Home / Romansa / SANG PEWARIS / RESMI DIIKAT?

Share

RESMI DIIKAT?

Author: UmiLily
last update Huling Na-update: 2025-03-09 15:49:59

“Kalau aku menerima lamaranmu, kita akan menikah tanpa cinta Elkan.” Keduanya saling tatap untuk beberapa lama. “Entah suatu saat nanti akan ada cinta diantara kita atau malah salah satu dari kita akan menaruh hati pada orang lain.” Elkan mendekati Haniyah.

Keduanya saling bersitatap, saling mencari jawaban dari mata lawan bicara mereka. Saling mencari ragu dari sudut pandang masing-masing.

“Aku tidak berniat mempermainkan pernikahan Haniyah.” Elkan mengucapkan kalimat itu dengan pandangan serius menatap Haniyah, hingga akhirnya Haniyah memutus kontak mata mereka dan menghela nafasnya berat.

“Ayo masuk.” Ajaknya.

“Kamu sudah punya jawabannya?” Haniyah mengangguk. “Apa?” Elkan nampak penasaran.

“Nanti di dalam aku jawab.”

“Di sini dulu kenapa sih? Biar aku bisa siapkan diri untuk merespon jawaban kamu nanti.” Haniyah yang tadinya sudah berjalan ke arah pintu memutar badannya melihat Elkan sambil menyipitkan pandangannya.

“Kamu berharap aku jawab apa?” tanyanya kemudian.

“Diterima.” Jawab Elkan singkat membuat Haniyah mengangkat kepalanya sedikit.

“Ya sudah siapin ekspresi senang, bahagia dan kalimat hamdalah saja nanti buat merespon jawabanku di dalam.” Haniyah melanjutkan langkahnya masuk ke ruang tamu meninggalkan Elkan yang terdiam sambil mencerna ucapan Haniyah.

Setelah beberapa saat akhirnya dia tersenyum dan mengucap hamdalah dalam hati saat menyadari Haniyah menerima lamarannya.

*

Raisa bangun dan menghampiri Haniyah yang kembali masuk ke dalam disusul Elkan di belakangnya. Untuk pertama kalinya setelah sekian lama Haniyah melihat harapan di mata ibunya. Apakah ibunya pun menginginkan Haniyah menerima lamaran ini?

“Bagaimana Haniyah? Kamu sudah punya jawabannya?” Haniyah mengangguk sambil menatap ibunya. “Jadi apa jawabanmu?” Haniyah masih menatap ibunya, yang seolah memberi jawaban dengan anggukan pelan.

“Insyaa Allah saya terima lamaran ini Mbak.” Raisa mengusap lembut punggung Haniyah.

“Alhamdulillah, saya bahagia banget dengernya Han.” Raisa memeluk Haniya tanpa sungkan saking bahagianya.

Dari tempatnya berdiri dia bisa melihat sudut mata ibunya berair, ‘semoga itu airmata bahagia,’ ucap Haniyah dalam hatinya.

Elkan mengeluarkan sebuah kotak cincin dari dalam sakunya, menyerahkannya pada Raisa yang segera diraihnya. Haniyah melihat kotak bludru berwarna merah itu lalu mengalihkan pandangannya pada Elkan yang juga menatapnya dalam diam.

“Bu Humairah, Pak Danu dan Bu Elvina. Izinkan saya mengikat Haniyah dengan cincin ini sebagai bukti bahwa kami melamar Haniyah untuk Elkan dan lamaran kami telah diterima dengan baik oleh keluarga ini.” Tidak ada yang menjawab, setiap mereka hanya saling tatap.

Danu melihat hal berbeda dari kehadiran keluarga Elkan kali ini, tidak sama dengan kedatangan mereka sebelumnya yang terkesan buru-buru dalam melamar, tidak ada keseriusan dan sekedar melamar. Kali ini justru mereka datang dengan persiapan yang cukup bahkan sampai membawa cincin segala.

Humairah memberanikan diri untuk bicara pada akhirnya.

“Haniyah sudah menerima lamaran Elkan, cincin itu akan menjadi pengikat yang sah untuk lamaran ini. Semoga dengan adanya ikatan resmi itu, hubungan mereka bisa dilancarkan sampai hari H tanpa ada hambatan.” Raisa mengaminkan ucapan Humairah.

Lekas ia buka kotak bludru itu dan mengeluarkan sebuah cincin dari dalamnya. Cincin emas dengan sebuah permata kecil di tengahnya, dengan hati-hati Raisa menyematkan cincin itu ke jari manis Haniya, lalu setelah itu keduanya berbagi pelukan.

Apakah Calista iri melihat itu? Sedikit. Caslita menyungging senyum kesal melihat Haniyah dan Elkan. Bagaimana tidak, sehari sebelumnya saat ditawarkan bertukar pasangan keduanya menolak. Tapi hari ini justru keduanya malah pamer kemesraan dengan sebuah ikatan sederhana.

Tapi meski begitu, dia tidak akan berlarut dalam rasa iri pada acara lamaran sederhana macam ini. Di kepalanya ada banyak rencana besar untuk acara pertunangannya dengan Aryo yang sudah sempat dia sampaikan pula pada ibu dan omnya.

*

Beberapa pekan kemudian.

Acara lamaran dan pertunangan Aryo dan Calista dilangsungkan dengan meriah di salah satu ballroom hotel bintang lima di Jakarta, sangat berbeda dengan acara Haniyah dan Elkan.

Haniyah ikut hadir dalam acara itu, tentu bukan sebagai tamu tapi lebih seperti salah satu pegawai catering yang membantu berjalannya acara hari itu. Terlihat dari seragam yang dikenakannya yang senada dengan petugas catering.

Haniya terima saja, tidak apa, toh memang seperti inilah sehari-hari yang dia lakukan di rumah.

Elkan dan keluarganya turut diundang, karena itu Haniya harus benar-benar pasang mata dan waspada, jangan sampai Elkan atau keluarganya melihatnya dalam balutan seragam pegawai catering. Dia harus bisa menghindar bila berpapasan.

Dengan netranya Haniya bisa melihat banyak tamu penting yang hadir dalam acara ini, tidak hanya dari kalangan keluarga besar dan teman dekat keduanya, tapi juga dari beberapa tamu penting dari pejabat daerah.

Calista dan Mommynya pasti bersyukur sekali karena Aryo ternyata lebih tertarik pada Calista dibanding Haniyah.

Aryo cukup terkenal di kalangan pengusaha muda Indonesia. Kenyataan itu membuat Calista dan keluarganya sungguh merasa bangga, membayangkan keluarga Wiryawan dan Sudarsono akan bersatu, pasti akan membuat nama mereka jadi lebih dikenal di dunia bisnis.

Membayangkan Calista akan masuk dalam circle keluarga Sudarsono membuat Elvina dan Danu merasa berada di atas angin saat itu. Haniyah tahu itu.

Tapi sayangnya sehari setelah acara pertunangan mereka, banyak komentar masuk dalam postingan Calista yang mengatakan kalau Aryo adalah laki-laki redflag yang tidak pernah benar-benar mencintai pasangannya. 

Dia adalah laki-laki yang menghalalkan segala cara untuk mendapatkan apa yang diinginkannya dari perempuan yang ditaksirnya.

Beberapa komentar mengingatkan Calista untuk lebih waspada pada Aryo. Beberapa lagi mengingatkan untuk lebih berhati-hati dan lebih baik memutuskan hubungan dengan Aryo sebelum terlambat.

Bahkan Elvina dan Danu akhirnya mulai ragu dengan pertunangan Calista dan Aryo. keduanya sempat meminta Calista untuk membatalkan pertunangannya, namun Calista abai.

“Duh Mom, Om, omongan orang di dunia maya itu jangan terlalu didengar lah. Om lihat sendiri kan Aryo itu ganteng, pengusaha, calon CEO, pasti banyak yang naksir dia. Bisa aja kan yang komen negatif di postingan aku itu karena mereka iri dan ingin merebut Aryo.” Elvina sedikit membenarkan omongan Calista.

So please! Jangan terlalu terpengaruh dengan komentar di sosmed. Kalau perlu matiin saja kolom komentar dan gak usah buka sosmed dulu untuk sementara. Nanti juga bakal hilang sendiri itu gosip-gosip murahan.” Danu mengangguk membenarkan.

“Iya juga sih. Tapi apa kamu yakin dia memang baik?” tanya Elvina masih agak ragu.

“Oh come on Mom, ya kali aku milih laki-laki buruk untuk masa depanku. Aku sengaja loh menolak Elkan yang bukan siapa-siapa itu demi mendapatkan Aryo yang dari segi manapun jauh lebih baik dari Elkan.” Elvina kembali membenarkan dalam hatinya.

“Lagipula siapa kemarin yang sangat antusias menerima lamaran dari Aryo? Kan Mom dan Om yang sangat antusias. Kehadiran dia dalam keluarga kita akan memberi nilai untuk keluarga kita dan perusahaan keluarga kita. Benar kan?” kali ini Danu kembali mengangguk membenarkan.

“Jadi jangan minta aku membatalkan pertunangan ini, ini sudah yang terbaik untuk kita semua. Ok Mom, Om!” Elvina dan Danu pada akhirnya setuju dengan pendapat Calista.

Sementara Haniyah yang mendengar obrolan mereka dari balik pintu hanya bisa diam.

Dia tidak terlalu memikirkan tentang Aryo dan Calista, itu urusan mereka. Tapi ada satu hal yang membuatnya sedikit berpikir.

Saat acara malam itu, Haniyah beberapa kali melihat keluarga Elkan berbaur dengan beberapa pejabat, mereka bahkan memperkenalkan Elkan pada banyak orang penting. Apa benar Elkan hanya orang biasa?

“Siapa dia sebenarnya?”

*

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Pinakabagong kabanata

  • SANG PEWARIS    RAPAT PEMEGANG SAHAM

    Danu pulang dari Cosmo group tanpa mendapat kepastian, apakah Haniyah akan datang atau tidak ke rapat pemegang saham berikutnya atau tidak. Hal itu membuatnya makin frustasi dan kebingungan. Dia tidak ingin kehilangan Wiryawan Corp, ini satu-satunya sumber penghasilannya. Kalau perusahaan ini harus hancur, setidaknya dia harus mendapat keuntungan dari perusahaan ini. Dia tidak ingin habis-habisan sendiri.Seminggu berlalu.Rahangnya pria itu mengeras, beberapa kali ia mendengus kesal dengan kepalan tangan yang mengerat. Hari ini rapat pemegang saham akan dilaksanakan. Beberapa orang sudah hadir dalam ruang rapat itu, tapi Haniyah masih juga belum muncul.Dia tidak bisa menghubungi nomor Haniyah, karena sepertinya nomornya diblok Haniyah. Sementara Elkan? Pria itu tidak menjawab semua panggilan tak terjawab darinya. Hal itu tentu membuatnya makin stress.“Kalau Haniyah tidak datang, apa itu artinya kita akan kehilangan perusahaan ini Dan?” Elvina yang juga masuk dalam jajaran pemegang

  • SANG PEWARIS    KEDATANGAN DANU

    Danu melangkah keluar dari ruang rapat dengan wajah mengeras, langkah kakinya menghentak keras, napasnya terengah, amarah memuncak di dadanya. Tangannya mengepal erat hingga buku-buku jarinya memutih.“Persetan!” geramnya pelan, namun cukup keras untuk membuat salah satu karyawan yang melintas berpapasan dengannya melihat dengan tatapan was-was. Danu mengabaikannya. Ia terus berjalan menuju ruang pribadinya, menahan diri agar tidak menendang sesuatu.Danu menjatuhkan diri ke kursi kerjanya, mengusap wajahnya dengan kasar. Ia menggeleng keras, berusaha menolak mati-matian keberadaan surat itu.Beberapa waktu terakhir ini dia memang sering bermasalah dengan Mahesa. Dari dia yang memergoki banyaknya pengeluaran yang keluar dari perusahaan ke rekening milik Elvina, lalu karena tidak ingin memperpanjang dia a

  • SANG PEWARIS    LANGKAH PERTAMA

    Mahesa mulai menjalankan rencana pertama beberapa hari kemudian. Rapat ini sebenarnya bukan atas inisiasinya, tetapi memang sudah menjadi jadwal rutin bulanan, apalagi setelah sebelumnya ia membongkar kalau dibawah kepemimpinan Danu, banyak uang perusahaan yang mengalir ke rekening Elvina tanpa alasan yang jelas.Ruang rapat lantai atas dipenuhi suasana tegang. Para pemegang saham duduk melingkar dengan wajah serius, sebagian sibuk membuka berkas-berkas di depan mereka. Sebagian lain hanya diam menikmati pemaparan yang diberikan Danu dan timnya.Pemaparan yang dari bulan ke bulan tidak mengalami kemajuan menurut mereka.Sementara itu Mahesa terlihat lebih tenang, jas hitamnya rapi, sorot matanya penuh wibawa. Ia sudah bersiap untuk menyela sidang yang akan diakhiri oleh Danu.“Sebelum rapat ini diakhiri, boleh saya bicara dulu?” ucapnya.Sebagai salah satu pemegang saham terbesar, jelas suaranya akan didengar. Danu menatapnya tajam, entah kenapa perasaannya jadi tidak enak.Dengan sik

  • SANG PEWARIS    SEBUAH JALAN

    “Mahesa sudah saya siapkan untuk memimpin Adiguna, kalau dia harus memimpin Wiryawan Corp—” Teguh menggelengkan kepalanya. “Saya tidak setuju.”Mahesa menghela nafas, ayahnya benar. Dia telah dipersiapkan dengan baik untuk memimpin perusahaan Adiguna, dia satu-satunya orang yang mampu untuk saat itu. Karena itu, beliau pasti berat melepaskan Mahesa ke perusahaan lain.“Begini saja…” Teguh mulai menyampaikan pendapat dan idenya untuk membantu menyelesaikan masalah ini.Sementara semua orang sedang mendengarkan dengan seksama rencana dan ide Teguh. Mereka mengangguk pelan, sesekali mengerutkan keningnya tapi pada akhirnya seutas senyum hadir di wajah mereka.“Jadi dengan begitu, Haniyah tidak akan berurusan secara langsung dengan Danu di perusahaan. Tapi dia tetap bisa memantau perkembangan di Wiryawan Corp. Pada saatnya nanti dia bisa memilih apakah akan memimpin perusahaan atau menyiapkan seseorang untuk menggantikan posisinya, sementara dia duduk tenang di rumah.”Penjelasan Teguh sa

  • SANG PEWARIS    SURAT LAIN

    Setelah lelah menangis, Haniyah mulai mengatur nafasnya. Ia keluarkan kertas yang dia dapat dari peti, lalu dengan tenang ia berkata, “bantu aku mengalihkan semua harta warisan Kakek Om, aku gak mau menerima sepeserpun.”Rusli belum sempat membantah, Haniyah kembali bicara.“Om tahu kan gimana susahnya aku selama tinggal di sana? Om juga pasti ingat gimana susahnya aku keluar dari rumahnya, gimana jahatnya mereka sama aku dan Ibu. dan gimana ambisinya mereka dengan semua harta itu.”Rusli menghela nafas, dia tidak bisa memaksa Haniyah, tapi… “Dalam surat itu kamu hanya bisa menyerahkan 50% Han, gak boleh lebih dari itu.”Haniyah memasang wajah kesal.“Nggak ada cara lain Om?” Elkan buka suara.Rusli menggenggam tangannya sendiri sambil menunduk, berpikir keras mencari cara apakah bisa mengabaikan surat wasiat itu atau tidak.“Saya gak tahu apa yang membuat kamu menolak semua harta warisan dari Kakekmu Han, tapi menyerahkannya pada Danu, Elvina dan Calista, menurut saya juga gak baik.

  • SANG PEWARIS    SURAT DARI KAKEK

    Rusli mencoba menghubungi keluarga Adiguna yang dia kenal, dari semua nomor yang dia miliki, ada satu orang yang berhasil di hubungi dan kebetulan sekali dia adalah Teguh, ayah dari Mahesa Adiguna.Teguh dan Mahesa berjanji akan datang ke Baswara. Karena itu, Haniyah dan Elkan memilih menunggu di kantor Baswara sambil berbincang singkat tentang masa lalu, termasuk tentang hubungan Adiguna dan Wiryawan.“Jadi, mereka berteman sejak muda?” tanya Haniyah.“Iya, yang Om tahu begitu. Kakekmu dan Pak Adiguna sama-sama merintis dari bawah. Sejak mereka kuliah. Perusahaan Adiguna jauh lebih berkembang diawal, sementara perusahaan milik Kakek masih merangkak karenanya terbatas. Adiguna akhirnya memberikan bantuan dana, dengan kesepakatan 50% aset perusahaan Wiryawan akan menjadi milik Adiguna Company.&rdquo

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status