Share

Kegiatan Komunitas

Penulis: Lala uniq
last update Terakhir Diperbarui: 2023-01-19 09:01:57

"Mamah! Hentikan, Mah. Apa Mamah senang kalau semua orang tahu apa yang terjadi pada Evi, saat ini?" tanyaku sambil terisak. 

"Halah, tidak usah lebay kamu, Vi." Jawab Mamah enteng lalu berlalu pergi mengajak Bi Esih berbincang, terlihat Bi Esih yang tidak enak hati, ia pun menatapku dengan tatapan iba. 

______

Dingin malam mengusik jiwaku, kembali teringat laki-laki yang dulu menikahiku kini hanya menjadi sang mantan meski belum resmi bercerai secara hukum. Makin lama rasanya aku semakin membencinya pintu maaf yang kubuka lebar-lebar perlahan kian menutup, mungkin saja akan kugembok. Sakit karena disia-siakan dengan segala ketidakpastian membuatku jatuh pada suatu kehampaan. Masih pantaskah dia kutunggu? 

"Sampai kapan kamu seperti ini, Vi. Apa tidak sebaiknya kamu urus saja perceraianmu, daripada statusmu ngegantung," saran Mamah. 

"Iya, Mah. Mungkin Mamah benar, Evita harus segera urus perceraian, ta-pi, bagaimana dengan usaha Evita di Bogor, Mah?" 

"Bagaimana apanya? Kamu ini memangnya hidup di jaman batu? teknologi sudah secanggih ini masih nanya bagaimana, lagian kamu pasti punya orang kepercayaan, kan. Suruh dia saja yang urus, kamu tinggal Terima hasilnya."

"Tidak sesederhana itu, Mah."

"Kamunya saja yang bikin, ribet." ucap Mamah sambil geleng-geleng kepala. 

Akupun mulai memikirkan ucapan Mamah, benar juga aku tidak boleh lemah, aku pasti bisa mengurus semuanya. 

______

Di sisi lain disalah satu komunitas grup diadakan suatu acara besar, di mana di dalamnya tentu saja ada kehadiran Kang Andi, wajahnya nampak ceria, nyaris seperti orang yang tidak bermasalah.

Apakah kamu se happy itu kang? Ketika tanpa kehadiranku.... 

Sahabat kang Andi mengirimkan sepenggal video di mana di situ disebutkan berapa nominal uang yang Kang Andi sumbangkan untuk komunitas itu, dan jumlahnya benar-benar membuatku menggelengkan kepala. 

Dalam video itu pula, nampak jelas kedekatan kang Andi dan Ara si janda, sungguh membuat sakit dan panas hati ini, entah apa pula maksud sahabat kang Andi mengirimkan video itu, apakah dia bersimpati padaku, atau mungkin dia punya maksud lain, entahlah. 

Teringat bulan kemarin pernah aku mencoba menghubungi kang Andi untuk meminta hak anakku melalui pesan watshap. 

[Assalamu'alaikum … Kang, bisa kirim uang untuk beli susu Aa]

Tak lama terkirim dan terlihat dia centang biru. 

[Waalaikumsalam, emang keluarga kamu sudah miskin Vi, sampai minta ke Akang]

Sungguh hatiku berdebar karena kesal setelah membaca balasannya. 

[Mengapa kamu berkata seperti itu, Kang?]

[Karena kamu wanita tidak tahu, malu. Kenapa di saat tidak punya uang kamu baru ingat aku jalang!]

Sungguh ucapan yang tidak pantas terucap dari mulut seorang ayah, ada dan tiadanya harta keluargaku bukankah tetap menjadi kewajibannya dalam menafkahi anak kami. 

Tidak hanya mengucap kalimat itu, setelahnya dia malah berkata kasar lalu memblokir nomorku, dan sekarang sebuah video menjelaskan semuanya. Dugaanku tentang perselingkuhannya bukan tuduhan semata. Berbagai pose foto pun beredar, banyak foto kang Andi yang hanya berdua dengan Ara, begitu dekat begitu akrab dan begitu mesra... 

Arrrgghhhh rasanya ingin kucabik-cabik mereka berdua, hal mudah bagiku mendapatkan laki-laki pengganti Kang Andi. Namun tidak dengan hati dan perasaanku, tidak semudah itu aku melupakan laki-laki yang lebih dari 10 tahun hidup bersama. 

Ponselku kembali berbunyi, kubuka aplikasi gambar hijau, kulihat kiriman video Kang Andi sedang berjoget dengan Ara tak tahan kubanting saja ponselku hingga hancur berkeping-keping seperti hati dan perasaanku. Aku kembali menangis. Tak lama kudengar ketukan pintu di kamarku.

Tok... Tok... Tok... 

"Evi ... Kenapa kamu nak? Apa kamu baik-baik saja," suara bapak bertanya dari luar kamar

Aku pun tidak menjawab dengan masih mengunci pintu, sedang anakku mungkin sedang dengan Mamah. Biarlah aku butuh waktu untuk sendiri. 

*******

Beberapa hari aku tidak menggunakan handphone banyak sahabatku yang datang main kerumah Mamah, karena khawatir aku tidak bisa dihubungi. Mereka pun mengajakku main keluar agar tidak suntuk, aku ikut saja dengan mereka menikmati malam di sebuah Cafe. 

Karena terlalu asik aku sampai lupa waktu, aku pulang pukul 23:30 saat itu, Bapakpun menegurku. 

"Bapak tahu, mungkin saat ini kamu butuh hiburan Vi ... Tapi jangan sampai lupa waktu, kamu ini seorang ibu, kenapa kamu tidak bisa dihubungi?"

"Maaf Pak handphone Evi rusak."

"Ya sudah, besok Bapak belikan," ucap Bapak. 

Esoknya handphone keluaran terbaru sudah ada di meja rias, Bapak ini. Pasti beliau menghubungi temannya untuk diantarkan. Akupun memasukan kembali SIM card dari HP lama. 

Banyak sekali pesan chat masuk dari aplikasi berwarna hijau. Namun yang membuatku tertarik adalah kiriman sebuah nomor, di mana di situ tertera nama Ara. Haruskah aku menghubunginya untuk minta penjelasan darinya dan bertanya langsung tentang hubungannya dengan Kang Andi, atau kuabaikan saja, toh akupun mulai tidak perduli lagi dengan Kang Andi. 

Namun si pengirim menuliskan. 

[Suami kamu diguna-guna si janda gatal, ini nomor janda itu]

Namun ketika aku hendak menelpon si pengirim pesan, nomorku malah diblokir. 

Siapa sebenarnya si pengirim? Kenapa dia antusias sekali memberikan info tanpa aku minta, dan darimana dia tahu nomor handphoneku. Ahhhh semua berkecamuk menjadi sebuah tanda tanya besar dalam otak dan pikiranku. 

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Rumah Tangga Hancur Karena Komunitas Grup   SELESAI.

    "Teh Evita!""Iya, ini aku Dit? Apa kabar?" ucapku sambil mengulurkan tangan. "Kabar baik," Ia pun menatap Amir juga Bapak. "Oh, iya. Dit. Kenalkan ini suamiku, Amir dan ini Bapakku."Dita pun menangkupkan kedua tangannya, lalu mempersilahkan kami masuk. "Mari masuk, Teh. Pak … eh Aa apa kabar?""Kabar baik, Umi Dita, Aa kemari karena kangen sama Kinara, Aa yang paksa Bunda untuk datang kemari, di mana Kinara, Umi?""Kinara ada di dalam, mari masuk….""Ada siapa, Um?" tanya Kang Andi dari dalam. Bukan menjawab Dita malah agak salah tingkah, sepertinya dia memang terkejut dengan kehadiranku."Ayo mari masuk," Lagi-lagi Dita menawari kami untuk masuk ke dalam rumahnya. Baru juga kakiku melangkah tiba-tiba saja Kang Andi muncul dari balik pintu. Seketika mata kami beradu, Kang Andi terlihat lebih kaget melihatku, entah mengapa ada perasaan aneh yang kembali menjalar di hatiku. "Kang, apa kabar?" tanyaku berbasa-basi. "Ba-baik," Jawabnya, melihat Bapak ia pun segera mencium tangan Ba

  • Rumah Tangga Hancur Karena Komunitas Grup   Bab. 53

    "Ya ampun, kamu mau apalagi, Mir? Apa kamu belum puas?"Amir tak menjawab pertanyaanku, tapi lagi-lagi dia mengulang ritual tadi, tapi kali ini di kamar mandi. Setelah ia kehabisan tenaga, aku pun segera membersihkan diri, kutinggalkan saja dia di kamar mandi, kalau tidak, kapan akan selesai. Saat aku hendak memakai baju, tiba-tiba ponsel Amir terus saja berdering, kulihat sebuah nama di layar ponselnya. 'Si Bawel'Siapa yang dia tulis Si Bawel, penasaran kuangkat dan kujawab saja. Belum juga aku berucap, dari sebrang terdengar suara perempuan. "Halloo, Mir. gimana jadi ngga? Jangan bilang batal cuma gara-gara istri kamu, ya. Kamu pernah bilang kamu bakal selalu utamain aku. Awas kalau kamu ingkar janji, hallo, halooo, Mir, kok kamu diam saja!""Ma-af, Amirnya sedang mandi.""Isshhh!" Seketika perempuan tadi mematikan ponselnya seperti marah. Kusimpan kembali ponsel Amir dan tak mau terlalu memikirkannya.Setelah Amir selesai mandi. "Sayang tadi ada yang telpon kamu, aku bilang

  • Rumah Tangga Hancur Karena Komunitas Grup   Bab. 52

    "Apa maksud kamu, Amir?""Maaf, maaf kan, aku sayang, aku hanya sedang pusing." Ia mencoba meraih kedua tanganku dan kembali mencumbuiku. Namun, aku merasa hambar setelah mendengar ucapannya tadi. Segera kulepaskan kedua tangannya, lalu beranjak ke kasur untuk tidur. Laki-laki seperti apa yang aku nikahi, mengapa masih pengantin baru saja, sudah berucap yang membuatku sakit hati. Esoknya … pagi-pagi aku meminta izin kepada Amir, aku memutuskan untuk tinggal di rumah Bapak saja, sebenarnya untuk membeli rumah pun, aku mampu. Aku hanya ingin tahu saja, sejauh mana tanggung jawab Amir. "Mir, kita sudah pernah bicara, kan. Kalau aku tidak betah tinggal di sini, kita tinggal di rumah Bapak saja, kasian beliau cuma sendirian, seandainya Bapak menikah barulah nanti kita cari rumah baru.""Terserah kamu, saja, Vi. Tapi orangtuaku bilang, mereka akan membangun rumah untuk kita, di lahan sebelah sana." Amir menunjuk sebuah lahan kosong samping rumah orangtuanya."Ya, itu sich terserah, kan.

  • Rumah Tangga Hancur Karena Komunitas Grup   Sifat Asli

    "Vi, maaf ya, buat kami tidak nyaman." ujar Mamah. "Tidak apa-apa, Mah.""Sebentar ya, Vi. Mamah mau nemuin yang punya hajat dulu, setelahnya kita pulang, eh ngga pulang juga, sich. Ya kita belanja dulu lah, ke Mall, atau perawatan dulu gitu ke salon." "Yasudah, Evita tunggu di sini, ya. Mah."Mamah pun berlalu pergi, Lagi-lagi aku terjebak di sekumpulan ibu-ibu. "Siapa itu? Cantik ya?" ujar seorang ibu yang menggunakan kebaya marun. "Itu, menantunya Bu Camat." Jawab ibu-ibu yang berada di sampingnya. "Oh, yang katanya janda itu?""Husss, jangan kenceng-kenceng nanti orangnya denger."Tak tahan aku pun menegur mereka, kali ini aku tidak boleh diam seenak hati mereka membicarakanku. "Kenapa, Bu? Ibu mekbucarakan saya? Iya saya memang menantunya Bu Camat dan saya memang janda, memangnya ada masalah apa ya?""Maaf, Neng … maaf, jangan diambil hati.""Saya tidak mengambil hati, saya cuma bertanya pada ibu-ibu semua, emang ada masalah apa dengan status saya? Toh pasangan saya saja me

  • Rumah Tangga Hancur Karena Komunitas Grup   Pov. Evita 3

    Aku bersiap hendak berangkat arisan dengan Mamah Amir. "Yang, kamu sudah rapi?""Iya, aku titip Aa, ya," ucapku kepada Amir. Lalu aku pun pamit kepada Aa yang sedang main game di dalam kamar. "Aa, Bunda berangkat dulu ya, sama Enin. Baik-baik ya, sayang.""Iya, Bunda. Aa sudah janjian sama Papah mau ke rumah kakek, tapi Aa mau ajak Bibi ya, Bun.""Iya, sayang. Ajak saja," Ku kecup kening Aa lalu memeluknya. Aku pun segera turun ke bawah menemui Mamah. "Vi, kamu sudah siap? MasyaAllah menantu Mamah cantik banget, gadis-gadis juga kalah sama kamu, Vi.""Ah, Mamah. Bisa saja."Saat hendak berjalan keluar tiba-tiba saja Papah Amir memanggil. "Eh, kalian sudah mau pergi, apa tidak butuh supir?""Ngga perlu, lah, Pah. Biar Evita saja yang nyetir, iya, kan. Mah? " Mamah terserah kamu saja, Vi. Tapi lagi pula tidak begitu jauh, kok dari sini.""Memang Arisan di mana Mah?" tanya Papah Amir. "Itu, arisan di rumah Bu Broto.""Bu Broto yang rumahnya di Blok F?""Iya.""Oh, kirain Papah di

  • Rumah Tangga Hancur Karena Komunitas Grup   Pov. Evita 2

    Pov Evita. Tak lama Amir mendorong perempuan tadi. "Kang Amir! Kok aku didorong."Amir seperti memberi kode pada perempuan itu, akan kehadiranku. Tapi perempuan itu tetap tidak mengerti kode dari Amir, dia terus saja nyerocos, berbicara tanpa jeda. "Kang, kenapa kamu ganti nomor? Aku mau menghubungi kamu benar-benar susah, kamu bilang mau balik lagi ke Jakarta, tahunya kamu malah betah tinggal di kampung! Aku kesepian, Kang."Kulihat tukang bubur pun nampak melirik kearahku, kubiarkan saja, adegan itu berlangsung, ingin tahu saja apa yang bisa Amir jelaskan padaku, entah mengapa tidak ada rasa cemburu dalam hatiku. Amir pun menghampiriku tanpa perduli pada perempuan yang masih nyerocos itu. "Vi, kenalin ini temanku Alesha, dia teman kerjaku di jakarta dulu."Aku melirik santai saja, kulihat Amir nampak gelagapan sendiri, mungkin tak enak hati dengan kejadian tadi. "Alesha! Kenalkan ini istriku, Evita," ujar Amir kepada perempuan itu, kulihat perempuan yang Amir panggil Alesha it

  • Rumah Tangga Hancur Karena Komunitas Grup   Bisik Tetangga

    Wanita mana yang mau gagal dalam berumah tangga, karena statusku yang kini menikah sudah tiga kali tak ayal selalu menjadi gosip hangat para ibu-ibu. "Eh si Amir itu nikah sama anak Pak Kades yang janda itu ya?""Iya, kabarnya udah janda dua kali, mana punya anak lagi.""Ih, sayang amat ya, masa anak bujang nikah sama janda beranak.""Tapi meski janda si Evita cantik loh, dan katanya kaya juga karena dapet warisan atau apalah gitu, dari lakinya.""Ah bukannya lakinya miskin?""Iya, laki pertamanya miskin, kan suami keduanya kaya, orang luar negri kabarnya."Begitulah percakapan ibu-ibu yang kudengar ketika aku melintas dekat rumah Mamah Amir. Karena merasa tak nyaman aku pun tak mau lagi tinggal di rumah Mamah Amir, bukan karena keluarganya tetapi lebih karena lingkungannya. "Yang, kita tinggal di rumah Bapakku saja, ya, karena kasian Bapak kesepian.""Aku sich terserah kamu saja, di mana nyamannya. Sebenarnya aku juga sudah siapin rumah buat kita.""Rumah?""Iya.""Tapi aku juga pu

  • Rumah Tangga Hancur Karena Komunitas Grup   Pengakuan Mesya.

    "Bangun, Mah … bangun….""Sudah, sudah, sebaiknya kita bawa ke rumah sakit," ucap Abah yang di iya, kan. Oleh semuanya. Sesampainya di rumah sakit, Bu Marlina langsung di bawa ke UGD. Kulihat Mesya terus saja menangis. "Pah, maafkan Mesya …." "Sudahlah jangan bahas itu lagi, yang penting sekarang kesehatan Mamahmu."Lalu paman Aryo, pun mendekatiku. "Maafkan paman, sudah membuat wajahmu babak belur, sebaiknya sekalian kamu berobat."Aku bahkan tak ingat rasa sakitku. Namun, Dita menghampiriku. "Wajahmu memar, Kang. Sebaiknya ayo kamu sekalian saja diobati."Tanpa menunggu jawabanku Dita menarik tanganku lalu mencari Dokter umum. "Aku tidak apa-apa, kok.""Tidak apa-apa gimana, orang wajah Akang memar. " Terimakasih yah, kamu sudah percaya pada Akang."Dita hanya mengulas senyum. Aku lega akhirnya masalah ini selesai meskipun kami masih menunggu keadaan Bu Marlina, semoga saja beliau baik-baik saja. _______Malamnya Abah dan Emak memilih menginap di rumah kami, sedangkan Mesya

  • Rumah Tangga Hancur Karena Komunitas Grup   Pengakuan Mesya.

    Cuaca Bandung yang dingin tak menyurutkan amarah Papah Mesya yang terlihat begitu panas, aku tahu orangtua mana yang tak sakit hati bila mendengar anak tersayang dilecehkan, tapi sungguh hal itu tak pernah kulakukan. Sungguh ironis sebenarnya aku lebih kasihan pada orangtua Mesya, apakah mereka tidak akan malu jika tahu kelakuan anaknya. "Baiklah akan kulaporkan masalah ini pada polisi, aku akan meminta seorang pengacara untuk menjebloskanmu ke penjara.""Baik, silahkan saja, Paman.""Kamu menantang?""Tidak, aku tidak takut, karena aku tidak salah.""Awas saja kau, tak akan kulepaskan!" Ancam nya. Nampak Papah Mesya sedang menghubungi seseorang. "Apakah tidak ada jalan lain?" tanya Abah. "Biar saja, Bah. Aku yakin karena aku tidak bersalah, kita lihat saja hasilnya nanti," ujarku sambil menatap Mesya, Lagi-lagi dia merasa tak nyaman."Pah! Papah!""Ada apa sayang, sebentar Papah hubungi pengacara dahulu.""Tidak usah, Pah. Tolong jangan laporkan masalah ini ke polisi, Mesya malu,

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status