Share

SETELAH 15 TAHUN PERNIKAHAN
SETELAH 15 TAHUN PERNIKAHAN
Penulis: Wafa Farha

Group Baru Suamiku

[ Mas Haris ini MaasyaAllah, loh ya. Dititipin Allah harta lebih. Sayang kalau enggak digunakan buat nolongin Akhwat-akhwat yang gak kebagian suami] Akun bernama Wawan menulisnya.

[ Shohih, pasti akan banyak keluarga terayomi. Tidak akan rugi kalau diniatkan karena Allah. Malah Risqinya akan makin banyak setelah menikah lagi. Yaqin. ] Akun lain menimpali.

[ Monggo Mas Haris, kalau sudah fix, nanti saya sodorin akhwatnya. Mau yang gadis atau janda. Saya ada kenalan banyakkk. Mereka semua perlu uluran tangan pria –pria sholeh seperti antum.] Yang lain tak kalah semangat menanggapi.

[ Betul, Mas Haris pasti bisa! ]

[ Setelah nikah langsung muda lagi, ya. Ha ha. Tuh Ustaz Wawan contohnya. Tambah ganteng sekarang. Kita kita jadi ngiri. ]

Suami merespon ucapan itu dengan emot senyum.

[ He he, belum sampe ilmunya, Guru. ]

[ Ah, kalau ilmu mah bisa dicari sambil jalan, yang penting umur dan hartanya belum limit. ] sanggah Wawan lagi.

Geram sekali aku membacanya. Apa memang obrolan mereka selalu seperti ini? Bahkan sejauh menyecroll chat semakin ke atas, perbincangannya pun tak jauh –jauh dari poligami. Walau kadang Ustaz yang jadi admin sesekali mengirim kalimat –kalimat motivasi Islami. Ini grup ngaji apa grup suporter poligami?

“Ckck. Aneh mereka ini! Santri baru sudah diprovokasi poligami! Padahal Ustaz di Majlis pun hampir gak pernah bahas poligami, kenapa grup isinya gitu –gitu doang? Lalu nilai dakwahnya di mana??”

“Ada apa toh, Mi? Kok ngomel –ngomel sendiri. Nanti jelek, lho.” tanya suami yang mengelap tangannya usai makan.

Dia mendekat dengan seulas senyum di wajah. Tak mempermasalahkanku yang membuka –buka hapenya, sebab dari awal tak pernah ada privasi di antara kami. Barang kali itu salah satu alasan kenapa aku selalu merasa tenang dan tak dibohongi selama 15 tahun pernikahan kami.

“Ini lho, kok Pak Wawan itu ngeselin ternyata. Mentang –mentang punya istri dua, ngomporin Abi terus buat poligami.”

“Hehm. Umi cemburu. Baguslah.”

“Hiss. Kok jawabannya gitu. Apa Abi juga kepikiran mau nikah lagi seperti orang itu?”

“Ya nggaklah, Mi. Kepikiran aja nggak. Abi ini siapa sih? Ilmu aja nggak punya. Udah tua pulak. Mana ada yang mau.”

“Masaaa?”

“Umi mau? Di-adek-in?”

Aku menggeleng cepat. “Pak Wawan itu yang gak tau diri banget. Itu lihat Ustaznya aja sampe diem di grup, beliau juga yang paling alim nggak poligami kok.”

“Ya sudah nggak usah dibahas kalau gitu. Umi juga nggak boleh berlebihan gitu. Poligami itu bagian dari syariah, jadi Umi nggak boleh membencinya begitu. Yang penting kan Abi setia dan tanggung jawab.”

“Iya, Bi.” Aku menghela napas. Menyerah. Tidak ingin terkesan membenci syariat yang Allah halalkan itu.

Bagaimana aku tidak emosi. Bukan karena membenci poligami yang jelas –jelas adalah bagian dari syariat Islam, tapi obrolan mereka yang gak lihat situasi siapa yang jadi target obrolan. Mas Haris bahkan baru beberapa bulan gabung ngaji. Dan bahkan Ustaz yang biasa mengisi kajian pun juga bukan pelaku poligami, kenapa yang notabene ilmunya jauh di bawah sang Ustaz malah menggebu –gebu membahasnya?

Untunglah Mas Haris tidak terpengaruh dan meresponnya biasa saja. Dia juga tak pernah sekali pun membahas ingin menikah lagi, sebab tahu akan menyakiti hati istri.

Pria itu tetap baik, perhatian dan setia. Tak lupa selalu mengingatkan bahwa seorang istri, harus taat pada suaminya. Apa pun itu, selagi tidak maksiat.

Saat suamiku tersenyum, aku seperti memiliki kekuatan baru untuk mengurus rumah, anak –anak dan sekaligus keperluannya.

Semuanya baik –baik saja. Bahkan rumah tangga kami semakin bahagia setelah kami sama –sama hijrah. Sekarang aku bahkan mengandung anak ke enam kami.

Setelah mengaji, suami memiliki keahlian baru. Dia yang awalnya memiliki keterampilan medis, mendalami terapi Bekam dan menjadi seorang terapis. Mas Haris banyak membantu orang sekitar dengan gratis. Namun, ada sebagian yang memaksanya menerima amplop, katanya sebagai sarat agar sakitnya sembuh berkat perantara hadiah yang dia berikan.

Suami pun bercerita padaku, karena mendapati pasien yang berbeda.

Ada satu pria yang menjadi langganan suami, yang sering mengisi amplopnya dengan nominal tak wajar dibanding pasien –pasien lain. Bekam yang orang biasa memberinya sekitar 150r ribu, orang itu tanpa ragu memberinya 500 ribu.

Padahal dia juga bukan orang kaya, bahkan jauh dari kata kaya, sebut saja namanya Pak Karim. Entah, bagaimana awalnya Mas Haris dan orang itu bertemu. Hanya saja aku bisa memaklumi, sebab setelah seseorang mengenal lingkungnan baru, maka dia akan banyak mendapatkan kenalan baru. Lingkup pergaulan juga meluas. Barang kali itu kenapa Rasulullah mengatakan bahwa silaturahmi memanjangkan umur dan melapangkan rizqi. Bukan hanya suami dapat pelanggan baru dari pekerjaan yang semula, dia juga mendapat pekerjaan baru.

Namun tetap saja bagiku apa yang Pak Karim berikan itu tak benar, aku pun coba menasehati dan mengingatkan. Dia saja secara finansial jauh di bawah kami, kenapa mau memberi Mas Haris sebanyak itu?

“Itu nggak wajar lho, Bi. Bukannya Ustaz Abi juga bilang, kalau sebaiknya bekam itu tidak mentarif.”

“Ya, ini nggak mentarif, Mi. Beliau memang ngasih gitu aja. Mungkin karena ada hajat kali, Mi. Anggap saja ini rizqi untuk anak –anak.”

Pria itu menjawab lugas.

Pak Karim jadi sering memanggil Mas Haris, dan berlangganan bekam. Kadang sampai seminggu sekali, saking seringnya. Aku sampai bertanya –tanya, apa sakitnya separah itu, sampai harus bertemu.

“Mi, nanti kalau Abi nggak pulang, jangan ditelpon –telpon. Dicari –cari. Di cek –cek. Abi mau fokus i’tikaf di Masjid.”

Mas Haris bicara dengan nada menekan. Walau rasanya seperti diancam, aku pun mengiyakan. Semoga saja kegiatannya itikaf itu tidak berkumpul dan kopdar dengan teman-teman di grup WA-nya. Kalau tidak, mereka akan terus memprovokasi suamiku untuk poligami. Sama halnya batu, yang keras saja kalau ditetesi air terus terusan akan berlubang, apalagi hati suamiku?

Next .....

Komen (5)
goodnovel comment avatar
Dyah Astri Andriyani
makanya kalo ada suami yg mau hijrah,jangn diizinkan...percayalah hijrahnya sampe' ke selangkangan wkwkwkwk....
goodnovel comment avatar
Wafa Farha
iya, terimakasih sudah mampir ...
goodnovel comment avatar
Wafa Farha
baik Kak, terimakasih untuk infonya....
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status