Share

Bab 2

Penulis: Silla Defaline
last update Terakhir Diperbarui: 2024-03-11 23:20:57

"Amira, bulan ini aku bisa kasih uang tiga ratus ribu. Semoga bisa cukup untuk peganganmu dan Yoona di sini kalau ada kebutuhan mendadak. Untuk makan kurasa tidak ada kendala, rumah sakit selalu menyiapkan makan tiga kali sehari untuk pasien." ucapku sembari mengeluarkan tiga lembar uang merah di depan Amira.

"Taruh saja di sana atau serahkan pada Yoona. Atau jika kau lebih membutuhkan, kau boleh menyimpannya lagi."

Aku mendengkus. Terkadang perempuan susah sekali untuk dimengerti.

"Apa kau tidak ingin menerima uang ini? Apa kau anggap ini kurang? Atau kau ingin lebih banyak? Jangan begitu, Amira! Syukuri apa yang ada. Hargai pemberian suamimu!" ujarku.

Wanita itu melihatku.

"Sudah kubilang, letakkan saja di sana, atau berikan pada Yoona. Dia yang mengurus segala sesuatunya. Tolong jangan terlalu menekanku! Kepalaku pusing dan kau membuat keadaanku semakin buruk. Keluarlah dan urus segera pernikahanmu dan Laila." ucapnya.

"Apa kau cemburu pada Laila? Apa kau tak rela aku menikahinya?"

"Ya Rabb, aku ikhlas kau bersama Laila, mengapa masih bertanya? Sudahlah ... Aku ...,"

Kulihat Amira kesusahan bicara. Mungkin dia menahan sesak karena cemburu.

"Amira, meski nanti aku sudah memiliki Laila, statusmu masih istriku. Semua tak ada yang berubah."

Amira tak lagi menanggapi. Hanya kulihat dia gelisah. Cemburu memang membuat kondisi orang berubah. Bahkan sekarang ia tak mau bicara lagi.

"Assalamualaikum, Bu!" Terdengar suara Yoona. Anak itu muncul dari balik pintu dengan sebuah plastik kresek hitam menggantung dalam tentengannya. Anak itu tak menyapaku, justru ia terlihat kaget dengan keberadaanku. Lalu ia abai pada ayahnya, keterlaluan. Inikah ajaran Amira pada anaknya?

Yoona masuk dan memusatkan perhatiannya pada Amira.

"Ibu? Ibu?" Anak itu meraba-raba kening ibunya.

Amira masih diam tapi nampak gelisah. Di depan Yoona pintar sekali drama perempuan itu.

"Sebentar, Bu. Aku panggilkan perawat." Yoona berlari keluar ruangan.

Huuh, mengapa dia tak menyapaku terlebih dahulu? Mengapa tidak menyalimiku dan mencium punggung tangan ayahnya ini? Dari umur segini sudah nampak benar sifat keras ibunya menurun padanya.

Tidak lama kemudian Yoona datang bersama dua perawat dan seorang pria dengan pakaian putihnya.

Mereka memeriksa keadaan Amira. Dokter itu nampak kaget.

"Cepat, bawa ibu ini ke ruangan ICU segera!" perintahnya dengan suara tegas.

"Baik, dok!" Dua perawat itu juga nampak siap dan segera bergegas sesuai perintah."

Aku bengong disana. Sementara Amira telah di bawa oleh mereka. Mungkin ke ruangan ICU.

Sebentar kemudian Yoona kembali masuk.

Tiba-tiba anak itu menarik tanganku kuat ke luar ruangan. Aneh sekali. Ia tak memperlakukan aku seperti ayahnya? Mana sikap sopan santunnya?

"Ayah, apa yang ayah lakukan pada ibuku?" Matanya menatapku tajam sekali.

"Tidak, aku tidak melakukan apapun pada ibumu. Sebaiknya jaga mulutmu! Dan sopanlah pada ...,"

"Bohong! Ayah, kalau datang hanya untuk membuat keadaan ibu semakin parah, sebaiknya ayah tidak usah datang kemari. Atau jangan-jangan ayah ingin mengatakan perihal Laila? Tolong jangan katakan! Ayah jangan pernah mengatakan itu pada Ibu sekarang!"

Haaah? Dia sudah tahu perihal Laila? Bagus!

"Kalian tidak mau menerima Laila? Egois sekali kalian!"

"Ayah bisa memikirkan siapa yang egois di sini!"

"Diam, Yoona!"

Aku benar-benar emosi.

"Cukup, Ayah! Lebih baik ayah pulang sekarang!"

"Aku ayahmu! Aku berhak datang kemari dan menengok ibumu!"

"Ya, tapi kedatangan ayah tidak ada gunanya!"

Plakk!

Sebuah tamparan mendarat di pipi remaja itu.

"Terimakasih sudah menamparku!"

Yoona memegang pipinya. Ada rasa menyesal karena aku sudah menamparnya. Tapi ia pantas mendapatkannya. Siapa suruh jadi anak pembangkang.

"Ingat, Yah, jangan datang lagi kalau hanya ingin membahas masalah pernikahan Ayah dan Laila."

Lihat, dia memanggil Laila dengan sebutan nama. Padahal dia bisa menyebut Laila dengan panggilan tante, atau Ummi, kan? Sangat tidak sopan di telingaku. Tentu ajaran Amira yang membentuk jiwa anak ini demikian keras. Tidak bisakah ia mendidik Yoona lebih baik!

Baiklah, aku akan pulang sekarang. Bertemu mereka hanya menambah masalah. Padahal sudah bagus aku masih mau meluangkan waktu untuk melihat keadaan mereka di sini. Itu tandanya aku masih mau mempertanggungjawabkan ibunya meski ibunya sudah tak lagi bisa menjalankan kewajibannya.

Sikap keras Amira sangat berbanding terbalik dengan jiwa lemah lembut dan keibuan yang melekat pada diri Laila. Ah, seketika aku teringat pada keanggunan Laila.

Pada saatnya nanti aku akan mengambil Yoona untuk hidup bersamaku dan Laila saja. Supaya anak itu belajar pada Laila bagaimana seharusnya cara bersikap.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • SETELAH 17 TAHUN PERNIKAHAN    Bab 45

    Bab 45Seharian ini pikiran tak tenang. Bayang-bayang Amira bersama seorang pria yang kulihat kemarin terus menghantui. Ada semacam rasa tak rela melihat kebersamaan tersebut. Aku tahu ini adalah perasaan yang salah, aku dan Amira sudah bercerai. Jadi tentu tidak ada hak bagiku untuk melarangnya Bersama siapapun yang dia sukai. Tapi masalahnya tidak sesingkat itu, jujur rasanya aku masih belum bisa berdamai dengan hati. Terlepas dari kesalahan apa yang telah Amira lakukan terhadap kami, rasa cinta masih tersisa untuknya.Amira memang sudah banyak berubah sekarang. Dan apakah dia memang mempunyai hubungan spesial dengan dokter tersebut atau tidak aku tidak tahu pasti. Tapi dari penglihatanku memang ada sebuah kedekatan di antara mereka. Hingga menyalakan api kecemburuan di hatiku. Memang aku mengetahui siapa Amira, dan rasanya susah dipercaya apabila seorang dokter bisa mencintai seorang wanita seperti Amira.Namun, jauh daripada itu aku harus mengakui jika Amira cukup bisa dise

  • SETELAH 17 TAHUN PERNIKAHAN    Bab 44

    Bab 44Sebenarnya aku ingin mengejar jejak langkah Amira. Tetapi lagi-lagi satpam sialan ini mencegah. "Amira ini adalah mantan istriku! Kamu tidak berhak untuk masuk ke dalam ranah pribadiku!" Aku menggertak."Kalau benar-benar masalah pribadi yang ingin anda bahas, sebaiknya jangan bahas di! Karena keamanan wilayah perkantoran ini berada dalam tanggung jawabku. Jadi tentu saja aku akan berusaha maksimal untuk turut menciptakan keamanan di sini!""Silakan pulang!" Satpam tersebut mengusir. Aku terpaksa menyingkir. Aku menelan saliva pikiran ini sungguh dibuat campur aduk.Melihat Amira yang meninggalkanku begitu saja, sungguh diri ini merasa tak berharga. Bahkan seseorang yang dulu takluk padaku pun sekarang sudah tak menganggap keberadaanku lagi. Amira benar-benar keterlaluan.Terasa semua usahaku hari ini sia-sia. Bayang Ibu melintas di pelupuk mata. Maafkan anakmu ini Bu, belum bisa memberikan yang terbaik untukmu. Hati Amira amatlah busuk, bahkan untuk berbagi uang dari ruma

  • SETELAH 17 TAHUN PERNIKAHAN    Bab 43

    Bab 43Siapa gerangan yang berani diam-diam menggadai rumahku?Oh ya Tuhaan, aku melupakan sesuatu selama ini. Aku lupa bahwa sertifikat rumahku hilang. Aku memang ceroboh. Tapi siapa yang lancang mencuri sertifikat tersebut? Selama ini hanya beberapa orang saja yang bisa bebas keluar masuk di rumah.Yang pertama adalah ibuku. Apa ibuku yang mengambilnya? Tidak mungkin l! Ibuku bukan pencuri. Yang kedua Elia, tapi sama seperti Ibu Elia bukan pencuri.Lalu Laila, Aku ragu bila menuduh Laila yang mengambilnya. Toh dulu ketika mengetahui sertifikat itu hilang Laila juga turut bersamaku mencari sertifikat tersebut. Jadi Laila aku skip dari daftar orang-orang yang patut dicurigai.Kemudian orang berikutnya adalah Yoona dan Amira. Sesuai dugaan awal, kecurigaan ku tetap jatuh pada mereka berdua. Menemui mereka adalah sebuah pilihan yang tepat. Mereka tidak bisa semaunya menggadai rumah orang. Tidak tahu diri sekali mereka.Tapi jika aku menemui mereka sekarang juga, bagaimana dengan ibu

  • SETELAH 17 TAHUN PERNIKAHAN    Bab 42

    Bab 42"Tutup mulutmu Laila! Aku tak suka kamu mengatakan Ibuku seperti ini! Apa kamu menyumpahi agar Ibuku cepat meninggal? Haaa?" Aku sudah tak tahan lagi menahan kemarahan ini."Aku dan Aliya sibuk-sibuk di rumah sakit mengurus ibu yang tengah kesakitan memperjuangkan rasa sakit. Sedangkan kamu Ternyata sedang senang senang di sini! Kamu tidak memikirkan bagaimana perasaanku! Di mana nuranimu!" Bibirku terus berkata. Amarahku benar-benar memuncak sekarang. Perbuatan Elia benar-benar sudah keterlaluan. "Kamu marah Aku di sini di rumah orang tuaku? Tidak bisa, Mas! Kamu tidak bisa mencegahku untuk pergi ke rumah orang tuaku! Kamu tidak bisa memaksaku hanya untuk mengurus keluargamu saja!" Laila malah melawanku dengan tidak menunjukkan rasa segan sedikitpun. Melihat kelakuannya saat ini, Aku sungguh dibuat murka. Dia adalah cerminan seorang istri yang tidak bisa menghormati suami dengan cara yang patut."Aku tidak memaksamu! Tapi kamu sendiri tidak ada inisiatif sedikitpun untuk me

  • SETELAH 17 TAHUN PERNIKAHAN    Bab 41

    Bab 41Ibu mertuaku stroke? Aduh ini tidak bisa kubayangkan. Tentu saja aku tidak menginginkan hal ini terjadi. Sebab, jika mertuaku sakit, suamiku pasti akan menghabiskan waktu lebih banyak Bersama sang ibu. Dan juga tentu kami akan kerepotan sekali. Ini nih definisi orang tua merepotkan.Dalam kekacauan ini, mataku mendapati satu sepeda motor berhenti tepat di depan rumah.Elia? Dia ke sini? Apa maunya? Ck ck ck"Ada apa El?" Tanyaku cepat."Mbak, keadaan Ibu semakin memburuk. Dokter bilang kita terlambat membawanya ke rumah sakit. Oleh karena ini kita sebagai anak beliau, mau tidak mau harus saling topang menopang untuk membiayai ibu. Supaya beliau bisa kembali sehat seperti sedia kala."Apaa? Dia bilang harus topang menopang dalam membiayai ibunya?"El, Mbak tidak bisa berbuat banyak dalam hal ini. Karena Mbak sendiri tidak mempunyai cukup uang. Kamu tahu sendiri kalau selama ini kakakmu itu nganggur. Tentu saja kami tidak punya apa-apa. Jadi bagaimana mungkin kami bisa ikut mem

  • SETELAH 17 TAHUN PERNIKAHAN    Bab 40

    "Ibuuuu...!" Kekhawatiranku sedikit mulai berkurang ketika aku lihat ibu telah bisa membuka kelopak mata."Bu, Ibu sudah siuman. Syukurlah...," aku memeluknya erat.Namun sesaat kemudian, aku menyadari bahwa Ibu tidak menanggapi ucapanku. Aku menatap Ibu beberapa saat."Ha... Habib....," suara Ibu terdengar aneh.Mataku menyipit tatkala kudapati kenyataan bahwa wajah Ibu terlihat tidak simetris. Bicaranya tidak terdengar sempurna, tidak jelas, dan yang pasti ini tidak seperti biasanya."Ibuuu?" Kepanikanku mulai naik satu tingkat lagi.Sepertinya Ibu ingin mengatakan sesuatu, tapi bibirnya terlihat tidak bisa menyampaikan keinginan beliau."Kita harus membawa ibu ke rumah sakit!" ucap ucapku cepat. "Bawa saja, Mas!" tanggap Laila."Kamu ikut?""Tidak."Aku kembali dibuat termangu."Kenapa tak ikut, Dik? Kalau kamu tak ikut bagaimana aku bisa membawa ibu ke rumah sakit? Siapa yang akan membantuku nantinya?ujarku padanya."Kamu bisa minta bayar taksi, Mas! Di rumah sakit ada dokter, p

  • SETELAH 17 TAHUN PERNIKAHAN    Bab 39

    Satu lagi kekecewaanku bertambah terhadap Laila. Aku sanggup menjual perhiasan ibuku demi untuk memberinya uang, akan tetapi ternyata Laila menggunakan uang-uang tersebut dengan membeli barang-barang yang menurutku tidak terlalu penting.Seumur-umur Aku menikah dengan Amira, Amira tidak pernah menghambur-hamburkan uang secara berlebihan seperti yang dilakukan oleh Laila.Ini bukan maksud membanding-bandingkan. Akan tetapi antara Laila dan Amira memang memiliki perbedaan yang kentara. Aku berkata begini karena aku memang merasakan perbedaan tersebut.Aku tahu Laila memang cantik, tapi tidak seharusnya dia berlaku kurang ajar. Apalagi sampai memberi perintah pada orang tuaku seolah orang tuaku bukan sosok yang harus dihormati. Apabila ku tegur, dia malah main mengancam dengan membawa-bawa nama abahnya. Ini yang membuat situasiku sulit. Mengapa ya kalau dipikir-pikir rasanya hidup bersama Laila lebih membuatku kesusahan daripada ketika dulu masih bersama Amira. Dulu memang Amira tidak

  • SETELAH 17 TAHUN PERNIKAHAN    Bab 38

    HabibKutatap ponsel ini dengan hati yang menanggung pilu. Aku tahu status ini sudah bercerai, tapi apakah pantas seorang Amira berkata demikian padaku? Mengapa Amira tidak menerimaku bekerja di sana? Padahal seandainya saja Amira mau berpikir lebih panjang, mungkin dia tak akan lupa akan jasa yang pernah kuberikan padanya. Walau bagaimanapun buruknya dia memandangku saat ini, tapi dia pernah menggantungkan hidup denganku. Apa dia lupa masa-masa itu?Tidak patut bagi seorang Amira mengabaikan aku dengan cara seburuk ini. Dia tak mengerti bagaimana kondisiku sekarang yang bisa dikatakan dalam kondisi sulit. Sudah sekian lama aku mencari pekerjaan belum ada yang cocok sama sekali, lebih tepatnya belum diterima. Seharusnya sebagai seorang yang pernah menjalani hidup bersama, Amira harus punya hati untuk menerima lamaran kerja aku. Sebegitu sulitnya bagi Amira untuk melakukan hal kecil tersebut? Benar-benar tidak mempunyai rasa terima kasih.Padahal sebelumnya kupikir Amira tidak akan b

  • SETELAH 17 TAHUN PERNIKAHAN    Bab 37

    "Yoona kamu habis bicara sama siapa?" Aku bertanya."Sama ayah," Yoona menjawab.Aku memperhatikan raut wajahnya yang nampak muram."Ibu lihat Yoona tampak sedih, memang apa yang telah ayah katakan?" aku kian menyelidiki."Rupanya Laila memberikan laporan palsu pada Ayah, hingga membuat ayah marah besar padaku," anak itu menjelaskan dengan raut wajah yang jauh dari kata ceria."Lalu? Apa kamu sudah coba jelaskan pada ayahmu tentang kebenarannya?""Sudah Bu. Tapi ayah lebih percaya perempuan itu," Sudah kuduga. Beginilah sifat laki-laki kebanyakan, selalu menukarkan anak di urutan kedua atau bahkan yang terakhir dalam prioritas hidupnya. Mau mengatakan sedih tapi ini memang kenyataan. Aku merangkul pundaknya. Aku kenal betul bagaimana kondisi anak ini ketika sedang dilanda kesedihan. "Bisa Yoona ceritakan kesedihan Yoona sama ibu?" Aku berujar lembut.Yoona menggangguk."Tentu,"Mulailah Yoona bicara. Menceritakan dari awal hingga akhir penggalan cerita yang menjadi sebab musabab ke

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status