Home / Romansa / SEDIKIT LAGI, SAYANG! / 18. TAKUT KEHILANGAN TAPI NGGAK NGAKU

Share

18. TAKUT KEHILANGAN TAPI NGGAK NGAKU

last update Last Updated: 2025-12-08 14:36:43
“Ah...” Cindy mendesah sambil memejamkan matanya dan mengigit bibirnya.

“Mas, berhenti!” Cindy mendorong tubuh Nathan dengan sisa tenaga yang ia punya, napasnya terengah hingga membuat Nathan terkejut dan langsung menahan diri.

“Aku nggak bisa, Mas,” ucapnya lirih sambil mengusap bibirnya dengan punggung tangan dan menyentuh leher hingga dadanya sendiri tempat dimana Nathan sempat menyentuhnya.

Wajahnya memanas, campuran panik dan bingung. Ia segera bangkit dari ranjang, merapikan rambutnya terburu-buru, lalu melangkah cepat keluar dari kamar Nathan, seolah melarikan diri dari perasaannya sendiri.

Nathan terdiam. Ia terbaring di atas ranjang itu dalam kebingungan, menatap pintu yang baru saja tertutup—tempat Cindy menghilang begitu cepat. Napasnya masih berat sebelum akhirnya perlahan kembali teratur. Kemudian, layar ponselnya menyala, menampilkan panggilan masuk dari Shella, membuat dadanya semakin sesak dan kacau.

Sementara itu, Cindy berdiam di kamarnya. “Kenapa aku masih m
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter
Comments (3)
goodnovel comment avatar
Wak Leh
wkwkwkwk.... gengsi nya
goodnovel comment avatar
Dara Tresna Anjasmara
nanti akan terjawab mbak beb... wkwkwk
goodnovel comment avatar
Azfar Nad
balikan aja knp sih...msh sling cinta gitu kog...eh mba bebbb shella tuh pacarny natan apa siapa sih...kepo deh...
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • SEDIKIT LAGI, SAYANG!   53. RAHASIA TERBONGKAR. IBU NATHAN MENGAMUK.

    “Gila!” ucap ibu Nathan saat baru saja tiba di kediamannya. “Mama… baru pulang kok udah marah-marah?” sahut ayah Nathan, mencoba menenangkan suasana. “Papa tahu nggak? Hari ini ada kejadian yang bikin mama gila dan marah!” ucap ibu Nathan sambil merebahkan tubuhnya di atas sofa, matanya menatap tajam ke arah suaminya. “Kenapa? Ada masalah apa? Bukannya tadi makan malam bareng Shella, kok malah marah-marah pas pulang?” tanya ayah Nathan, nada suaranya tenang tapi menahan kekhawatiran. “Nathan, Pa… Nathan bawa perempuan itu lagi ke kehidupan dia!” seru ibu Nathan, nadanya penuh campuran cemas dan marah. “Maksudnya? Cindy?” tanya ayah Nathan pelan, menahan napas, matanya fokus pada istrinya. “Males banget dengerin nama itu!” ucap ibu Nathan, suaranya menggelegar di ruang tamu. “Jadi… Cindy sama dia?” tanya ayah Nathan pelan, matanya menatap istrinya penuh kekhawatiran. “Iya, mereka satu rumah lagi, dan mama nggak tahu sejak kapan itu terjadi! Malam ini mama kesana dan lih

  • SEDIKIT LAGI, SAYANG!   52. KAMU TERLALU BASAH, SAYANG.

    Ibu Nathan segera meninggalkan apartemen itu dengan wajah masam. Rahangnya mengeras, menahan amarah yang belum tuntas. “Ma… tunggu…,” ucap Cindy lirih. Ia melepaskan pelukan Nathan dan berlari menyusul mantan mertuanya yang sudah berdiri di depan lift. Pintu lift hampir tertutup ketika suara dingin itu terdengar. “Tutup!” perintah sang ibu kepada Shella. Shella refleks mengangguk dan menekan tombol. Namun, tangan Cindy lebih dulu menahan pintu lift yang hampir rapat. “Ma!” panggil Cindy, napasnya terengah. Pintu lift berhenti. Hening sesaat. Nathan berdiri di ambang pintu apartemennya, bersandar dengan kedua tangan terlipat di dada. Tatapannya tajam dan waspada, menunggu—apa pun yang akan terjadi selanjutnya. “Apa lagi?” bentak ibu Nathan tajam. “Berani kamu panggil saya dengan sebutan Mama?” Cindy menelan ludah. Dadanya naik turun, tetapi suaranya tetap dijaga agar tak bergetar. “Aku cuma mau minta maaf,” ucapnya pelan, namun tegas. “Kalau malam ini aku melakukan

  • SEDIKIT LAGI, SAYANG!   51. PERDEBATAN CINDY DAN MANTAN MERTUANYA

    “Shella, bawa Mama pulang,” ucap Nathan dingin malam itu, rahangnya mengeras menahan amarah. “Sampai rumah, anterin dia. Mobil kamu biar sopir kantor yang bawa nanti.” “I-iya, Nath…” sahut Shella gugup, jemarinya saling meremas. “Nggak,” potong ibunya tegas. Ia menatap Nathan tanpa berkedip. “Mama nggak mau pulang. Wanita itu suruh keluar. Temui Mama sekarang.” Nathan menghela napas berat, dadanya naik turun. “Ma, sudah cukup.” “Belum!” suara ibunya meninggi, langkahnya maju satu langkah. “Selama perempuan itu masih di sini, Mama nggak akan pergi!” Di balik pintu kamar, Cindy menggigit bibirnya, tubuhnya gemetar. Tangisnya tertahan, napasnya tercekat, sementara suara itu menghantam telinganya tanpa ampun. “Nathan,” suara ibunya kembali dingin namun tajam, “jangan uji kesabaran Mama.” Nathan menutup matanya sejenak, lalu membukanya dengan sorot tegas. “Mama pulang. Sekarang.” Hening menekan ruangan. Shella menelan ludah, matanya berpindah-pindah cemas antara Nathan dan

  • SEDIKIT LAGI, SAYANG!   50. KETAHUAN!

    “Kamu sama siapa di sini?” tanya ibunya sambil melangkah ke arah ruang makan, mendekati Nathan yang tengah menyiapkan minuman. “Kenapa, Ma?” sahut Nathan tenang, meski rahangnya tampak mengeras. “Mama cuma tanya.” Ibunya berhenti sejenak, lalu pandangannya beralih ke kursi makan. Setelah itu, matanya bergerak ke arah lorong kamar tidur. “Um…” gumamnya pelan. Ia melangkah lebih dekat, menatap rak sepatu di sudut lorong. “Itu… sepatu siapa?” tanyanya lagi, kali ini sambil tersenyum tipis namun penuh arti. Nathan menghela napas perlahan. Ia tahu, momen ini tak mungkin lagi dihindari. Tatapannya meluncur singkat ke arah Shella—tajam, dingin, seolah menelanjangi niat di balik kehadirannya malam ini. “Nathan…” panggil ibunya pelan, jemarinya kini menggenggam sepasang sepatu hak tinggi berujung runcing, hitam mengilap, tampak jelas bukan miliknya. Keheningan menggantung berat di udara. Nathan menegakkan bahu, sorot matanya mengeras—siap menghadapi apa pun yang akan meledak se

  • SEDIKIT LAGI, SAYANG!   49. MENDESAH DIKAMAR, GELISAH DI LUAR.

    “Kamu tahu, Sayang, apa risikonya kalau terus-menerus godain aku?” bisik Nathan dengan suara rendah yang memberat. Deru napasnya kian memburu, terasa panas dan mendamba saat menyapu kulit tengkuk Cindy. Seolah tanpa memberikan celah untuk menjawab, Nathan membalikkan tubuh Cindy dalam satu gerakan posesif yang cepat. Ia mendorong pelan tubuh wanita itu ke atas ranjang, memosisikannya sedemikian rupa hingga lekuk indahnya terpampang menggoda di hadapannya. Dengan jemari yang gemetar oleh gairah yang tak lagi terbendung, ia segera melucuti pakaian yang menghalangi, membiarkan hasrat mengambil alih seluruh kendali di antara mereka yang kian memanas. “Aku siap menanggung segala risiko karena udah godain kamu... ah!” Cindy memekik tertahan saat Nathan mulai menghunjamkan gairahnya dari belakang. Jemarinya meremas seprai dengan kuat, berusaha mencari pegangan di tengah terjangan nikmat, sementara senyum dan desahan menyatu dalam napas yang kian memburu. “Euh... Sayang... kamu terlalu

  • SEDIKIT LAGI, SAYANG!   48. DETIK DETIK SHELLA DAN IBUNYA NATHAN MAU MELABRAK CINDY

    Ibu Nathan menghentikan langkahnya. Ia menoleh perlahan, sorot matanya berubah tajam, seolah sudah menebak arah pembicaraan. “Apa ada sesuatu yang nggak Tante tahu?” tanyanya pelan, tapi dingin, membuat udara di antara mereka terasa menegang. Shella menarik napas singkat, bibirnya melengkung samar—bukan senyum, lebih mirip kehati-hatian yang disengaja. “Iya, Tante perlu tahu ini,” lanjutnya, menggantung kalimat itu dengan sengaja, membiarkan rasa penasaran dan kecurigaan tumbuh lebih dulu. “Aku sebenarnya… sudah pernah melihat mantan istrinya itu di apartemen Nathan,” ucap Shella pelan, nadanya sengaja diturunkan, seolah menimbang reaksi lawan bicaranya. “Apa?” Ibu Nathan spontan berhenti melangkah. Matanya membesar. “Kamu… kamu serius?” “Iya, Tante. Bener,” sahut Shella cepat, wajahnya tampak tegang namun berusaha tetap tenang. “Di apartemen dia?” tanya ibu Nathan lagi, suaranya meninggi. “Kapan?” “Lupa tepatnya kapan,” jawab Shella ragu sejenak, lalu melanjutkan, “ta

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status