Entah kenapa, lama-lama perasaannya luluh. Apa karena kelelahan? atau karena suaminya yang membuat dekapannya terasa hangat? Apapun itu, saat ini Kalila hanya ingin menenggelamkan diri dalam pelukan mesra suaminya yang masih dalam satu selimut.
Hingga akhirnya tubuh wanita itu terasa berat bersandar dengan kelopak mata terpejam. Kontan Dareen membaringkan istrinya bersamaan dengan dirinya. Menyandarkan lengannya sebagai bantal dan merangkul tubuh langsingnya. Wajah pria itu hanya berjarak kurang dari satu centimeter menatap mesra istrinya yang tengah terlelap.
“Lucu banget kamu sayang.” Dareen menahan cekikikannya sembari mengingat eskpresi istrinya yang tadinya penuh emosi, sekarang bisa tenang di pelukannya.
Pria itu pun ikut hilang kesadaran entah berapa lama.
Tiba-tiba Dareen terbangun kala mendengar suara gemericik air. Tersadar wanita disampingnya sudah tak ada. Pandangannya mengarah ke kamar mandi sambil tersenyum mengingat kejadian tad
Secepat kilat Dareen menahan tangan wanita itu hingga membuat wajah istrinya memanas kala menatap mata elang itu yang tak berkutik. Wajah suaminya kian makin mendekat.“Wanitaku lagi omes nih. Mau aku wujudkan?”Pria benar-benar membuat Kalila seperti terbang tiba-tiba terhempas jatuh ke dasar. Hal yang paling menyebalkan dari karakter seorang Dareen. Cerdasnya dia mampu membuat hati wanitanya yang sedari tadi kegeeran bisa menjadi tak berdaya karena salah tingkah.Kontan wanita itu menyeruduk keras batok kepala suaminya."Argh!" Dareen menjerit kesakitan sembari mengusap kedua pelipisnya."Augh!" jeritnya lagi dengan melangkah mundur. Masih teras cenat cenut efek benturan keras."Mau suamimu amnesia?!" gerutu Dareen dengan bibir mencucu."Mas juga sih. Goda lagi. Nyebelin tau gak. Gak tau tuh, berapa cewek yg trgoda. Oh, itu si Clara kayaknya tergoda tuh.ck." Cerocos Kalila mencebik kesal kala tiba-tiba terlintas di otakn
Terlihat seorang wanita tak sadarkan diri tergeletak tepat di depan mobil sewaan mereka. Kontan Kalila mendekati wanita itu dan menggoyangkan lengannya. Namun dia masih tak sadarkan diri.“Hey … Wake up!" Kali mengangkat kepala wanita itu yang sedari tadi tertutup oleh rambutnya.Disibakkannya rambut agar terlihat jelas.Wajah wanita blesteran cantik ditambah penambilannya yang rapi dengan blezzer dan rok slim panjang sebetis.“Clara?!” Dareen yang tepat di belakang istrinya gercep meraih tubuh wanita itu dan menggendongnya menuju mobil bagian tengah.‘Tunggu … kenapa dia menggendongnya?’ bola mata kalila melebar kala melihat suaminya berani di depannya menggendong seorang wanita yang bukan mahram.Ingin terucap kata ‘jangan’, tetapi bibir ini terasa tertahan. Rasanya ada menggema di hati.‘Kok bisa dengan mudahnya priaku respect begitu cepatnya. Emang siapa wanita itu?&rsq
“Lalu perasaanmu ke aku gimana, Mas. Mas bisa menjamin bawa pulang?” Ketakutan Kalila akan cinta Dareen mulai sirna.“Maksudmu?!”“Selama di mobil, Mas kepikiran Clara kan? Khawatir sama dia kan?” Kalila menaikkan suaranya. Tak tahan dengan cara suaminya memutuskan hal sepihak tanpa memikirkan bagaimana perasaan seorang istri.“Tenang aja, kita akan balik ke bandara dan bisa pulang. Insya Allah.” Dareen menggenggam jemari istrinya untuk meyakinkannya.Pria itu meyakinkan istrinya tidak ada yang perlu dikhawatirkan. Sebenarnya Dareen sangat memahami betul apa maksud ucapan istrinya, terlebih lagi Clara yang menjadi penyebab Kalila bereaksi seperti ini.Bukannya Dareen menolak permintaan istrinya, tapi ada yang lebih penting dari ini. Pria itu harus menemui Clara. Menyelesaikan hal yang sempat tertunda. Memberikan sesuatu yang harus dikembalikan. Hanya kali ini saja. Berharap dengan bertemu dengan wanit
“Ayo kita pulang.” Dareen mengajak Kalila memasuki mobil. Wanita itu pun pasrah mengikuti langkah suaminya.Terlihat sopir telah menunggu mereka dari tadi. Dua puluh menit waktu tersita kala pasangan halal itu bertemu dengan Clara.Wanita blesteran itu meninggalkan banyak pertanyaan menancap di kepala Kalila. ‘Ada rahasia apa suamiku dengan Clara?’“Tentang hubungan Mas sama Clara ... Aku gak mau menghabiskan waktuku di pesawat dengan pikiran yang jelek tentang Mas.” Kalila akhirnya mengeluarkan unek-uneknya yang sedari tadi ditahan. Permasalahan ini harus selesai agar tidak mengganjal dan menyesakkan hati.“Pertama ... Aku gak ada hubungan apapun dengan Clara. Papi yang menjodohkan. Kedua ... Aku hanya bertemu dengannya cuma sekali. Itu pun karena insiden …” Dareen menggantung ucapannya.“Insiden? Ehem …” Wanita di sebelahnya memicingkan mata.“Ehh, gak! First k
“Kamu gak apa-apa sayang?” Dareen mengerutkan kening sambil menatap istrinya yang selama perjalanan naik pesawat mual dan muntah. Perasaan cemas menyelimutinya.Pasangan romantis ini sedang tidak mau bermesraan. Sedari tadi hingga tiba di bandara area kedatangan international, raut wajah Dareen dan Kalila tampak serius. Lebih tepatnya, yang satu sedang tak enak badan, yang satunya lagi tengah khawatir pada pasangannya.Kalila hanya menggeleng. Wanita itu duduk di serambi mushola bandara dan bersandar pada dada suaminya yang sedari tadi setia menemaninya.“Rasanya gak enak perutnya. Masuk angin mungkin ya Mas.”“Aku olesin minyak fresh care lagi ya?”Pria itu meraih tas selempangan istrinya lalu merogoh ke dalamnya. Diambilnya botol kecil lalu diusapkannya ke leher Kalila dibalik hijabnya yang panjang. Tak lama wanita itu meraih botol lalu mengusapkannya ke area perut.Entah kenapa hawanya tidak enak, kerin
“Sayang!” Dareen memanggil istrinya yang pergi begitu saja menuju kamar mandi.‘Kenapa lagi? Apa masih sakit?’Kontan pria itu menyusul Kalila yang telah bersemedi di kamar mandi dan mengetuk pintu kamar mandi berkali-kali.“Kamu gak apa-apa? mual lagi? Sayang?!” Kekhawatiran Dareen muncul lagi.“Kenapa emangnya Kalila?” Mama bertanya keheranan.Sedari tadi wanita itu mengedikkan bahu dan mengangkat kedua alisnya untuk mengkode ibu mertuanya karena melihat putrinya berlari ke kamar mandi.“Mual?” Pak Wiguna baru menghampiri mereka.Pria tua itu baru saja keluar dari kamarnya. Penampilan rapi dengan setelan kemeja dan dasi terlihat jelas aura kewibawaannya.“Apa jangan-jangan … hamil?” Bola mata Miranti membulat sempurna. Wanita itu menerka-nerka gejala yang dialami putrinya sama seperti yang dialaminya dulu saat mengandung.“Hamil?!&rdqu
“Kalau diijinin tinggal di sini, boleh? Aku di sini seorang diri.” Arah pembicaraan Angela mulai serius.Wanita blesteran itu mulai melancarkan aksinya. Tinggal di sini sama saja dengan tinggal satu atap bersama pria idamannya meski beda kamar. Namun hal yang tak mungkin bisa menjadi mungkin.‘Bukan Angela kalau gak bisa naklukin pria itu.’Bisa jadi endingnya akan seperti yang diinginkan Angela.“Apa?!” bibir Kalila membentuk huruf ‘O’ sempurna kala mendengar permintaan yang tak masuk di akal.“Aku gak memaksa kok. Aku gak mau dianggap orang yang mau merusak rumah tangga orang lain.” Angela menarik kedua sudut bibirnya menatap wanita di sebelahnya yang hanya berjarak satu kursi.Tampak sekali wanita itu meremehkan Kalila yang sedari tadi memanas wajahnya seolah matanya berapi-api setiap kali melihat tamu tak diundang itu.‘Gak bisa gini terus. Aku harus terus terang sa
“Assalamu’alaikum.” Dareen melambaikan tangan ke arah wanita yang berdiri di teras lalu berbalik mendekati mobilnya.“Wa’alaikumsalam.” Seorang wanita tengah berbahagia melihat kali pertama suaminya akan menghadapi rutinitasnya berjuang mencari sesuap nasi.Langkah Dareen terhenti seketika itu lalu menoleh ke belakang. Menatap cantik istrinya yang sedari tadi memancarkan senyuman di depan teras yang membuat pria itu terasa hangat. Segera dia berlari menghampiri wanitanya.Dengan napas terengah-engah, sepasang netranya tertaut pada kelopak mata seorang wanita yang sedari tadi berkedip penuh tanya. Entah karena jantungnya berdebar tak karuan. Apa karena kelelahan berlari? Atau karena wanita di hadapannya yang membuat pandangannya seperti magnet, tak bisa lepas?Pria itu bisa melihat tatapan gelora asmara yang terpancar dari wanitanya, Kalila. Seorang istri yang akhirnya bisa menerima hatinya. Bertahun-tahun