Share

#7 'Mama'

Setelah melalui awal LDR yang sedikit drama, kini Diana sudah mulai terbiasa dengan hubungan jarak jauh yang untuk pertama kali berbeda pulau. Meskipun tiap malam dihabiskannya dengan video call, namun tetap tidak bisa mengurangi rasa rindunya.

Setya banyak menceritakan tentang keluarganya yang saat ini tengah dilanda masalah. Alasan Setya ke Makassar sesungguhnya adalah perusahaan Papa – nya mengalami kerugian besar akhir – akhir ini, sehingga kakak lelakinya lah yang men – support keuangan di rumah. Setya memiliki seorang keponakan lucu berusia lima tahun yang bernama Arga.

“Di, kemarin aku cerita ke Mama kalau aku punya kamu” cerita Setya di malam itu.

“Apa kata Mama – mu mas?” tanya Diana cemas.

Diana pernah memiliki trauma berpacaran namun tidak direstui menyababkannya sedikit khawatir. Apalagi dengan latar belakang keluarga Setya yang ‘berada’ sangat menciutkan nyali Diana.

“Mama seneng lah tau aku punya pacar, beliau pengen ketemu kamu malahan. Apalagi pas aku kirimin foto kamu ke Mama”

Lagi – lagi Diana kaget dan hanya terdiam mendengarkan Setya. ‘Bukannya ini semua terlalu cepat?’ ‘Kita kan baru jalan satu bulan” gumam Diana dalam hati.

“Di? Kok diem? Besok kalau cuti main ke rumah ya? Ketemu Mama?”

Diana masih terdiam.

“Sekalian main sama Arga. Kemarin – kemarin kan kalian Cuma bercanda lewat video call” Setya masih melanjutkan. “Mau ya Di?”

Diana akhirnya luluh dengan desakan Setya yang tak ada hentinya.

“Lihat besok deh ya mas. Tapi aku ga bisa janji.” Jawab Diana pasrah kali ini.

---

“Di, jadi kan ketemu Mama sore ini? Mama nanyain terus tuh.” Pesan dari Setya mengagetkan Diana siang itu. Ia melihat jam sudah pukul sebelas siang.

Diana sudah janji akan bertemu dengan Mama Setya sore ini melalui kakak ipar Setya yang sekaligus Ibu dari Arga. Diana memanggilnya Mba Novia.

“Iya mas. Udah janjian kok sama Mba Novia nanti sore jam tiga aku ke rumahmu.” Balas Diana singkat. Diana beranjak dari tempat tidurnya, kini ia hanya duduk terdiam di meja makan.

“Dek, kok ngelamun. Kesambet loh kamu nanti” Ibu tiba – tiba sudah berdiri di belakang Diana.

“Eh Ibu sudah pulang. Nanti sore Adek ke tempat temen ya Bu.” Diana berharap untuk kali ini saja Ibu melarangnya pergi di sisa cutinya yang akan berakhir besok.

“Yaudah, jangan pulang malem ya.” Jawab Ibu sedikit mengecewakan Diana.

Diana sangat berharap untuk tidak menemui keluarga Setya hari ini. Entah kenapa, keraguan menyelimuti Diana.

Dengan berat hati, Diana menyalakan mobilnya dan berajak menuju ke Vila Bukitsari. Kompleks perumahan yang setahu Diana cukup elit di Semarang.

Diana berhenti di depan rumah dengan pagar hitam yang menjulang tinggi.

“Mba Novia, aku udah di depan rumah Bukitsari Raya IV Nomor 56 ya” Diana menelepon dari dalam mobil.

“Masuk dulu ya Di, Mama belum selesai. Bentar aku bukain pintu” jawab Mba Novia dari ujung telephone.

Ketika Diana melewati pagar, tak henti Diana kagum dengan rumah dua lantai bercat putih dengan pilar – pilar di depannya. ‘Ini mah istana, bukan rumah’ gumamnya.

Belum selesai Diana terheran – heran, dua wanita dan satu anak kecil datang menghampirinya.

“Hai Diana, aku Novia. Ketemu juga kita akhirnya. Ini Mama” Mba Novia memperkenalkan dirinya lalu mengenalkan Diana pada ‘Mama’ yang hanya tersenyum tipis menjabat tangan Diana.

Di perjalanan menuju restoran Jepang yang tidak terlalu jauh dari rumah Setya, Diana masih merasa canggung dan hanya berani melirik sedikit ke sebelah kirinya.

Mustika Chandra Kirana, Wanita yang Diana ketahui dahulu adalah sosok ketua Yayasan Sosial Kasih Bunda yang cukup ternama di Semarang, kini duduk di sebelah kirinya, dan yang masih Diana tidak percaya, kini ia adalah pacar dari anak bungsu Ibu Mustika yang terkenal itu.

‘Mesti ngobrolin apa ya nanti’

Komen (1)
goodnovel comment avatar
anindianthi
thor lanjutin lagi ceritanya dong
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status