Biasanya, Davae akan sedikit malas menyambut hari baru karena mengingat sejumlah laporan yang di kantor harus dituntaskan sampai malam.
Namun, pagi ini sangat berbeda. Ia tidak terbebani dengan pikiran tentang pekerjaan. Hanya diisi oleh sosok Alena. Mulai dari senyuman manis hingga tubuh wanita itu yang seksi. Membuatnya ingin terus saja berimajinasi. Tetapi, berusaha untuk dikontrolnya.
Dan, daripada harus berkhayal menerus dan juga menciptakan fantasi semakin liar, Davae memilih menikmati pemandangan manis yang nyata tengah tersaji di hadapannya berkaitan dengan Alena. Wanita itu tengah memasak, memunggunginya.
Barang satu menit pun, tak mampu ia mengalihkan fokus dari Alena. Walaupun, hanya bagian belakang tubuh wanita itu dapat diabadikan. Namun, sudah dapat membangkitkan gairahnya.
Terutama, bokong dan pinggang ramping Alena yang ingin sekali ia peluk secara erat. Merebahkan kepala juga di salah satu bahu putih wanita itu.
Pastinya akan sangatlah menyenangkan. Bara hasrat kian bertambah, walau sebatas mengembangkan khayalannya sendiri. Menyenangkan berfantasi tentang seks.
“Ada apa, Sayang?” Davae langsung meluncurkan saja pertanyaan, saat Alena menoleh kepadanya.
“Kau ingin memastikan jika aku masih dengan setia memandangimu, bukan?” Davae lanjut berceloteh. Ingin mengeluarkan godaan supaya tidak semakin larut dalam fantasinya yang tak bisa dikontrol.
“Wow, kau memang benar memandangiku, ya? Aku pikir hanya dugaanku saja karena seperti ada yang sedang memerhatikan. Ternyata, aku tidak salah.”
Davae loloskan tawanya dengan kencang. Senang akan jawaban Alena yang terkesan menantang. Ia suka tipe wanita seperti Alena, bisa dengan mudah dan elegan menanggapi godaannya. Sayang, ia tengah dipunggungi oleh wanita itu. Padahal, ingin sekali melihat bagaimana ekspresi wajah Alena.
“Kau memang tidak salah, Miss Alena.” Davae pun melontarkan balasan seadanya.
Belum terpikirkan kalimat gurauan lanjutan. Bukan berarti dirinya akan mengakhiri segera momen menyenangkan ini.
“Kau suka tidak diperhatikan olehku, Miss Alena? Banyak wanita yang bilang jika aku sudah memberi perhatian kepada mereka, maka mereka merasa begitu bahagia.”
“Apakah kau sama seperti itu?”
Oh, Davae bangga dengan rangkaian kata-katanya yang tercipta dalam hitungan kurang dari lima detik saja dan langsung diluncurkan. Kemampuan dalam menggoda semakin terasah dari hari ke hari. Terjadi secara natural, tentu saja.
Alena pun tidak menyangka memiliki kemampuan yang demikian. Merasa tak cukup pandai melakukannya. Namun pada Alena, ingin dirinya tunjukkan. Tentu menyenangkan.
“Hahaha.”
Mendengar tawa renyah Alena, maka Davae segera bangun. Menjauhi cepat kursi tengah diduduki, lalu bergegas menghampiri Alena. Ia sungguh semakin penasaran akan raut wajah wanita itu.
Dan, dalam bayangannya, Alena tambah memesona manakala mengeluarkan gelakan dengan senyuman lebar. Debaran jantung yang mengencang tak bisa untuk dicegah. Terjadi begitu saja.
“Aku harus menjawab jujur atau bagaimana bagusnya, Mr. Davae? Kau lebih suka aku membalas dengan kata-kata bagaimana?”
Davae langsung memamerkan seringaian, saat Alena sudah memfokuskan pandangan ke arah dirinya. Tatapan wanita sungguh seperti magnet yang menariknya untuk membalas dengan lebih lekat memandang. Tak hanya mata Alena indah, namun juga wajah wanita itu begitu menawan. Cantik alami tanpa polesan make up berlebihan.
“Kau bebas mau menjawab yang bagaimana, Miss Alena. Sesuka hatimu saja.”
“Aku akan senang mendengar balasan apa saja darimu. Aku akan tetap terkesan.” Davae pun sengaja membalas dengan nada godaannya.
“Baiklah. Terima kasih, Mr. Davae.”
Davae mengeluarkan kekehan yang cukup kencang seraya digeleng-gelengkan kepala. Ia masih menyeringai. Fokus atensinya tak berubah.
Tetap terpusat pada sosok Alena. Semakin lama mereka menatap, maka akan menimbulkan sensasi aneh dalam dirinya. Namun, dapat dikenali dengan baik.
Coba juga untuk dikendalikan. Gairahnya tidak boleh bertambah. Kondisi kurang mampu untuk mendukung. Belum saatnya juga.
“Kenapa kau tertawa, Bos?”
Kembali, Davae menggeleng. “Aku hanya merasa lucu karena jawabanmu tadi.”
“Aku kira kau akan memberikan kata-kata yang bagus dan menarik. Tapi, justru terima kasih saja. Tidak sesuai ekspektasiku.” Davae pun menambahkan. Mengatakan jujur.
“Benarkah? Memang ekspektasimu seperti apa, Bos? Aku yang akan senang. Lalu, aku memelukmu erat. Bahkan, menciummu?”
Tawa Davae pecah lagi. “Hahah. Tidak. Aku belum berekspektasi setinggi itu. Tapi kau harus tahu sebuah fakta, Miss Alena.”
“Fakta apa yang kau maksudkan, Bos?”
“Kau cantik, Miss Alena.” Davae pun menunjukkan secara langsung kekaguman lewat ucapan singkat yang dialunkan dengan suara lembut nan dalam.
“Hmm. Aku harus akui aku cantik dan juga seksi. Itu mengapa kau menyukaiku bukan?”
.........................
Sejak pemberitahuan dari Amanda Geovant, Davae tidak bisa tenang. Isi kepalanya hanya tentang Alena dengan beragam pertanyaan mengarah pada hal-hal negatif juga terpikirkan. Tidak ada konsentrasi yang tercurah pada pekerjaan atau rancangan strategi-strategi bisnis baru seperti biasa.Pertemuan bersama Amanda hanya berlangsung 30 menit saja. Ia bahkan tak menyantap apa-apa selama di restoran. Jam makan siang dilewatkan begitu saja. Rasa lapar menyerangnya, namun tidak ada keinginan untuk mengisi perut. Bahkan, minum air saja tidak sampai habis satu botol.Logika Davae terus mengirimkan perdebatan-perdebatan masuk akal ke dalam kepala. Tentang bagaimana dirinya yang bisa begitu kacau dan gundah disebabkan seorang wanita. Prinsip selama ini telah dipegang, tidak dapat untuk diterapkan. Kelemahan baru yang muncul karena Alena. Wanita itu benar-benar memiliki kekuatan untuk memengaruhinya. Atau memang kesalahan terletak pada dirinya yang tidak bisa memberlakukan pengendalia
Alena meninggalkan apartemen Davae mendekati pukul tujuh pagi secara diam-diam, sebelum sang atasan bangun. Alasannya karena tidak ingin sampai Davae mengetahui tempat tujuannya. Lebih baik pergi tanpa ada pemberitahuan sama sekali, daripada harus mengatakan kepada sang atasan. Pastinya akan menimbulkan kecurigaan seba orang yang akan ditemuinya adalah Amanda Geovant.Untuk tiba di apartemen bos wanitanya itu hanya memakan waktu dua puluh menit saja. Tentu, kunjungan yang ia lakukan tak ada janji malam sebelumnya. Datang secara mendadak. Namun, saat dalam perjalanan, sudah dikirimkan pesan singkat yang berisikan ia akan menemui secara pribadi di apartemen. Tentang pembahasan akan dibicarakan masih dirahasiakan dari Amanda Geovant.Sudah sebanyak tiga kali bel dibunyikan, belum ada tanda-tanda bos utamanya itu membukakan pintu. Dan, Alena memilih menunggu saja sembari menyandarkan punggung di dinding. Tidak akan dilakukan pembunyian bel lagi karena enggan mengganggu. Ji
Dan terakhir kali, bertemu dengan Davae adalah tadi pagi, saat sarapan bersama. Sebelum ia ditinggalkan pergi, entah ke mana. Sang atasan memang libur hari ini sesuai apa yang dikatakan padanya semalam.Alena tak bertanya, walau sedikit penasaran. Namun, dicegah dirinya mencari informasi secara langsung. Alena mementingkan egonya. Mengabaikan rasa ingin tahu. Lebih baik, mengikuti apa yang sang atasan berikan perintah kepada dirinya tanpa mengajukan pertanyaan sama sekali.Sampai pada pemberitahuan yang diterima sekitar satu jam lalu melalui telepon dari seseorang. Wanita itu mengatakan seorang pelayan restoran mewah, tempat di mana Davae sedang mabuk. Ia diperintahkan agar pergi ke sana menjemput pria itu. Alena tak ada pilihan selain mengiyakan saja. Kontrak kerja masih diutamakan.Segera saja, ia bergegas ke restoran yang dimaksud. Jaraknya tak cukup jauh. 15 menit sudah mampu ditempuh. Sesampai di sana, wanita mengaku pelayan dan menelepon tadi mengantarkann
Penyesalan memanglah selalu ada diakhir, kewarasannya sudah mulai bisa dengan baik bekerja. Ya, setelah percintaan panasnya dan Davae berakhir. Sekitar satu jam lalu.Terus dirutuki kebodohannya yang hanya mementingkan pemuasan atas gairah dari pada kenyataan. Alena tidak akan mampu menyalahkan siapa-siapa, apalagi Davae. Justru dirinya yang berperan penting dalam menggelorakan gairah pria itu bercinta.Alena bukannya tidak ingin bersikap tenang. Ia sudah berusaha menganggap semuanya sebagai permainan belaka. Lagipula, Davae tidaklah satu-satunya pria yang pernah tidur dengannya. Namun, harus diakui jika setiap sentuhan dan juga ciuman dilakukan oleh pria itu membawa rasa bahagia tersendiri. Berbeda karena ia melibatkan perasaan.Alena tidak kuasa membendung air matanya seiring kesesakan menghantam dada, ketika pikiran rasionalnya terus memberi sugesti bahwa keberlanjutan hubungan di antara dirinya dan Davae tidak akan ada. Mungkin sebatas rekan kerja. Lalu, ses
Alena menempatkan jari telunjuk di bibir Davae. Menyebabkan pria itu jadi berhenti berbicara. Lantas, Alena mengangguk pelan. Diiringi juga dengan senyuman lebar.Davae jelas senang akan pengabulan atas permintaan. Ia tidak membuang waktu lagi. Segera melepaskan semua pakaian melekat pada tubuh, tanpa sehelai benang.Pergerakannya cepat dalam mengambil pengaman disimpan di salah satu laci nakas dekat meja kerjanya. Setelah memasang dengan benar pada bukti gairahnya yang semakin mengeras, Davae kembali naik ke kasur. Melebarkan kedua paha Alena seraya menatap lekat wanita itu, tak berkedip."Kau sangat cantik," pujinya dengan suara menggoda. Lalu, memberikan ciumannya."Aku menyayangimu, Sayang."Alena tak hanya dibuat kaku oleh ucapan bernada manis Davae saja, melainkan juga penyatuan yang sudah terjadi di antara mereka. Pria itu memasukkan bukti gairah ke lipatan basahnya tanpa ada kendali. Tidak dirasakan sakit karena milik Davae yang tak terlalu
Debaran jantung terus saja berpacu kencang bersamaan dengan ketegangan pada tubuh yang membuatnya tak bisa bergerak. Tetapi, tetap bisa merasakan kehangatan mulut dari Davae di dadanya. Termasuk tangan-tangan pria itu yang tengah menari-nari di sana.Kekakuan sedang melanda pun berusaha dihilangkan segera dengan mengalihkan perhatian. Tidak berfokus pada aksi Davae. Melainkan, hal lain. Sesuatu yang dapat ia lakukan guna merangsang pria itu.Ide datang secara cepat. Maka, langsung saja dipraktikkan. Kedua tangan diletakkan di kepala Davae. Belaian-belaian yang halus diberikannya. Rasa geli pun hadir tidak lama kemudian, akibat gesekan wajah Davae di dadanya. Pria itu sedang tersenyum. Tawa sang atasan dapat terdengar oleh telinganya.Alena menyeringai cukup lebar, saat Davae memandang dengan tatapan nakal. Masih berada di atasnya dengan topangan kedua tangan. Mata pria itu semakin berkilat oleh bara gairah. Ia gemas, lantas melayangkan ciuman di bibir pria itu,