Share

SEKELIP MATA CRAZY RICH
SEKELIP MATA CRAZY RICH
Penulis: YUDI MASRAMID

1. Meninggalnya Pewaris

Tempat pemakaman mewah di Timur Jakarta, meski tak pernah lengang kali ini menghadirkan suasana pemakaman yang berbeda. 

Tempat yang dilengkapi dengan berbagai fasilitas menarik itu akan menjadi sebuah makam bagi Jayadi  Sanjaya, putra konglomerat Sanjaya Corporation.

Meski sangat indah dan enak dipandang mata, tempat itu tetap sajalah sebuah makam. Tidak akan merubah hati tuan Sanjaya. Tidak akan mengembalikan putranya yang telah tiada.

Penataan makam yang rapi, bersih, dan nyaman, mungkin  memberi kesan indah sebagian orang, memberi kenangan bagi orang-orang yang tercinta.

Tapi bagi tuan Sanjaya tidak ada artinya, karena kehilangan tetap kehilangan. Jayadi menjadi harapan pewaris, tapi berakhir dengan kematian.

Putra terakhir yang diharapkan menjadi penerus dari kerajaan bisnis Sanjaya Corporation, pemilik tambang batubara ,  perkebunan kelapa sawit serta produk makanan instant.

Masih idealkah itu disebut keluarga? Apa arti Keluarga Sanjaya? Sepertinya tidak, tak ada keluarga yang disebut keluarga besar .

Mungkin bisa disebut keluarga kecil di bisnis besar, karena tidak ada urutan yang berhak dari darah dan daging tuan Sanjaya saat ini.

Anak tertuanya telah wafat 10 tahun lalu dan istrinya menyusul 4 tahun kemudian. Tuan Sanjaya sendiri dudah tua. Dengan umur yang sudah 60 tahun, tidak mungkin ada  keturunan dan sudah terlalu tua untuk menikah dan punya anak .

Satu satunya ia berharap anak bungsunya itulah pewaris utamanya.

Disekolahkan diluar negeri, dengan berbagai bidang dan prestasi. Dididik untuk bisnis dan ulet untuk bekerja keras, eksis dan berjaya.

Kini Jayadi Sanjaya telah meninggal, dimakamkan  yang dikatakan pemakaman mewah diperbukitan timur kota itu. Itulah yang terjadi.

Helikopter tempat mendarat tuan Sanjaya dipojok barat sudah sejak   siang  terparkir. Berdiri kokoh dengan tulisan Sanjaya Corporation di badan helikopter.

Tuan Sanjaya, pemilik dan yang berduka telah ada di pemakaman itu sejak siang,  sementara iringan jenazah saat ini ada di tol menuju pemakaman.

Helikopter pribadi,   iringan jenazah dan prosesinya dalam perjalanan.

Kawasan pemakaman  300 hektare tidak berarti apa apa bagi kesedihan tuan Sanjaya yang masih duduk ditemani kakak tirinya disebuah ruangan mewah, nun dipojok dan bangunan mewah yang tersedia bagi orang orang vvip yang berduka.

Puluhan tenda dan ratusan kursi, juga telah terpasang rapi. Karangan bunga belasungkawa sangat banyak, indah seperti tidak ada duka.

Anaknya almarhum Jayadi Sanjaya, makamnya telah digali  didekat danau yang ada dikomplek  itu.

Danau pemakaman dibangun indah oleh pemilik makam mewah dengan air jernih dan terawat rapi.

Ada juga restoran dengan menu beragam  lezat, makanan luar negeri dan lokal.

Bangunan berinterior  mewah dinikmati para pelayat. Mereka, mungkin tidak tahu betapa galaunya perasaan konglomerat tuan Sanjaya ketika makan dan minum.

Iring iringan pemakaman sudah tiba. 

Seorang staf yang pakai handy talky tapi masih memakai telpon genggam melapor kepada Tuan Sanjaya.

"Semua sudah disiapkan tuan besar," lapor mereka. Setengah jam lagi jenazah akan tiba."

"Ayo adik! Kita keluar, sudah waktunya."  Tuan Sutanta kakak tirinya membimbing adiknya ke luar ruangan vvip.

Diluar, puluhan karangan bunga belasungkawa berjejeran menutup semua tempat. Banyak wartawan yang hadir meliput berita.

Karangan bunga, berkabung dengan tulisan   ikut berduka cita atas meninggalnya CEO dari  "Sanjaya  Corporation "

Tuan Sanjaya bangkit, anak buahnya yang sejak pagi ada dimakam, seperti tawon berkeliaran mengelilingi tuan besar memberi tempat .

Tuan Sanjaya berdiri tegak dengan mata berkaca kaca ketika jenazah putranya dibaringkan di liang lahat. Ia menyaksikan sendiri dan ikut menimbun dengan tanah.

Menaburkan bunga bunga ketika makam diratakan.

Agak jauh, tuan Sutanta berdiri didampingi putranya Andika. Tuan Sutanta adalah kakak tiri Tuan Sanjaya. Ibu yang sama, dan mungkin  satu satunya keluarga terdekat.

Meski keluarga terdekat, tuan Sutanta dan adik tirinya itu tidak begitu erat.  Tuan Sutanta juga punya perusahaan, tapi cuma perusahaan kecil.

Ia tinggal dengan ayahnya ditempat lain, ketika ibunya bercerai. Tuan Sutanta ikut ayahnya dan mereka cuma beberapa kali bertemu waktu menjelang dewasa.

Kini tuan Sutanta lebih sering ketempat tuan  Sanjaya bersama anaknya Andika.

"Apakah kamu dekat dengan Jayadi  sepupumu yang meninggal itu?" Tanya tuan Sutanta.

"Tidak begitu dekat, tapi kehidupannya mengesankan, suka hura hura tapi juga pintar dalam mengendalikan perusahaan,"jawab anaknya.

"Kamu harus bersiap siap," bisik tuan Sutanta.

"Kenapa ayah?"

"Kau belum mengerti juga, kau adalah  pewaris terdekat keluarga Sanjaya."

Andika gugup.

"Aku akan jadi konglomerat ?" tanyanya tak pasti.

"Kalau beliau meninggal, kau adalah pengganti, aku harus mempersiapkan kamu," kata ayahnya.

"Bukan tidak mungkin ada anaknya, jika ada putranya, itu pewaris keluarga Sanjaya."

"Dia belum berkeluarga, bagaimana dia punya anak? Kau mendengar Jayadi sepupumu itu punya anak? " Tanya tuan Sutanta lagi.

Andika menggeleng.

"Dia banyak punya pacar, gonta ganti dan penggemar balap mobil," kenang Andika.

"Iya, aku tahu. Hobby yang membunuhnya. Mobil tabrakan, tewas, kehidupan yang menyedihkan," ujar tuan Sutanta lagi.

"Ayolah, tampaknya sudah selesai, " kata tuan Sutanta pula .

Pemakaman itu memang sudah selesai. Rombongan besar dari Jakarta menyalami tuan Sanjaya mengucapkan belasungkawa. Berangsur angsur rombongan pelayat kubur meninggalkan tempat itu pulang.

Meski masih ramai, tapi itu adalah anak buah atau karyawan Sanjaya Corporation.

***

Media ramai memberitakan pewaris satu satunya, tuan Sanjaya yang bernama Jayadi  meninggal dunia.

Dirumahnya juga masih bertebaran karangan bunga ikut berduka cita.

Tuan Sanjaya berjalan dan pergi  melihat-lihat ruang besar penthouse yang tertata apik di salah satu lingkungan kantor Apartemen miliknya.

Tempat salah satu ruangan putranya.

Tuan Sanjaya yang putus asa. “Anakku yang sulung sudah meninggal 7 tahun lalu, kini si bungsu juga sudah mati!" Keluhnya.

Keluarga Sanjaya yang tidak beruntung. Apakah keluarga Sanjaya akan punah dan untuk apa semua kekayaan yang dikumpulkan ini ?

Orang tua itu menangisi Jayadi sang anak almarhum, terjadi ketika ia menabrakan mobil sport yang dipacu kencang.

Anak yang tercinta, yang tidak pernah bosan dimanjakan.

Kesedihan ayah yang tidak terhibur,  kematian tragis  memiliki konsekuensi lain juga. 

Tanpa ahli waris langsung, kerajaan bisnis besar Sanjaya Utama Corporation akan jatuh ke tangan seorang kerabat jauh, entah siapa, tuan Sanjaya tidak berani memastikan .

Ia masuk keruang kantor anaknya, nanti dia sendiri yang akan turun memimpin perusahaan lagi. Setelah masa berkabung habis.

Berkaca pada nasib menyedihkan yang menunggu Sanjaya Utama Corporation dan karyawannya yang suram  barang barang milik Jayadi anaknya  dikantor.

Sang ayah membuka laci meja, dan rasa yang biasa mencengkeramnya adalah Jayadi  anaknya cukup teratur dan trampil mengelola perusahaan.

Namun ketika didorong untuk menikah dan punya anak, putranya itu belum mau.

Ia masih senang berhura hura, menikmati masa lajangnya.

Jayadi sepertinya tidak peduli tentang seorang istri kecuali hiburan, mobil berkecepatan tinggi, pesta glamor, pergantian pacar tanpa akhir - inilah gaya hidup yang mungkin dia sukai. 

Andai saja anaknya menikah, kemudian  punya anak, bisa mewarisi bisnisnya Sanjaya Corporation tentu tidak masalah.

Tapi bagi Jayadi, yang selalu mencari hiburan, pernikahan hanyalah sebuah pengekangan.

Wanita hanya untuk hubungan sesaat,  masih ada waktu untuk menikah - jadi dia meyakinkan dirinya sendiri. Sampai semuanya sudah terlambat .

Karena ia meninggal selagi masih muda.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status