

"Mah, sebenarnya … Evita sudah dicerai, Mah. Sama kang Andi, melalui telpon," ucapku sambil terisak. Namun tak kusangka tanggapan Mamah datar-datar saja. 

"Oh begitu, yasudahlah, kamu masih muda masih banyak yang mau sama kamu, tidak perlu kamu pikirkan, laki-laki model begitu," ucap Mamah dengan entengnya. Aku hampir tak percaya kalau Mamah mengucap kalimat itu. 

Bulan berlalu ... Hati terasa hampa, ada rindu yang menggebu dalam hati ini. 

Aku harus bangkit dan memperbaiki semua ini, terlebih tentang usahaku dimasa pandemi seperti ini harus kuakali dengan berjualan scara online. 

Dua bulan kang Andi mengacuhkanku, seolah membuangku begitu saja, dia tidak sadar kalau apa yang dimiliki saat ini semua bermula dari modal bapakku. 

"Vi, apa yang terjadi, katakan pada Bapak, apa benar yang Mamah katakan, kalau kamu dicerai?" tanya Bapak. 

Aku diam sejenak, berusaha menata hatiku juga kalimatku agar Bapak tidak benci pada Kang Andi. 

"Iya, Pak. Memang benar Evita sudah dicerai."

"Ada masalah apa, Nak. Katakan pada Bapak, jika kalian perlu modal, berapapun akan Bapak berikan, Bapak tahu saat ini ekonomi sedang tidak baik-baik saja, tetapi kita harus tetap waras dalam menghadapinya, jangan mengambil keputusan yang bisa merugikan dan membuat menyesal," ucap Bapak sambil menarik nafas dalam-dalam. 

"Bukan karena itu, Pak. Entahlah, Evita merasa Kang Andi berubah setelah mengikuti komunitas grup."

"Komunitas?" tanya Bapak. 

Aku mengangguk, lalu kuperlihatkan komunitas yang kumaksud dari laman F******k, juga memperlihatkan beberapa postingan poto yang terpampang di sana.

"Bapak rasa tidak ada yang salah dengan itu semua, Nak. Mungkin kalian cuma salah paham, sebaiknya dibicarakan lagi," begitu tanggapan Bapak. 

"Nyatanya, Evita sudah dicerai Pak," ucapku sambil terisak tak tahan lagi. 

"Ngapain kamu tangisi laki-laki miskin itu, Vi. Baguslah kalian cerai," sahut Mamah tiba-tiba. 

"Mamah!" bentak Bapak. 

"Kenapa, Pak. Dari awal Mamah tidak setuju, Evita menikah dengan laki-laki kere itu, sekarang lihat saja, dia malah mencampakan anak kita," sengit Mamah. 

"Jangan memperkeruh suasana, Mah. Biarkan Evita menyelesaikan masalahnya dengan caranya, selanjutnya apa rencanamu, Vi?" tanya Bapak. 

"Entahlah, Pak. Evita belum tahu."

_________

Kudengar kabar dari karyawanku di Bogor kalau kakak iparku seenak jidat mengambil alih satu kios milikku yang dia kira milik Kang Andi, enak saja semua akan kuambil kembali setelah apa yang sudah dilakukan oleh kang Andi padaku. 

Dua minggu yang lalu ... Kuhubungi Umi kang Andi juga Teteh (kaka perempuan kang Andi) untuk menjembatani masalah kami, tapi apa? Mereka malah mencaciku dengan mengatakan istri yang tak becus dan matrealistis, bagaimana tidak sakit, hati ini, saat sebuah harapan aku gantungkan nyatanya mereka malah mengecewakanku bahkan menghinaku. 

"Maaf Umi tidak mau ikut campur," Itu saja kalimat yang keluar dari Umi Kang Andi. 

Padahal aku berharap ia mau menasihati kang Andi agar memperbaiki hubungan kami. 

Tidak ingatkah beliau kepada cucunya, tidak inginkah ia merengkuh dan memeluk anakku, bersatu menjadi keluarga yang utuh bersama ayahnya. 

Aku terus memantau tingkah laku kang Andi melalui teman-temannya, aku pun sudah menghubungi orang yang cukup tahu banyak tentang komunitas grup yang kang Andi ikuti, aku bercerita banyak padanya tentang apa yang kualami. 

Diantara teman satu komunitas kang Andi hanya Bu Lia yang mau membantuku menjembatani antara aku dan kang Andi. 

Saat itu aku menghubunginya melalui messenger di aplikasi F******k.

[Assalamu'alaikum … mohon maaf saya tahu anda adalah bagian dari pengurus komunitas yang suami saya ikuti, tolong saya, tolong kembalikan suami saya seperti dulu, karena komunitas kalian rumah tangga saya berantakan.]

Tak lama iapun membalas. 

[Waalaikumsalam … mohon maaf sepertinya anda keliru jika beranggapan buruk tentang komunitas kami, tidak ada hal negatif di dalam komunitas kami, jika anda tidak keberatan ikutlah dengan suami anda agar anda tahu, bagaimana di dalamnya.]

Berawal dari chat yang ia balas akupun menumpahkan semua rasa sesakku dan mengatakan apa yang terjadi padaku, saat itu Bu Lia mau membantuku, ia pun berjanji akan membujuk kang Andi agar mau menjemputku. 

Bu Lia bilang kalau sesekali kang Andi bercerita tentang kerinduannya terhadap Aa( anak kami) namun ia tidak memiliki cukup ongkos untuk menjemput kami, itu yang diutarakan kang Andi kepada Bu Lia. 

Lucu ... Benar-benar lucu, alasan yang tidak masuk akal menurutku. 

Kadang aku berpikir apa yang dicari oleh mereka yang sudah berkeluarga , kesenangan berkumpul bersama teman yang seharusnya memang sudah dikurangi aktifitasnya, karena ada keluarga yang menanti di rumah. 

Yang kutahu hanya orang-orang kesepian yang aktif dalam komunitas 

seperti para wanita juga laki-laki yang tidak mempunyai pasangan, apakah kang Andi mulai nyaman dengan kesendirianya? Sampai kapan? Semoga saja dia tidak menyesal. 

_______

Akhir-akhir ini, gelagat dan ucapan mamah mulai tidak enak kudengar, apakah dia enggan aku tinggal di sini, kata pedas sering kudengar. Mamah selalu berbicara kepada anakku, Aa. hal yang tidak pantas menurutku.

Seperti sore itu, setelah Aa mandi dan Mamah membantu memakaikan ia baju. 

Mamah berkata pada Aa yang masih belum mengerti apa-apa. 

"Kasian banget kamu Aa sayang, cucu Enin yang ganteng, punya Mamah cantik tapi nasibnya miris, ketemu Ayah kamu laki- laki kere ga tahu diri," kata Mamah kala itu

Tentu saja anakku hanya diam saja karena ia tidak mengerti, aku yang mendengar merasakan sakit di hati ini. 

"Mah! Apa-apaan sich, kenapa ngomong gitu ke Aa? Jangan bikin dia benci sama Ayahnya, Mah."

"Halah ... Terus saja belain tuh laki pengecut, emang ada yang salah sama omongan Mamah?"

Mamah pun berlalu begitu saja meninggalkan Aa yang bingung dan aku yang kesal. 

Ternyata Mamah masih tidak menyukai kang Andi, apakah ini juga salah satu alasan kang Andi tidak mau menjemputku, karena malas menghadapi Mamah. 

******

Karena Bapakku seorang pejabat daerah ia jarang sekali ada di rumah, ia tidak tahu bagaimana Mamah bersikap selama ini, kadang aku berpikir, apa aku ini anak tiri? Karena selama ini Mamah selalu bersikap kurang senang padaku bukan hanya setelah masalah ini, namun jauh sebelum aku menikah, sikap Mamah tidak seperti layaknya seorang Ibu kebanyakan. 

Sore itu saat aku main di luar bersama Aa, Tiba-tiba saja ada tetangga yang menyapaku. 

"Ehhh Neng Evita ada di sini? Apa kabar Neng, di Bogor lagi gencar Corona yah Neng?" tanya Bi Esih tetangga depan rumah

Baru mau kujawab, dari belakang tiba-tiba saja Mamah menjawab. 

"Ahhh dari dulu ge si Evita hidupnya ngga beruntung, di sini dipuja-puja pemuda, nikahnya sama orang Bogor yang kere pula, mau corona mau normal ya tetep kere. Sialnya, sekarang malah dicerai."

Bersambung.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Rumah Tangga Hancur Karena Komunitas Grup   SELESAI.

    "Teh Evita!""Iya, ini aku Dit? Apa kabar?" ucapku sambil mengulurkan tangan. "Kabar baik," Ia pun menatap Amir juga Bapak. "Oh, iya. Dit. Kenalkan ini suamiku, Amir dan ini Bapakku."Dita pun menangkupkan kedua tangannya, lalu mempersilahkan kami masuk. "Mari masuk, Teh. Pak … eh Aa apa kabar?""Kabar baik, Umi Dita, Aa kemari karena kangen sama Kinara, Aa yang paksa Bunda untuk datang kemari, di mana Kinara, Umi?""Kinara ada di dalam, mari masuk….""Ada siapa, Um?" tanya Kang Andi dari dalam. Bukan menjawab Dita malah agak salah tingkah, sepertinya dia memang terkejut dengan kehadiranku."Ayo mari masuk," Lagi-lagi Dita menawari kami untuk masuk ke dalam rumahnya. Baru juga kakiku melangkah tiba-tiba saja Kang Andi muncul dari balik pintu. Seketika mata kami beradu, Kang Andi terlihat lebih kaget melihatku, entah mengapa ada perasaan aneh yang kembali menjalar di hatiku. "Kang, apa kabar?" tanyaku berbasa-basi. "Ba-baik," Jawabnya, melihat Bapak ia pun segera mencium tangan Ba

  • Rumah Tangga Hancur Karena Komunitas Grup   Bab. 53

    "Ya ampun, kamu mau apalagi, Mir? Apa kamu belum puas?"Amir tak menjawab pertanyaanku, tapi lagi-lagi dia mengulang ritual tadi, tapi kali ini di kamar mandi. Setelah ia kehabisan tenaga, aku pun segera membersihkan diri, kutinggalkan saja dia di kamar mandi, kalau tidak, kapan akan selesai. Saat aku hendak memakai baju, tiba-tiba ponsel Amir terus saja berdering, kulihat sebuah nama di layar ponselnya. 'Si Bawel'Siapa yang dia tulis Si Bawel, penasaran kuangkat dan kujawab saja. Belum juga aku berucap, dari sebrang terdengar suara perempuan. "Halloo, Mir. gimana jadi ngga? Jangan bilang batal cuma gara-gara istri kamu, ya. Kamu pernah bilang kamu bakal selalu utamain aku. Awas kalau kamu ingkar janji, hallo, halooo, Mir, kok kamu diam saja!""Ma-af, Amirnya sedang mandi.""Isshhh!" Seketika perempuan tadi mematikan ponselnya seperti marah. Kusimpan kembali ponsel Amir dan tak mau terlalu memikirkannya.Setelah Amir selesai mandi. "Sayang tadi ada yang telpon kamu, aku bilang

  • Rumah Tangga Hancur Karena Komunitas Grup   Bab. 52

    "Apa maksud kamu, Amir?""Maaf, maaf kan, aku sayang, aku hanya sedang pusing." Ia mencoba meraih kedua tanganku dan kembali mencumbuiku. Namun, aku merasa hambar setelah mendengar ucapannya tadi. Segera kulepaskan kedua tangannya, lalu beranjak ke kasur untuk tidur. Laki-laki seperti apa yang aku nikahi, mengapa masih pengantin baru saja, sudah berucap yang membuatku sakit hati. Esoknya … pagi-pagi aku meminta izin kepada Amir, aku memutuskan untuk tinggal di rumah Bapak saja, sebenarnya untuk membeli rumah pun, aku mampu. Aku hanya ingin tahu saja, sejauh mana tanggung jawab Amir. "Mir, kita sudah pernah bicara, kan. Kalau aku tidak betah tinggal di sini, kita tinggal di rumah Bapak saja, kasian beliau cuma sendirian, seandainya Bapak menikah barulah nanti kita cari rumah baru.""Terserah kamu, saja, Vi. Tapi orangtuaku bilang, mereka akan membangun rumah untuk kita, di lahan sebelah sana." Amir menunjuk sebuah lahan kosong samping rumah orangtuanya."Ya, itu sich terserah, kan.

  • Rumah Tangga Hancur Karena Komunitas Grup   Sifat Asli

    "Vi, maaf ya, buat kami tidak nyaman." ujar Mamah. "Tidak apa-apa, Mah.""Sebentar ya, Vi. Mamah mau nemuin yang punya hajat dulu, setelahnya kita pulang, eh ngga pulang juga, sich. Ya kita belanja dulu lah, ke Mall, atau perawatan dulu gitu ke salon." "Yasudah, Evita tunggu di sini, ya. Mah."Mamah pun berlalu pergi, Lagi-lagi aku terjebak di sekumpulan ibu-ibu. "Siapa itu? Cantik ya?" ujar seorang ibu yang menggunakan kebaya marun. "Itu, menantunya Bu Camat." Jawab ibu-ibu yang berada di sampingnya. "Oh, yang katanya janda itu?""Husss, jangan kenceng-kenceng nanti orangnya denger."Tak tahan aku pun menegur mereka, kali ini aku tidak boleh diam seenak hati mereka membicarakanku. "Kenapa, Bu? Ibu mekbucarakan saya? Iya saya memang menantunya Bu Camat dan saya memang janda, memangnya ada masalah apa ya?""Maaf, Neng … maaf, jangan diambil hati.""Saya tidak mengambil hati, saya cuma bertanya pada ibu-ibu semua, emang ada masalah apa dengan status saya? Toh pasangan saya saja me

  • Rumah Tangga Hancur Karena Komunitas Grup   Pov. Evita 3

    Aku bersiap hendak berangkat arisan dengan Mamah Amir. "Yang, kamu sudah rapi?""Iya, aku titip Aa, ya," ucapku kepada Amir. Lalu aku pun pamit kepada Aa yang sedang main game di dalam kamar. "Aa, Bunda berangkat dulu ya, sama Enin. Baik-baik ya, sayang.""Iya, Bunda. Aa sudah janjian sama Papah mau ke rumah kakek, tapi Aa mau ajak Bibi ya, Bun.""Iya, sayang. Ajak saja," Ku kecup kening Aa lalu memeluknya. Aku pun segera turun ke bawah menemui Mamah. "Vi, kamu sudah siap? MasyaAllah menantu Mamah cantik banget, gadis-gadis juga kalah sama kamu, Vi.""Ah, Mamah. Bisa saja."Saat hendak berjalan keluar tiba-tiba saja Papah Amir memanggil. "Eh, kalian sudah mau pergi, apa tidak butuh supir?""Ngga perlu, lah, Pah. Biar Evita saja yang nyetir, iya, kan. Mah? " Mamah terserah kamu saja, Vi. Tapi lagi pula tidak begitu jauh, kok dari sini.""Memang Arisan di mana Mah?" tanya Papah Amir. "Itu, arisan di rumah Bu Broto.""Bu Broto yang rumahnya di Blok F?""Iya.""Oh, kirain Papah di

  • Rumah Tangga Hancur Karena Komunitas Grup   Pov. Evita 2

    Pov Evita. Tak lama Amir mendorong perempuan tadi. "Kang Amir! Kok aku didorong."Amir seperti memberi kode pada perempuan itu, akan kehadiranku. Tapi perempuan itu tetap tidak mengerti kode dari Amir, dia terus saja nyerocos, berbicara tanpa jeda. "Kang, kenapa kamu ganti nomor? Aku mau menghubungi kamu benar-benar susah, kamu bilang mau balik lagi ke Jakarta, tahunya kamu malah betah tinggal di kampung! Aku kesepian, Kang."Kulihat tukang bubur pun nampak melirik kearahku, kubiarkan saja, adegan itu berlangsung, ingin tahu saja apa yang bisa Amir jelaskan padaku, entah mengapa tidak ada rasa cemburu dalam hatiku. Amir pun menghampiriku tanpa perduli pada perempuan yang masih nyerocos itu. "Vi, kenalin ini temanku Alesha, dia teman kerjaku di jakarta dulu."Aku melirik santai saja, kulihat Amir nampak gelagapan sendiri, mungkin tak enak hati dengan kejadian tadi. "Alesha! Kenalkan ini istriku, Evita," ujar Amir kepada perempuan itu, kulihat perempuan yang Amir panggil Alesha it

  • Rumah Tangga Hancur Karena Komunitas Grup   Bisik Tetangga

    Wanita mana yang mau gagal dalam berumah tangga, karena statusku yang kini menikah sudah tiga kali tak ayal selalu menjadi gosip hangat para ibu-ibu. "Eh si Amir itu nikah sama anak Pak Kades yang janda itu ya?""Iya, kabarnya udah janda dua kali, mana punya anak lagi.""Ih, sayang amat ya, masa anak bujang nikah sama janda beranak.""Tapi meski janda si Evita cantik loh, dan katanya kaya juga karena dapet warisan atau apalah gitu, dari lakinya.""Ah bukannya lakinya miskin?""Iya, laki pertamanya miskin, kan suami keduanya kaya, orang luar negri kabarnya."Begitulah percakapan ibu-ibu yang kudengar ketika aku melintas dekat rumah Mamah Amir. Karena merasa tak nyaman aku pun tak mau lagi tinggal di rumah Mamah Amir, bukan karena keluarganya tetapi lebih karena lingkungannya. "Yang, kita tinggal di rumah Bapakku saja, ya, karena kasian Bapak kesepian.""Aku sich terserah kamu saja, di mana nyamannya. Sebenarnya aku juga sudah siapin rumah buat kita.""Rumah?""Iya.""Tapi aku juga pu

  • Rumah Tangga Hancur Karena Komunitas Grup   Pengakuan Mesya.

    "Bangun, Mah … bangun….""Sudah, sudah, sebaiknya kita bawa ke rumah sakit," ucap Abah yang di iya, kan. Oleh semuanya. Sesampainya di rumah sakit, Bu Marlina langsung di bawa ke UGD. Kulihat Mesya terus saja menangis. "Pah, maafkan Mesya …." "Sudahlah jangan bahas itu lagi, yang penting sekarang kesehatan Mamahmu."Lalu paman Aryo, pun mendekatiku. "Maafkan paman, sudah membuat wajahmu babak belur, sebaiknya sekalian kamu berobat."Aku bahkan tak ingat rasa sakitku. Namun, Dita menghampiriku. "Wajahmu memar, Kang. Sebaiknya ayo kamu sekalian saja diobati."Tanpa menunggu jawabanku Dita menarik tanganku lalu mencari Dokter umum. "Aku tidak apa-apa, kok.""Tidak apa-apa gimana, orang wajah Akang memar. " Terimakasih yah, kamu sudah percaya pada Akang."Dita hanya mengulas senyum. Aku lega akhirnya masalah ini selesai meskipun kami masih menunggu keadaan Bu Marlina, semoga saja beliau baik-baik saja. _______Malamnya Abah dan Emak memilih menginap di rumah kami, sedangkan Mesya

  • Rumah Tangga Hancur Karena Komunitas Grup   Pengakuan Mesya.

    Cuaca Bandung yang dingin tak menyurutkan amarah Papah Mesya yang terlihat begitu panas, aku tahu orangtua mana yang tak sakit hati bila mendengar anak tersayang dilecehkan, tapi sungguh hal itu tak pernah kulakukan. Sungguh ironis sebenarnya aku lebih kasihan pada orangtua Mesya, apakah mereka tidak akan malu jika tahu kelakuan anaknya. "Baiklah akan kulaporkan masalah ini pada polisi, aku akan meminta seorang pengacara untuk menjebloskanmu ke penjara.""Baik, silahkan saja, Paman.""Kamu menantang?""Tidak, aku tidak takut, karena aku tidak salah.""Awas saja kau, tak akan kulepaskan!" Ancam nya. Nampak Papah Mesya sedang menghubungi seseorang. "Apakah tidak ada jalan lain?" tanya Abah. "Biar saja, Bah. Aku yakin karena aku tidak bersalah, kita lihat saja hasilnya nanti," ujarku sambil menatap Mesya, Lagi-lagi dia merasa tak nyaman."Pah! Papah!""Ada apa sayang, sebentar Papah hubungi pengacara dahulu.""Tidak usah, Pah. Tolong jangan laporkan masalah ini ke polisi, Mesya malu,

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status