Share

SCANDAL
SCANDAL
Penulis: Naquen

Bab 1 : Curiga

Faleesha Wijaya merupakan gadis cantik yang polos dan anggun. Faleesha yang biasa juga dipanggil Sasa merupakan mahasiswa semester akhir di salah satu Universitas ternama di Indonesia. Sasa menjalin hubungan dengan seorang pengusaha, Rendi Kurniawan selama 2 tahun. Dalam pandangan Sasa, Rendi merupakan sosok pria yang baik hati dan ramah. Awal kedekatan mereka terjadi secara tidak sengaja. 

Seminggu yang lalu, Rendi menyiapkan kejutan untuk melamar Sasa. Suasana romantis dengan dekorasi kelopak mawar merah yang berhamburan di pasir putih pantai. Lantunan ombak menghantam batu karang menghasilkan melodi yang menenangkan hati. Lilin-lilin memberi cahaya dalam gelapnya malam yang mencekam. Mengingat itu membuat hati Sasa berbunga-bunga. Dia tak menyangka Rendi bisa seromantis itu terhadapnya.

"Hello Sasaku sayang," kata Miranda Lucas atau biasa dipanggil Mira. Dia memeluk dan mencium pipi Sasa dengan wajah genit dan centil. Biasanya, dia melakukan itu kepada keluarga atau seseorang yang dekat dengannya. Mira merupakan sahabat baik Sasa. Mira memiliki kepribadian yang ceria dan menyenangkan.

Sasa tersenyum kepada Mira. Dia memandang ke arah gadis yang tepat di belakang Mira. Gadis itu bermuka datar dan dingin. Gadis itu bernama Laura Husen. Laura keturunan blasteran Indo-Amerika. Jika orang yang mengenal dirinya akan merasa sombong dan angkuh, tetapi hatinya baik hati dan suka menolong.

"Apa kalian tahu kabar Rus? Aku merasa dia mulai menjauh dari kita. Apa yang sedang dia lakukan sekarang ya?" tanya Sasa kepada kedua sahabatnya. Sasa memandang wajah dua sahabatnya untuk menunggu jawaban pertanyaannya. Laura menggeleng-gelengkan kepala seperti tidak tahu. Sasa pun melirik ke arah Mira yang sepertinya sedang memikirkan sesuatu. Sasa pun menunggu Mira bercerita.

Kemarin lusa, Mira yang sedang menyelusuri lorong kampus dengan tumpukan beberapa buku yang dibawanya. Dia tersenyum dan menyapa setiap orang yang dilewatinya. Tanpa sengaja, dia menabrak seseorang yang berlari di lorong menuju parkiran. Buku yang dia bawa berserakan di lantai. Namun orang yang menabraknya tetap lari tanpa membantu. 

"Sungguh sial," batin Mira sambil mengambil buku-buku tersebut. Saat sibuk mengambil, dia mendengar suara seseorang yang dia kenal. Mira pun mencari ke sekelilingnya. Dia melihat mobil yang terlihat familiar menurutnya. Namun dirinya tidak ingat pernah melihat dimana. Di samping mobil tersebut, berdiri seseorang yang dia kenal.

"Bukannya itu Rus. Sedang apa dia disana? Sial, pasti dia yang tadi menabrakku. Aduh sakit sekali punggungku jadinya," batin Mira mengelus punggungnya. Mira memandang Rus yang masuk ke mobil tersebut. Saat mobil menghilang, Mira melanjutkan mengambil buku-bukunya. 

"Begitulah ceritanya Sa," jelas Mira menceritakan kejadian kemarin lusa.

"Paling jual diri," kata Laura dengan tajam dan dingin. Laura merasa tidak suka dengan Rus. Menurutnya, Rus hanya ingin memanfaatkan kepolosannya Sasa untuk keuntungan pribadinya. Jadi, Laura akan tidak akan berbaik hati seperti Mira yang mau berteman dengan Rus. Dia merasa Rus itu menjijikkan.

"Kau tidak boleh begitu, Laura. Bagaimanapun dia teman kita juga. Ya kan, Mir?" balas Sasa sambil meminta dukungan Mira agar Rus tidak dihina Laura. Sasa sudah tahu, kedua sahabatnya tidak menyukai Rus tetapi dia juga tidak bisa berbuat apapun. Mira hanya bisa mengangguk memandang Sasa saat ini.

"Hmmm," jawab Laura dengan enggan. Dia merasa malas untuk berdebat dengan kedua sahabatnya. 

"Nah, daripada kita sedih, bagaimana kalau kita ke mall? Sudah lama, kita tidak jalan-jalan daripada mumet mikirin revisi jurnal terus," ajak Sasa pada keduanya. Keduanya pun mengiyakan ajakan Sasa. 

Sesampainya mereka di mall. Mereka pun mencari barang-barang yang sudah mereka incar sebelumnya. Walaupun mereka dari keluarga kaya raya tetapi mereka juga tetap memperhitungkan apa saja yang mereka akan beli. Mereka tidak suka terlalu boros tetapi juga tidak pelit. Mereka pun menutupi indentitas mereka untuk tidak terlalu disorot publik. 

Pandangan mereka menunjukkan patung yang menurutnya unik. Bagaimana tidak, pernak-pernik ini berbentuk tengkorak dengan rantai yang mengelilinginya. Ini seperti tengkorak asli yang diawetkan. Setelah semua setuju untuk membelinya, Laura mengeluarkan black card dan memberikannya kepada pelayan disana. 

Mereka pun melanjutkan untuk pergi ke restoran yang tidak jauh dari tempat pernak-pernik. Mereka memilih meja yang paling pojok dengan jendela menghadap ke arah luar. Mereka memesan beberapa makanan untuk disajikan. Setelah makanan yang dipesan datang. Mereka makan dengan lahapnya. 

Setelah selesai makan, Sasa izin ke toilet. Mira mengangguk sambil mengunyah makanan. Laura hanya diam dan meminum jus yang dipesannya. Tak mendapat jawaban dari sahabatnya. Sasa langsung pergi ke toilet. Laura mengamati sekeliling restoran. Sampai matanya menuju dua orang yang sepertinya tidak asing baginya. 

"Mir, mir," kata Laura kepada Mira dengan pikiran entah kemana.

 

"Apa sih. Mir mir terus. Emang aku Mak Lampir apa?" balas Mira yang kesal dengan sahabatnya yang satu ini. 

"Jangan berisik bodoh. Coba kau lihat disebelah sana," kata Laura menunjukkan kedua orang yang tidak asing menurutnya kepada Mira. Mira hanya mengikuti arah yang ditunjuk Laura. Setelah melihat itu, dia jadi berpikir siapa kedua orang itu. Punggungnya seperti tidak asing untuk Mira. 

Mira terkejut saat mengetahui Rendi dan Rus sedang bersama. Mira melirik ke arah Laura dan dibalas dengan anggukan. Mira seperti tidak percaya dengan apa yang dia lihat saat ini. Sekarang dia ingat bahwa mobil yang ditumpangi Rus saat itu adalah mobilnya Rendi. Pantas saja dia familiar dengan mobil tersebut.

Tanpa mereka sadari, sahabatnya Sasa sudah datang. Sasa mendadak bingung melihat tingkah sahabatnya. Sasa pun mengikuti arah yang dilihat oleh kedua sahabatnya. Sasa diam membeku seperti tidak percaya dengan apa yang dilihatnya. 

"Sejak kapan mereka dekat seperti itu? Terlihat sangat mesra. Bahkan Rus bermanja-manja dalam pelukan Mas Rendi. Apa ada sesuatu di antara mereka? Aku juga tidak pernah seperti itu sama Mas Rendi," batin Sasa memandang keduanya. Sasa yang penasaran pun akhirnya mendekati keduanya secara perlahan-lahan. Ada perasaan takut yang dirasakan Sasa. Sasa hanya berharap apa yang dia lihat dan dengar, tidak sesuai dengan apa yang dipikirkannya.

Laura memanggil pelayan untuk menutup restoran dan mengusir semua pelanggan yang ada di dalam restoran. Dia juga mengganti semua kerugian restoran tersebut. Tak lama kemudian, semua pelanggan berhamburan keluar dari restoran. Suasana resto menjadi sunyi dan sepi. Namun kedua orang tersebut tidak menyadari hal tersebut karena masih asyik berbincang-bincang. 

Sasa yang melangkah mendekati mereka pun. Sasa merasa sesak nafas saat melihat Rendi mencium bibir Rus dengan rakus. Mereka seperti tidak menyadari tempat dan waktu. Desahan terdengar di telinga Sasa. Bahkan Laura dan Mira yang memandang kejadian itu menjadi jijik dengan sepasang kekasih itu.

Waktu seakan berhenti menjadi saksi bisu mulainya penderita Sasa. Saat kekasih yang dia cintai dan teman dekatnya menjadi duri di dalam hatinya. Tangan Sasa meremas gaun yang dia kenakan seolah tidak percaya dengan penglihatan dan pendengarannya.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status