Share

#6 Jarak

“Maksudnya mas?” Diana tercengang dengan pertanyaan dari Setya. “Mau apa nih?” ia masih bingung dengan apa yang Setya maksud.

“Okey, aku ulang sekali lagi. Jangan minta aku buat ulangin lagi ya.” Raut wajah kesal Setya terlihat lucu bagi Diana.

“Meidiana Sarasvati, maukah kamu menemani hari – hariku mulai saat ini sampai kita tua nanti?”

Diana masih terdiam tidak percaya. Perempuan yang dibicarakan Setya sedari tadi ternyata adalah dirinya.

“Kok kamu diem Di? Kamu ga mau ya?” ucap Setya lirih.

Kini Diana tak lagi dapat menahan air matanya. Kali inii air matanya berubah menjadi tangis bahagia.

“Di, kok kamu yang nangis? Harusnya aku dong” Setya panik dan bingung melihat Diana menangis.

Diana masih tidak percaya dengan ucapan Setya barusan. Perasaannya bercampur aduk. Setelah sedikit tenang, Diana memandang Setya dari layarnya.

“Makasih ya mas. Masih engga percaya kamu bilang itu ke aku.” Jawab Diana.

“Kenapa kamu bilang gitu Di? Kamu udah ada orang lain ya?” Di ujung sana Setya bingung atas perkataan Diana.

“Aku kira kamu lagi ngomong tentang orang lain mas”

“Ya ampun Diana.. engga ada Di. Kamu udah bikin aku stuck dengan semua pola pikirmu yang bener – bener ga pernah aku temuin di orang lain. Ga ada lagi yang bisa bikin aku kayak gini”

Mereka berdua kembali terdiam cukup lama.

“Terus sekarang nasibku gimana Diana? Kamu perlu waktu berapa lama?”

Diana tahu pasti apa kata yang akan keluar dari bibirnya. Namun ia masih belum sanggup mengutarakannya.

“Kamu mau aku kesana sekarang buat dapetin jawabannya?”

“Jangan mas. Tunggu sebentar.” Jawab Diana masih mencoba menenangkan diri. “Kamu udah yakin beneran sama aku mas?” tanya Diana melanjutkan.

“Insya Allah yakin Di. Enam bulan aku kenal kamu, aku udah yakin dari awal.” Jawab Setya mantap.

“Jadi aku yang bikin kamu ragu buat berangkat ke Makassar?”

“Engga gitu maksudnya Di..”

Kini suara Setya Kembali terdengar berat. Sebelum Setya melanjutkan pembicaraannya, Diana keburu tertawa kecil. Setya semakin bingung.

“Mas, jangan ragu lagi ya. Aku dukung kamu seratus persen buat ke Makassar. Belajar yang banyak. Nanti kita mulai usaha bareng – bareng.”

Jawaban Diana membuat Setya kini tersenyum Bahagia. “Terima kasih Diana” ucapnya tak dapat menyembunyikan kebahagiaan.

“Aku bakalan berusaha buat bahagiain kamu sebisaku Di. Dampingi aku buat kesana ya”

Diana hanya mengangguk dengan senyum yang tak kalah Bahagia.

“Yaudah sekarang kamu tidur mas, banyak yang harus kamu siapin juga buat berangkat kesana kan?”

“Okey sayang”

Mereka berdua tertawa renyah kali ini. Terasa aneh untuk Diana panggilan ‘sayang’ dari Setya. Akhirnya setelah enam bulan berada dalam penuh tanya, Diana mendapatkan kepastian dari Setya.

Welcome to the new journey Diana’ ucapnya dalam hati.

---

Seminggu setelah mereka berpacaran, kini Setya menelepon diana untuk berpamitan sebelum berangkat ke Makassar esok hari.

“Diana, besok aku flight pagi ya”

Sedih sekali Diana tidak dapat mengantar Setya ke bandara. Pekerjaan minggu ini benar – benar membuat Diana tidak bisa meninggalkan kantor.

“Maafin aku ya mas ga bisa anter kamu”

“Ga apa – apa Diana, aku ngerti kondisimu kok. Maafin aku ya, baru seminggu kita pacaran malah aku tinggalin ke luar pulau.”

Diana hanya bisa menangis sedih samapi ia tertidur.

Pagi harinya, Diana bangun sedikit terlambat dari biasanya. ‘ya ampun Setya berangkat pagi ini’ panik, buru – buru ia mengecek handphonenya. Ia melihat lima panggilan tak terjawab dan  sebuah pesan masuk. Ketika ia mencoba meneleponnya, panggilanya sudah berada di luar jangkauan.

“Kamu belum bangun ya Di? Aku berangkat ya. Nanti aku kabarin kalau udah landing

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status