Share

Sosial Media

"Benar-benar keterlaluan si Andi itu, Pak. Bikin malu saja, untung Evita sudah cerai sama dia, amit-amit punya menantu tukang mabok," ujar Mamah. 

"Sudahlah, Mah. Yang penting sudah dibereskan."

 "Maksud Bapak, apa dibereskan, Pak? Kang Andi baik-baik saja, kan. Pak?" 

"Kamu pikir Bapak berbuat apa? Bapak masih punya moral, Vi. Bapak sudah memerintahkan Pak RT untuk urus mantan suamimu, bukan untuk membunuhnya, meskipun sebenarnya hal itu ingin sekali Bapak lakukan!" Bentak Bapak penuh emosi. 

Kejadian hari ini benar-benar membuat citra Kang Andi makin buruk di mata orang tuaku, sepertinya memang sudah tidak pantas lagi jika aku masih mengharapkannya. 

Aku pikir orang tua adalah tempat ternyaman untuk aku kembali tapi nyatanya sikap Mamah makin lama makin membuatku tak nyaman untuk tetap di rumah ini. 

"Punya anak ngga berguna, sekarang malah bikin susah orang tua, dosa apa aku ini," ujar Mamah yang kudengar ngedumel sendiri sambil melotot kearah anakku, seketika Aa berlari kearahku. 

"Nda, Aa atut. (Bunda Aa takut) "

Aa sampai berlari lalu bersembunyi di balik badanku. 

"Mah, apa yang Mamah lakukan, pada Aa?"

"Kamu pikir, memang apa? Hah! Kalau kamu tidak suka tinggal di sini, pergi saja sana, kamu ini tidak tahu diri, Vi. Ada Amir yang mau nerima kamu apa adanya, kamu malah sering menghindarinya, Mamah jadi merasa malu!"

"Jadi karena itu Mamah benci kami?"

"Bukan, bukan karena itu, Mamah benci wajah kamu!"

"Maksud Mamah apa?"

Bukan menjawab pertanyaanku Mamah malah berlalu pergi dengan menahan amarah, aku tidak tahu sejak kecil sikap Mamah memang tidak seperti ibu kandung kebanyakan, Mamah akan bersikap baik saat ada Bapak saja, padahal aku anak satu-satunya. 

Dua bulan semenjak kejadian itu ….

Aku mulai berani tampil di sosial media beberapa foto juga video kuposting di sana, tak disangka banyak sekali kaum Adam yang memuji kecantikanku. 

Terlihat dari kolom komentar yang membanjiri. 

[Cantik]

[Bidadari]

[Beutiful]

Masih banyak lagi komentar yang masuk, sampai-sampai ada juga yang bernada nakal. 

[Open BO? saya berani bayar tinggi]

[Cantik sich, tapi janda ya?]

Melihat komentar itu membuatku jengkel, ternyata notif pun jebol karena banyak sekali laki-laki yang meminta kenal lebih jauh denganku, sampai aku tertarik pada laki-laki dengan penampilan yang cukup menarik dia langsung saja mengirimiku  mesengger dengan ucapan. 

[Menikahlah denganku, aku akan jadi Ayah yang baik untuk anakmu]

Iseng aku scrool beranda facebooknya tidak banyak yang dia posting, tapi entah mengapa aku tertarik begitu saja. Saat itu aku memang sedang dalam keadaan galau, aku yang masih mencintai Kang Andi dan sedang berusaha menjauhi Amir karena tak ingin menyakitinya dan aku malah memilih lari kepada Andre laki-laki yang baru aku kenal dari sosial media. 

[Nona Evita boleh minta nomor w******p nya?]

Kuabaikan pesan mesengger itu. 

"Assalamualaikum…."

"Waalaikumsalam, eh nak, Amir mari masuk."

"Aa kemana, Mah?"

"Kamu nanyain Aa, apa ibunya?"

"Mamah ini bisa saja. Amir ada perlu sama Pak Marwan."

"Lha, ada perlu sama Evita juga tidak apa-apa, sebentar ya, Mamah panggil Evita dulu, kamu mau minum apa?"

"Air putih saja, Mah."

"Baik, tunggu sebentar ya."

Kudengar obrolan Mamah dengan Amir andai saja, Mamah bersikap sama kepada Kang Andi.  Sejak pertama aku mengenalkan Kang Andi Mamah sudah menunjukan sikap tidak sukanya, mungkin karena orang tua Kang Andi orang yang kurang mampu. Ah … lagi-lagi aku ingat dirinya. 

"Vi, Evita … "

"Iya, Mah. Ada apa?"

"Di depan ada Amir, kamu temani ngobrol ya?"

"Amir, kan. Ada perlu sama Bapak, Mah. Kenapa Evita yang Mamah panggil."

"Kamu ini!" ujar Mamah ketus sambil berlalu, aku pun kembali masuk ke dalam kamar, sungguh aku tak tega kalau harus menyakiti Amir aku menghindarinya karena tak ingin memberinya harapan palsu, karena jujur saja aku masih sangat sangat dan sangat mencintai Kang Andi. 

____

Esoknya… 

Aku duduk di teras rumah seraya memandangi tanaman, lalu iseng berjalan keluar gerbang. 

"Neng Evita, ke mana saja, baru kelihatan lagi?" Sapa Bi Esih tetangga depan rumah, baru juga aku mau menjawab tiba-tiba saja. 

"Sudah lama dia di sini Bi Esih, dia malu saja keluar rumah gara-gara kelakuan mantan suaminya," ucap Mamah dengan tiba-tiba. 

"Mamah!" Bentakku. 

"Kenapa? Emang itu kenyataannya."

Bi Esih nampak tak enak hati melihat mataku berkaca-kaca, aku pun segera masuk ke dalam rumah sedangkan Mamah terus mengajak Bi Esih berbincang, sepertinya Mamah terus membicarakanku, seperti sebelumnya. 

_____

"Punya anak doyan jajan, ibunya malah malas-malasan!" Sindir Mamah ketika masuk ke dalam rumah. 

"Mamah nyindir Evita? Apakah selama Evita di sini, Evita ada minta uang sama Mamah, perasaan Evita masih bisa mencukupi kebutuhan Aa dari hasil keringat Evita, meskipun tidak seperti dulu, Evita bukan malas-malasan, Mah. Kan Mamah sendiri yang kasih saran, biar Evita cari orang untuk urus usaha Evi, kenapa sekarang Mamah bicara begitu!"

"Duh, kamu ini baper amat sich, Vi!" ucap Mamah sekilas melirikku dan berlalu pergi. 

Apa iya, aku baper? 

Bukankah Mamah yang keterlaluan. 

Aku mulai merasa tidak nyaman, rasanya aku ingin pergi bukan hanya dari rumah ini tapi dari negara ini, mungkin dengan pergi jauh bisa melupakan segalanya. Tiba-tiba saja aku teringat mesengger dari Andre. Kukirimkan nomor WA ku. 

Tak lama Andre pun menghubungiku. 

[Bisa kita bertemu Nona cantik, kutunggu kau di caffe mawar, pukul 19:00]

Aku bingung, apakah aku akan menemuinya, atau aku membiarkannya saja, bagaimana kalau Andre cuma orang iseng, tapi entah mengapa sisi lainku berkata agar aku menemuinya segera mungkin. 

Aku membiarkan pesan itu, tanpa membalasnya, tapi hatiku malah semakin gelisah….

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Asa Benita
Yg wanita jg sama aja, gampang bgt kegaet laki2 asing
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status