Hidupku kini hancur berantakan. Awalnya berharap dengan memulai kehidupan baru, akan membuatku lebih baik lagi. Namun kenyataannya kehidupan yang baru saja dijalani kembali hancur karena ulah Hanum mantan istriku dan ayahnya. Padahal aku hanya berusaha meluapkan rasa rindu, saat tanpa sengaja bertemu dengannya di parkiran tempat bekerja. Namun kemudian seorang pahlawan kesiangan datang menghalangi niatku. Ya, dia Hadi, orang yang selama ini sangat aku benci. Sejak awal, dia terlihat tidak suka dengan kedatanganku. Mungkin karena perhatian pak Hartawan beralih setelah kedatanganku.Tidak aku pungkiri, jika Hadi adalah anak buah kesayangan Pak Hartawan. Alasannya karena dia karyawan pertama Pak Hartawan yang masih bertahan setelah puluhan tahun lamanya. Namun dengan segala cara akhirnya aku bisa merebut perhatian mantan ayah mertua hingga akhirnya berpaling kepadaku.Aku curiga kepada Hadi yang sepertinya menaruh rasa kepada Hanum. Aku sering memergokinya menatap Hanum diam-diam. Walau
Aku keluar dari kamar mandi dengan wajah yang lebih segar. Tidak habis pikir, bisa-bisanya aku bermimpi Mas Gunawan dan keluarganya. Namun aku masih penasaran, siapa sosok laki-laki asing yang bersama mereka? Rasanya aku belum pernah bertemu langsung dengannya.Akan tetapi jika diingat-ingat, sepertinya aku pernah melihat laki-laki itu. Namun aku lupa, dimana? Seberapa keras aku berpikir, benar-benar tidak dapat mengingatnya. Rasanya ada yang mengganjal dalam hatiku jika mengingat sosok laki-laki itu.Malam harinya, aku mendapatkan pesan dari ayah yang mengatakan tidak akan pulang ke rumah karena akan terbang langsung ke Surabaya untuk mengunjungi beberapa bengkel yang berada disana. Ayah ingin memastikan jika kondisi bengkel baik-baik saja setelah melihat keanehan pada Kak Lala. Aku pun langsung menelpon ayah.“Ayah sekarang dimana?” tanyaku.“Ayah masih dibandara, sebentar lagi akan berangkat, kenapa?” tanya ayah heran.“Ayah pergi bersama siapa?”tanyaku lagi.“Ayah pergi sendiri, k
Aku terkejut sekaligus bimbang mendengar kesimpulan Hadi, antara harus percaya atau tidak. Memang aku akui dunia mistis itu ada, tetapi rasanya tidak percaya jika kak Lala terkena sihir. Setahuku kak Lala adalah wanita yang kuat dan tidak mudah percaya kepada orang lain. Dia juga tidak pernah mempunyai musuh, kecuali kepada mantan suamiku.“Lalu apa yang harus saya lakukan, Mas?” tanyaku penasaran.“Tidak ada cara lain, orang yang terkena sihir harus disembuhkan dengan cara di rukiyah, Mbak,” jawab Hadi mantap.“Rukiyah? Apakah Kak Lala mau?” Aku balik bertanya kepada Hadi.Setahuku rukiyah dilakukan kepada orang yang bersangkutan secara langsung,sedangkan kak Lala sulit dicari keberadaannya.“Harus mau kalau ingin sembuh. Saya khawatir jika dibiarkan terlalu lama, bisa semakin parah.”Aku menarik napas dalam dan kembali menghembuskannya perlahan. Berat rasanya menerima kenyataan jika kakak satu-satunya itu terkena sihir. Pantas saja sikap kak Lala berubah drastis belakangan ini. Sela
Aku akhirnya menceritakan kepada Hanum, mengenai Hidayat. Laki-laki yang belakangan ini berusaha mendekatiku. Namun entah kenapa aku tidak tertarik kepadanya. Salah satu yang menjadi alasan adalah karena wajahnya mirip dengan mantan adik iparku.Gunawan, laki-laki parasit yang sudah menghancurkan mental adik yang aku sayangi. Oleh sebab itu, aku selalu menolak pemberiannya. Aku tahu itu adalah usaha untuk mencari perhatian. Namun aku tidak ingin dia berharap lebih jika menerima pemberiannya.Kini aku sudah kembali ke Surabaya setelah sebelumnya pulang ke kampung halaman untuk bertemu ayah, adik dan ketiga keponakan yang lucu dan menggemaskan. Aku tidak lagi melihat Hidayat datang untuk mengantarkan makan siang. Baguslah, aku tidak perlu menyakiti hatinya karena selalu menolak pemberiannya.“Mbak Lala, hari ini mau makan siang apa?” tanya Bagus salah satu karyawan ayah sekaligus anak buah di bengkel yang aku handle.“Makan apa ya, Mas Bagus? Terserah Mas deh, aku ngikut aja,” jawabku
"Ayah kenapa, Mas Hadi?” tanyaku tidak sabar sekaligus cemas.“Pak Hartawan pergi bersama Mbak Lala. Salah seorang karyawan ada yang melihatnya. Namun setelah itu, Pak Hartawan tidak pernah terdengar kabar lagi. Teman saya sudah menghubungi bengkel lainnya di Surabaya untuk menanyakan keberadaan Pak Hartawan, tetapi tidak ada yang tahu. Terakhir Pak Hartawan berkunjung ke bengkel mereka satu bulan sebelumnya.”Mas Hadi menatap wajahku dengan serius. Tidak dapat dipungkiri, raut wajahnya pun menyimpan kecemasan dan ketegangan. Namun sepertinya dia sungkan untuk mengatakannya kepadaku. Bagaimanapun, Hadi adalah karyawan kepercayaan ayah. Dia pasti juga mengkhawatirkan ayah.“Lalu, apa yang sebaiknya kita lakukan? Sementara Mbak Lala nomor ponselnya sudah tidak aktif," tanyaku meminta saran kepada Hadi.“Maaf sebelumnya Mba Hanum, kalau saya lancang . Akan tetapi saya harus menyampaikan ini semua. Percaya atau tidak, dalam penerawangan saya saat ini Pak Hartawan berada dalam bahaya. Jik
Suara itu tidak asing di telinga. Suara itu adalah suara ayah dan suara … kak Lala. "Apa mungkin kak Lala yang menyekap ayah?” tanyaku dalam hati.Hadi membagi tugas untuk kami bertiga. Bagus mendapat tugas mengawasi situasi di luar, sementara aku dan Mas Hadi mencari jalan masuk ke rumah tua itu. Beruntung pada bagian belakang rumah, ada sebuah pintu yang sudah rusak sehingga tidak dapat dikunci dan menjadi akses kami masuk.Kami kembali melangkah dengan mengendap-endap dan berusaha tidak mengeluarkan suara. Kami memasuki hampir semua ruangan yang terdapat di rumah tua itu untuk mencari keberadaan ayah dan kak Lala.Benar saja, saat kami membuka pintu sebuah ruangan yang terletak di paling ujung terdapat kak Lala dan ayah yang dengan terkejut menatap ke arah kami berdua.“Hanum, kamu datang untuk menyelamatkan Ayah, Nak?” pekik ayah dengan wajah gembira.Sementara kak Lala menatap bengis ke arah kami berdua. Aku bergegas menghampiri ayah, berniat ingin melepaskan ikatan yang terliha
Aku tersentak hingga membelalakkan kedua mata saat melihat dua sosok laki-laki turun dari mobil secara bersamaan..Mereka juga terlihat kompak tersenyum sinis kepada kami.Memoriku berputar dengan cepat tentang mimpi sebelumnya. Ternyata laki-laki asing yang berada di mimpiku itu adalah Mas Rahmat. Dia adalah kakak kandung Mas Gunawan yang memiliki wajah yang sangat mirip satu sama lainnya.Aku memang belum pernah bertemu langsung dengan Mas Rahmat, karena pada saat pernikahan dulu dia berhalangan hadir. Namun Mas Gunawan pernah memperlihatkan photonya beserta nama lengkap kakaknya itu, Rahmat Hidayat.Kesimpulannya, dalang semua masalah ini adalah Mas Gunawan. Rupanya ancamannya beberapa waktu yang lalu kini telah menjadi kenyataan. “Hallo mantan istriku yang cantik, apa kabar?” sapa Mas Gunawan dengan senyum menyeringai.Aku berusaha memberanikan diri berhadapan dengan Mas Gunawan. Berpaling darinya akan membuat besar kepala dan merasa jika aku masih memiliki perasaan kepadanya. Aku
Beruntung kami masih bisa menghindarinya. Namun Mas Gunawan tidak putus asa, dia kembali menyerang kami seperti orang yang sedang kerasukan. Hadi tiba-tiba mendorong tubuhku menjauh darinya.“Mbak Hanum cepat lari dan cari bantuan!” teriak Hadi dengan napas terengah-engah karena menghindari serangan Mas Gunawan yang tidak ada ampun.“Tidak Mas, aku tidak mungkin meninggalkanmu. Kita akan selamat dan keluar dari hutan ini secara bersama-sama," bantahku.Tidak mungkin aku meninggalkan orang yang sudah banyak membantu selama ini. Serangan Mas Gunawan semakin mengganas. Aku hanya bisa menyaksikan pertarungan sengit antara Mas Gunawan dan Hadi. Mereka bergulingan di tanahdemi mempertahankan nyawa masing-masing. Aku tidak dapat berbuat apa-apa selain berdoa semoga Hadi yang menjadi pemenangnya. Beberapa kali terdengar Hadi berteriak memintaku untuk pergi. Namun aku berada diambang kebimbangan. Apakah memilih pergi meninggalkan Hadi atau tetap bersamanya disini. Hatiku kecilku merasa tidak