Share

Bab 6

last update Huling Na-update: 2024-03-11 23:22:59

Aku menyusuri ruang demi ruang, tibalah dimana ruangan Amira dirawat. Aku masuk, Laila di sampingku. Jilbab syar'i yang menutupi kepalanya menambah kesan sholehah pada dirinya. Ada semacam rasa bangga di dampingi wanita seperti ini.

Tapi ketika aku masuk, di dalam sana tidak ada Amira. Kemana dia?

"Bu, kemana pasien yang tadi dirawat di sini?" Aku bertanya kepada salah-satu pasien di sana.

"Bukannya Mbak Amira masih di ruangan ICU?" Jawabnya

Ya Tuhaan. Aku lupa kalau istri tuaku itu kemarin di bawa ke ruang ICU.

"Oh iya, terimakasih, Bu." kataku. Ibu itu mengangguk.

Aku kembali berjalan menyusuri koridor, mencari ruangan ICU.

Tiba-tiba di ujung sana kulihat Yoona tengah duduk sendiri beralaskan tikar kecil. Didepannya tersaji sebungkus nasi. Nah, kan, nampak sekali keborosan ibunya menurun pada anak itu. Kalau dia mau berhemat, lebih baik dia masak sendiri daripada harus membeli nasi bungkus seperti itu. Itu lebih mahal tentunya.

Tapi ya sudahlah. Yang namanya tabiat tentu tak akan mudah untuk diubah.

"Nah itu Yoona." ujarku.

"Amira pasti dirawat di sana,"

Aku mempercepat langkah.

Aku menuju ke ruangan yang bertuliskan "RUANG ICU" di atas pintunya. Gagang pintu itu ku tarik, tapi,

"Maaf, Pak. Mau cari siapa? Ini ruang ICU tidak boleh sembarangan masuk. Maaf ya, Pak!" satpam mencegat langkahku.

"Aku mau mencari istriku, Pak. Ada hal penting yang ingin aku bahas," jawabku cepat.

"Maaf, pak. Pasien di ruangan ini rata-rata kondisinya sedang kritis, kalau tidak kritis, tentu tidak akan dirawat di ruang ini. Jadi mana bisa diajak untuk membahas sesuatu. Kalau memang mendesak, tunggu pasien pulih terlebih dahulu. Jadi maaf sekali." Satpam itu kembali berkata.

"Tapi dia istriku, Pak," aku keukeuh.

"Eh bukannya itu istrimu ada disampingmu?" tiba-tiba saja Yoona nyeletuk. Dasar anak nakal!

Aku menggeram. Tak mungkin juga jika aku mengatakan bahwa laila istri keduaku, bisa malu nanti Laila.

"Yoona, sopan sedikit bicara, Nak." aku menasihatinya.

"Baik, Pak. Terimakasih nasihatnya!" jawab Yoona seperti menyindirku saja. Tatapannya tak bersahabat. Mulai lagi dia.

"Yoona, kenapa kelihatannya kau memusuhiku? Aku ini ayahmu, lho!" Aku berkata menurunkan volume suaraku.

"Yah, kalau begitu aku juga mau tanya Ayah, mengapa ayah selalu ingin membuat masalah? Alih-alih bertanggung jawab, tapi malah selalu berusaha membuat keadaan ibu memburuk." Yoona berkata.

"Jangan katakan aku tidak bertanggung jawab pada ibumu, Yoona! Bukankah kemarin tanpa ia minta pun sudah kuberi dia uang? Berterima kasihlah padaku. Atau kalau tidak, tidak akan kuberi kalian uang lagi!" aku memelototi anak di depanku ini.

Tapi Yoona malah terkekeh. K*rang ajar sekali. Tak sopan.

"Iya ya, aku hampir lupa. Sebentar." ucapnya seraya merogoh kantong.

"Nih uang tiga ratus ribu yang kemarin ayah berikan pada ibu. Ayah simpan saja sendiri. Supaya Ayah tidak lagi mengingat-ingat dan membahasnya lagi. Capek aku kalau diingat-ingat dan di bahas terus." Ia meletakkan tiga lembar uang merah ke tanganku.

"Jangan berlagak tidak butuh uang dariku, Yoona!"

"Bukannya tidak butuh, tapi memang itu memang uangmu. Jadi ambillah kembali!" jawabnya.

"Astagfirullah ya Allah, maafkan Yoona, Dik Laila. Dia memang labil." Aku menoleh pada Laila-ku. Laila mengangguk.

"Nak, jangan jadi orang yang tidak berperasaan, jagalah perasaan Ummi Laila!" aku kembali menasehati.

Yoona tertawa. Apa ada yang lucu? Tentu tidak. Dianya saja yang tak bisa menghargai orang yang lebih tua. Hasil didikan yang benar-benar tidak berkelas.

"Benar sekali ayah. Sangat benar. Jangan jadi manusia yang tidak berperasaan. Aku setuju. Jadi sekarang bagaimana menurut Ayah, apa Ayah juga termasuk orang yang berperasaan?"

Astaga, kenapa Yoona jadi begini?

"Hormati ayahmu, Nak Yoona." Laila berujar lembut sekali.

"Terimakasih, Laila! Sayangnya, aku rasa tidak terlalu harus menghormatinya." Yoona menunjuk ke arahku.

"Ibumu memang ibu yang gagal mendidik anak." Sahutku.

"Lalu menurutmu kau ayah yang baik?"

Aku diam. Pertanyaannya ini kurasa selalu menyindir. Apa dia benci karena aku membawa Laila kemari? Apa dia cemburu aku mendapatkan pengganti istri yang jauh lebih memikat di banding ibunya?

"Kau jangan terlalu membenci Ummi Laila, Nak. Ayah tahu kau begini karena kecemburuanmu pada Ummi Laila, kan?"

Lagi-lagi Yoona terkekeh.

"Cemburu? Ha haa ... Dugaan yang terlalu berlebihan. Maafkan aku , ayah, justru kehadiran Laila di hidup ayah membuatku bersyukur. Artinya ayah akan lebih banyak menghabiskan waktu bersama Laila. Dan itu akan membuatku dan ibu bisa sedikit lebih tenang. Sebaiknya ayah tidak usah terlalu sering datang kemari. Aku serius." Yoona berkata dengan air muka sungguh-sungguh.

Aneh sekali ucapannya. Apa dia sungguh-sungguh lebih senang dengan ketidakberdaanku? Ah yang benar saja! Tidak mungkin! itu hanya kiasan bahasa saja. Salah satu ungkapan kecemburuannya.

"Memangnya siapa yang akan menanggung biaya hidup kalian bila aku tidak lagi peduli pada kalian, haa? Tidak usahlah berlagak seperti tak butuh!"

"Ayah lihat sendiri kan, kami masih hidup dan bernafas sekarang? Padahal sudah sejak sebulan kemarin Ayah tak menanggung biaya hidup kami." Yoona berujar santai sekali.

Aku terus bersabar pada tingkahnya. Seandainya tidak dilihat banyak orang, anak ini sudah pasti sudah kuberi pelajaran.

"Kau harus banyak belajar adab dari Laila, Yoona!"

"Ya, Ayah. Aku akan belajar pada Laila bagaimana caranya menikahi laki-laki yang istrinya sedang terbaring di rumah sakit. Itu hebat sekali, bukan?"

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App
Mga Comments (1)
goodnovel comment avatar
Yati Syahira
mantab laola ntar juga yoonaa sekarat di tinggal nikah lagi adil
Tignan lahat ng Komento

Pinakabagong kabanata

  • SETELAH 17 TAHUN PERNIKAHAN    Bab 45

    Bab 45Seharian ini pikiran tak tenang. Bayang-bayang Amira bersama seorang pria yang kulihat kemarin terus menghantui. Ada semacam rasa tak rela melihat kebersamaan tersebut. Aku tahu ini adalah perasaan yang salah, aku dan Amira sudah bercerai. Jadi tentu tidak ada hak bagiku untuk melarangnya Bersama siapapun yang dia sukai. Tapi masalahnya tidak sesingkat itu, jujur rasanya aku masih belum bisa berdamai dengan hati. Terlepas dari kesalahan apa yang telah Amira lakukan terhadap kami, rasa cinta masih tersisa untuknya.Amira memang sudah banyak berubah sekarang. Dan apakah dia memang mempunyai hubungan spesial dengan dokter tersebut atau tidak aku tidak tahu pasti. Tapi dari penglihatanku memang ada sebuah kedekatan di antara mereka. Hingga menyalakan api kecemburuan di hatiku. Memang aku mengetahui siapa Amira, dan rasanya susah dipercaya apabila seorang dokter bisa mencintai seorang wanita seperti Amira.Namun, jauh daripada itu aku harus mengakui jika Amira cukup bisa dise

  • SETELAH 17 TAHUN PERNIKAHAN    Bab 44

    Bab 44Sebenarnya aku ingin mengejar jejak langkah Amira. Tetapi lagi-lagi satpam sialan ini mencegah. "Amira ini adalah mantan istriku! Kamu tidak berhak untuk masuk ke dalam ranah pribadiku!" Aku menggertak."Kalau benar-benar masalah pribadi yang ingin anda bahas, sebaiknya jangan bahas di! Karena keamanan wilayah perkantoran ini berada dalam tanggung jawabku. Jadi tentu saja aku akan berusaha maksimal untuk turut menciptakan keamanan di sini!""Silakan pulang!" Satpam tersebut mengusir. Aku terpaksa menyingkir. Aku menelan saliva pikiran ini sungguh dibuat campur aduk.Melihat Amira yang meninggalkanku begitu saja, sungguh diri ini merasa tak berharga. Bahkan seseorang yang dulu takluk padaku pun sekarang sudah tak menganggap keberadaanku lagi. Amira benar-benar keterlaluan.Terasa semua usahaku hari ini sia-sia. Bayang Ibu melintas di pelupuk mata. Maafkan anakmu ini Bu, belum bisa memberikan yang terbaik untukmu. Hati Amira amatlah busuk, bahkan untuk berbagi uang dari ruma

  • SETELAH 17 TAHUN PERNIKAHAN    Bab 43

    Bab 43Siapa gerangan yang berani diam-diam menggadai rumahku?Oh ya Tuhaan, aku melupakan sesuatu selama ini. Aku lupa bahwa sertifikat rumahku hilang. Aku memang ceroboh. Tapi siapa yang lancang mencuri sertifikat tersebut? Selama ini hanya beberapa orang saja yang bisa bebas keluar masuk di rumah.Yang pertama adalah ibuku. Apa ibuku yang mengambilnya? Tidak mungkin l! Ibuku bukan pencuri. Yang kedua Elia, tapi sama seperti Ibu Elia bukan pencuri.Lalu Laila, Aku ragu bila menuduh Laila yang mengambilnya. Toh dulu ketika mengetahui sertifikat itu hilang Laila juga turut bersamaku mencari sertifikat tersebut. Jadi Laila aku skip dari daftar orang-orang yang patut dicurigai.Kemudian orang berikutnya adalah Yoona dan Amira. Sesuai dugaan awal, kecurigaan ku tetap jatuh pada mereka berdua. Menemui mereka adalah sebuah pilihan yang tepat. Mereka tidak bisa semaunya menggadai rumah orang. Tidak tahu diri sekali mereka.Tapi jika aku menemui mereka sekarang juga, bagaimana dengan ibu

  • SETELAH 17 TAHUN PERNIKAHAN    Bab 42

    Bab 42"Tutup mulutmu Laila! Aku tak suka kamu mengatakan Ibuku seperti ini! Apa kamu menyumpahi agar Ibuku cepat meninggal? Haaa?" Aku sudah tak tahan lagi menahan kemarahan ini."Aku dan Aliya sibuk-sibuk di rumah sakit mengurus ibu yang tengah kesakitan memperjuangkan rasa sakit. Sedangkan kamu Ternyata sedang senang senang di sini! Kamu tidak memikirkan bagaimana perasaanku! Di mana nuranimu!" Bibirku terus berkata. Amarahku benar-benar memuncak sekarang. Perbuatan Elia benar-benar sudah keterlaluan. "Kamu marah Aku di sini di rumah orang tuaku? Tidak bisa, Mas! Kamu tidak bisa mencegahku untuk pergi ke rumah orang tuaku! Kamu tidak bisa memaksaku hanya untuk mengurus keluargamu saja!" Laila malah melawanku dengan tidak menunjukkan rasa segan sedikitpun. Melihat kelakuannya saat ini, Aku sungguh dibuat murka. Dia adalah cerminan seorang istri yang tidak bisa menghormati suami dengan cara yang patut."Aku tidak memaksamu! Tapi kamu sendiri tidak ada inisiatif sedikitpun untuk me

  • SETELAH 17 TAHUN PERNIKAHAN    Bab 41

    Bab 41Ibu mertuaku stroke? Aduh ini tidak bisa kubayangkan. Tentu saja aku tidak menginginkan hal ini terjadi. Sebab, jika mertuaku sakit, suamiku pasti akan menghabiskan waktu lebih banyak Bersama sang ibu. Dan juga tentu kami akan kerepotan sekali. Ini nih definisi orang tua merepotkan.Dalam kekacauan ini, mataku mendapati satu sepeda motor berhenti tepat di depan rumah.Elia? Dia ke sini? Apa maunya? Ck ck ck"Ada apa El?" Tanyaku cepat."Mbak, keadaan Ibu semakin memburuk. Dokter bilang kita terlambat membawanya ke rumah sakit. Oleh karena ini kita sebagai anak beliau, mau tidak mau harus saling topang menopang untuk membiayai ibu. Supaya beliau bisa kembali sehat seperti sedia kala."Apaa? Dia bilang harus topang menopang dalam membiayai ibunya?"El, Mbak tidak bisa berbuat banyak dalam hal ini. Karena Mbak sendiri tidak mempunyai cukup uang. Kamu tahu sendiri kalau selama ini kakakmu itu nganggur. Tentu saja kami tidak punya apa-apa. Jadi bagaimana mungkin kami bisa ikut mem

  • SETELAH 17 TAHUN PERNIKAHAN    Bab 40

    "Ibuuuu...!" Kekhawatiranku sedikit mulai berkurang ketika aku lihat ibu telah bisa membuka kelopak mata."Bu, Ibu sudah siuman. Syukurlah...," aku memeluknya erat.Namun sesaat kemudian, aku menyadari bahwa Ibu tidak menanggapi ucapanku. Aku menatap Ibu beberapa saat."Ha... Habib....," suara Ibu terdengar aneh.Mataku menyipit tatkala kudapati kenyataan bahwa wajah Ibu terlihat tidak simetris. Bicaranya tidak terdengar sempurna, tidak jelas, dan yang pasti ini tidak seperti biasanya."Ibuuu?" Kepanikanku mulai naik satu tingkat lagi.Sepertinya Ibu ingin mengatakan sesuatu, tapi bibirnya terlihat tidak bisa menyampaikan keinginan beliau."Kita harus membawa ibu ke rumah sakit!" ucap ucapku cepat. "Bawa saja, Mas!" tanggap Laila."Kamu ikut?""Tidak."Aku kembali dibuat termangu."Kenapa tak ikut, Dik? Kalau kamu tak ikut bagaimana aku bisa membawa ibu ke rumah sakit? Siapa yang akan membantuku nantinya?ujarku padanya."Kamu bisa minta bayar taksi, Mas! Di rumah sakit ada dokter, p

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status