"Wooww!" Alena berseru cukup keras dengan rasa kaget juga besar. Mata terus tertuju ke cek rekening yang tengah dipegangnya. "Apa masih kurang?" Alena menggeleng cepat dengan gerakan yang mantap. Lalu, pandangan diarahkan lurus. Tepat ke sosok Davae Hernandez, atasan barunya. Pria itu menyeringai seksi. "Sudah lebih dari cukup untuk bayaran awal." Alena menjawab riang. "Kau memberikanku sepuluh juta dollar. Wooww!" Alena mendengar tawa keras Davae. Mata pria itu menampakkan rasa percaya diri dan bangga yang kuat. Alena menyukainya. Davae begitu menarik "Aku bisa memberikan lebih, asal kau bisa bekerja dengan benar. Menghasilkan kerja yang bagus." Alena kali ini menunjukkan seringai lebar. "Kalau kau masih ragu, kau bisa melihat resume hasil kerjaku sebagai bukti nyata." "Hmm, tidak perlu, Miss Alena. Aku selalu yakin jika pilihanku sudah benar." "Dalam kontrak, aku dan kau akan tidur bersama, Mr. Davae? Aku setuju. Sepertinya kau punya pengalaman bagus. Kau membuatku penasaran." "Tidak hanya kau saja yang merasa penasaran, Miss Alena. Aku pun juga. Aku rasa kita mampu menciptakan percintaan yang panas dan puas." ……… … Davae Hernandez tidak bisa menolak pesona Alena Feyord Lewis. Wanita itu cerdas dan begitu seksi. Daya tarik yang bak magnet terus menguat setiap hari karena kebersamaan mereka lalui. Tak akan bisa menyalahkan menyalanya gairah semakin besar pada Alena. Dan, bukan hanya dirinya saja yang menginginkan wanita itu, Alena pun memiliki hasrat membara sama sepertinya. Mereka memutuskan hubungan terjalin tak hanya sekadar rekan kerja. Namun, berakhir di ranjang sesuai kesepakatan.
View More"Miss Alena!"
Dipercepat langkah kedua kakinya yang mengenakan high heels dengan tinggi mencapai lima sentimeter. Sudah cukup terbiasa digunakan jadi ia berjalan pun santai, tanpa beban. Walaupun tahu jika masalah baru tengah menantinya.
Arah tujuan Alena adalah meja kerja milik Jasmine Vlaour Reyes, sekretaris utama sang atasan. Lambaikan tangan dilakukan wanita itu ditambah akan ekspresi cemas di wajah sudah menjadi tanda jika kehadiran dirinya memang sudah ditunggu-tunggu sejak tadi.
"Akhirnya kau sampai juga. Untung saja aku tidak jadi menyuruh bodyguard khusus menjemputmu karena aku berpikir kau tidak akan datang kemari. Untung saja kau masih bisa menunjukkan sikap patuhmu."
Respons pertama Alena hanyalah tawa yang cukup kencang, meskipun ucapan Jasmine Vlaour sama sekali tidak patut ia anggap sebagai lelucon karena wanita itu mengatakan dengan raut yang serius.
"Siapa memerintah? Pasti 'Bos Cerewet Cantik' kita itu bukan? Aku sudah menduganya, Miss Jasmine. Kau jangan menyembunyikan," ujar Alena dengan santai, setelah sampai di depan meja Jasmine.
Tak lama menanti tanggapan dari wanita itu, diberi anggukan pelan. Lalu, Alena menambah lagi tarikan pada masing-masing sudut bibir untuk membentuk senyuman yang semakin melebar. Tawa keluar.
"Kau benar, Miss Alena. Tapi, tidak jadi karena kau sudah datang kemari, walau kau terlambat. Miss Amanda pasti akan tetap mengomelimu."
Alena mengangguk. Menandakan kesetujuan atas perkataan Jasmine. "Tentu saja aku kena marah."
"Astaga, aku heran pada Miss Amanda. Tidak bisa aku dipercaya? Aku tidak akan mungkin sampai membatalkan kontrak yang sudah ditawar dengan cara kabur. Ada-ada saja atasan kita itu sampai meminta bodyguard khusus menjemputku," lanjut Alena mengeluarkan pendapat tengah dipikirkan.
"Aku tahu jika aku sangat dibutuhkan. Tidak mu--"
"Miss Alena, kau lebih baik cepat masuk ke dalam saja. Teruskan keluh kesahmu nanti setelah urusan dengan Miss Amanda selesai. Aku akan menemani sampai jam berapa pun yang kau mau. Oke?"
Tak ada pilihan lain selain menuruti perkataan dari Jasmine, enggan menimbulkan masalah yang bisa membuat wanita itu menampakkan sisi galak cukup menyeramkan. Jasmine juga bisa saja berdiam diri beberapa hari terhadapnya. Sesuatu yang ia tidak inginkan. Lebih baik memang menuruti saja.
"Baiklah, aku akan menemui Miss Amanda," ujar Alena masih dalam nada santai sembari melangkah menjauhi dari meja kerja rapi dan tertata Jasmine.
Tujuannya tentu ruangan yang berjarak sekitar lima meter di depan. Kedua kaki digerakkan dengan laju sama seperti tadi. Hanya akan diperlukan kurang dari satu menit untuk sampai. Dan, beberapa detik setelahnya, ia sudah bisa berada di dalam ruangan.
"Kauuu!"
Alena masih memasang ekspresi biasa saja, saat mendapatkan seruan lantang yang kesal dari atasannya, Miss Amanda Georvant. Ia lantas berhenti melangkah, sudah berada di depan meja kerja CEO sekaligus founder dari perusahaan tempatnya bekerja kini itu.
"Aku terlambat? Baiklah, aku minta maaf. Aku kurang disiplin," balasnya dengan nada santai. Tanpa ada rasa bersalah sama sekali.
"Ya, hanya sedikit kurang disiplin," ralatnya kemudian. Senyuman tipis diukir, kali ini.
"Kau tidak hanya kurang disiplin. Ada lagi. Dan sebagian besar sikapmu membuatku ingin marah. Tapi, kau salah satu talent di sini yang bisa memberikanku keuntungan hingga jutaan dollar. Jadi, aku tidak akan bisa memecatmu. Kau terlalu berharga."
"Aku bisa menolerir sikapmu. Kau bukanlah orang arogan, walaupun suka membantah nasihat yang selalu aku beri kepadamu. Aku tetap tidak akan protes. Karena, kau sudah memberikan keuntungan cukup besar."
Alena menyunggingkan senyum yang lebih besar seraya meloloskan suara tawa juga. Ia lantas mengangguk. Dua kali saja. Ditatap masih dengan lekat sang atasan. "Trims, ya. Kau memang bos terbaik, Miss Amanda."
Tak ada ketersinggungan yang dirasakan karena sahutan dari Amanda Geovant untuknya. Sudah diketahui benar sikap sang atasan sebab mereka sudah mengenal sejak lama. Lebih dari sepuluh tahun berteman. Walau tidak dekat layaknya sahabat baik, tetapi mereka cukup bisa saling memahami.
Sejak pemberitahuan dari Amanda Geovant, Davae tidak bisa tenang. Isi kepalanya hanya tentang Alena dengan beragam pertanyaan mengarah pada hal-hal negatif juga terpikirkan. Tidak ada konsentrasi yang tercurah pada pekerjaan atau rancangan strategi-strategi bisnis baru seperti biasa.Pertemuan bersama Amanda hanya berlangsung 30 menit saja. Ia bahkan tak menyantap apa-apa selama di restoran. Jam makan siang dilewatkan begitu saja. Rasa lapar menyerangnya, namun tidak ada keinginan untuk mengisi perut. Bahkan, minum air saja tidak sampai habis satu botol.Logika Davae terus mengirimkan perdebatan-perdebatan masuk akal ke dalam kepala. Tentang bagaimana dirinya yang bisa begitu kacau dan gundah disebabkan seorang wanita. Prinsip selama ini telah dipegang, tidak dapat untuk diterapkan. Kelemahan baru yang muncul karena Alena. Wanita itu benar-benar memiliki kekuatan untuk memengaruhinya. Atau memang kesalahan terletak pada dirinya yang tidak bisa memberlakukan pengendalia
Alena meninggalkan apartemen Davae mendekati pukul tujuh pagi secara diam-diam, sebelum sang atasan bangun. Alasannya karena tidak ingin sampai Davae mengetahui tempat tujuannya. Lebih baik pergi tanpa ada pemberitahuan sama sekali, daripada harus mengatakan kepada sang atasan. Pastinya akan menimbulkan kecurigaan seba orang yang akan ditemuinya adalah Amanda Geovant.Untuk tiba di apartemen bos wanitanya itu hanya memakan waktu dua puluh menit saja. Tentu, kunjungan yang ia lakukan tak ada janji malam sebelumnya. Datang secara mendadak. Namun, saat dalam perjalanan, sudah dikirimkan pesan singkat yang berisikan ia akan menemui secara pribadi di apartemen. Tentang pembahasan akan dibicarakan masih dirahasiakan dari Amanda Geovant.Sudah sebanyak tiga kali bel dibunyikan, belum ada tanda-tanda bos utamanya itu membukakan pintu. Dan, Alena memilih menunggu saja sembari menyandarkan punggung di dinding. Tidak akan dilakukan pembunyian bel lagi karena enggan mengganggu. Ji
Dan terakhir kali, bertemu dengan Davae adalah tadi pagi, saat sarapan bersama. Sebelum ia ditinggalkan pergi, entah ke mana. Sang atasan memang libur hari ini sesuai apa yang dikatakan padanya semalam.Alena tak bertanya, walau sedikit penasaran. Namun, dicegah dirinya mencari informasi secara langsung. Alena mementingkan egonya. Mengabaikan rasa ingin tahu. Lebih baik, mengikuti apa yang sang atasan berikan perintah kepada dirinya tanpa mengajukan pertanyaan sama sekali.Sampai pada pemberitahuan yang diterima sekitar satu jam lalu melalui telepon dari seseorang. Wanita itu mengatakan seorang pelayan restoran mewah, tempat di mana Davae sedang mabuk. Ia diperintahkan agar pergi ke sana menjemput pria itu. Alena tak ada pilihan selain mengiyakan saja. Kontrak kerja masih diutamakan.Segera saja, ia bergegas ke restoran yang dimaksud. Jaraknya tak cukup jauh. 15 menit sudah mampu ditempuh. Sesampai di sana, wanita mengaku pelayan dan menelepon tadi mengantarkann
Penyesalan memanglah selalu ada diakhir, kewarasannya sudah mulai bisa dengan baik bekerja. Ya, setelah percintaan panasnya dan Davae berakhir. Sekitar satu jam lalu.Terus dirutuki kebodohannya yang hanya mementingkan pemuasan atas gairah dari pada kenyataan. Alena tidak akan mampu menyalahkan siapa-siapa, apalagi Davae. Justru dirinya yang berperan penting dalam menggelorakan gairah pria itu bercinta.Alena bukannya tidak ingin bersikap tenang. Ia sudah berusaha menganggap semuanya sebagai permainan belaka. Lagipula, Davae tidaklah satu-satunya pria yang pernah tidur dengannya. Namun, harus diakui jika setiap sentuhan dan juga ciuman dilakukan oleh pria itu membawa rasa bahagia tersendiri. Berbeda karena ia melibatkan perasaan.Alena tidak kuasa membendung air matanya seiring kesesakan menghantam dada, ketika pikiran rasionalnya terus memberi sugesti bahwa keberlanjutan hubungan di antara dirinya dan Davae tidak akan ada. Mungkin sebatas rekan kerja. Lalu, ses
Alena menempatkan jari telunjuk di bibir Davae. Menyebabkan pria itu jadi berhenti berbicara. Lantas, Alena mengangguk pelan. Diiringi juga dengan senyuman lebar.Davae jelas senang akan pengabulan atas permintaan. Ia tidak membuang waktu lagi. Segera melepaskan semua pakaian melekat pada tubuh, tanpa sehelai benang.Pergerakannya cepat dalam mengambil pengaman disimpan di salah satu laci nakas dekat meja kerjanya. Setelah memasang dengan benar pada bukti gairahnya yang semakin mengeras, Davae kembali naik ke kasur. Melebarkan kedua paha Alena seraya menatap lekat wanita itu, tak berkedip."Kau sangat cantik," pujinya dengan suara menggoda. Lalu, memberikan ciumannya."Aku menyayangimu, Sayang."Alena tak hanya dibuat kaku oleh ucapan bernada manis Davae saja, melainkan juga penyatuan yang sudah terjadi di antara mereka. Pria itu memasukkan bukti gairah ke lipatan basahnya tanpa ada kendali. Tidak dirasakan sakit karena milik Davae yang tak terlalu
Debaran jantung terus saja berpacu kencang bersamaan dengan ketegangan pada tubuh yang membuatnya tak bisa bergerak. Tetapi, tetap bisa merasakan kehangatan mulut dari Davae di dadanya. Termasuk tangan-tangan pria itu yang tengah menari-nari di sana.Kekakuan sedang melanda pun berusaha dihilangkan segera dengan mengalihkan perhatian. Tidak berfokus pada aksi Davae. Melainkan, hal lain. Sesuatu yang dapat ia lakukan guna merangsang pria itu.Ide datang secara cepat. Maka, langsung saja dipraktikkan. Kedua tangan diletakkan di kepala Davae. Belaian-belaian yang halus diberikannya. Rasa geli pun hadir tidak lama kemudian, akibat gesekan wajah Davae di dadanya. Pria itu sedang tersenyum. Tawa sang atasan dapat terdengar oleh telinganya.Alena menyeringai cukup lebar, saat Davae memandang dengan tatapan nakal. Masih berada di atasnya dengan topangan kedua tangan. Mata pria itu semakin berkilat oleh bara gairah. Ia gemas, lantas melayangkan ciuman di bibir pria itu,
Davae tak bisa berhenti mengulum senyum di wajah, saat membaca satu per satu pesan yang diterimanya. Rata-rata dikirimkan oleh rekan bisnis diajaknya rapat tadi. Dan, yang paling teristimewa adalah ucapan dari sang ayah. Dilanjutkan pesan manis ibunya. Ucapan selamat dari kedua orangtuanya paling berarti untuknya.Sudah cukup membuat rasa bangga Davae pada dirinya sendiri bertambah. Walau, adik perempuan kesayangannya absen memberi selamat atas keberhasilan memenangkan proyek besar. Namun, ia yakin jika sang adik merasa senang juga akan pencapaiannya. Walau, tidak akan ditunjukkan secara langsung. Mengingat, ia dianggap sebagai saingan kuat dalam berbisnis dan juga melanjutkan perusahaan. Namun, tak pernah sekalipun ia anggap saudari bungsunya sebagai lawan."Sayang ...," Davae memanggil mesra, ketika sadar Alena telah keluar dari dalam kamar. Senyuman pun mengembang refleks di wajah dengan cukup lebar.Melihat wanita itu yang mengenakan tank top hitam dan celan
Alena akhirnya mengingkari janji yang telah dibuat pada Davae Hernandez. Ia keluar dari ruangan kerja pria itu lagi, setelah bertemu dengan Titans Genon. Benar-benar pergi meninggalkan kantor, tidak kembali. Tujuan Alena adalah pulang ke apartemen pria itu. Tak ada tempat lainnya, tatkala perjanjian harus tetap dipenuhi meskipun dengan cukup berat hati dilakukan, selepas mengetahui fakta buruk.Alasan yang kuat mendasari, yakni suasana hati semakin memburuk saja. Ia pun membutuhkan tempat menyendiri dan beristirahat. Tidak ada cara ampuh selain tidur di kamar berjam-jam. Bahkan, hingga waktu berganti esok hari belum cukup untuk menghilangkan beban pikiran yang berdampak pada perasaan dan hatinya.Apa yang sekiranya akan bisa mengurangi kegundahan hati, nyatanya tak demikian. Ia justru tidak mengantuk. Alena berbaring di atas kasur dengan pemikiran yang melayang jauh. Dikuasai oleh kesimpulan-kesimpulan negatif tentang sosok dari Davae. Walau memang belum ada bukti kuat
Alena merasa semakin tak nyaman dengan kehadiran wanita bernama Adaline di dalam ruangan, kontras akan interaksi awal yang cukup akrab. Tepatnya sebelum ia tahu bahwa wanita itu menyandang status sebagai kekasih Davae. Dan setelah fakta mengejutkan berhasil diterima, ia menjadi tambah tak tenang.Mereka pun sudah bersama berada di dalam ruangan hampir satu jam. Pergantian waktu yang bagi Alena terbilang kama. Ia bahkan memiliki keinginan terpendam di dalam hati supaya wanita itu pergi sesegera mungkin tanpa menunggu sang atasan selesai rapat. Dan dua jam lagi durasi yang harus dilewatkan mereka berdua jika wanita itu tetap bertahan sampai Davae kembali ke ruangan kerja.Pemikiran yang tidak seharusnya tercipta. Alena sadar jika kehendaknya tak baik. Ia tentu akan batal mewujudkan. Namun, di dalam hati, Alena masih terus berharap. Ingin egois kali ini karena kegelisahan serta kurang nyaman kian membesar. Harus dipikirkan juga bagaimana perasaannya. Menghindari hal
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments