Share

3. Fakta yang mengejutkan.

last update Last Updated: 2023-11-18 07:09:10

Setelah ayah masuk, dan pintu kembali tertutup.

Aku pun segera melangkah perlahan menuju samping rumah.

Hanya di samping ini saja yang tak ada lampu sama sekali.

Aku jadi bebas menguping pembicaraan mereka di dalam sana.

"Kenapa datang? Ganggu aja." Itu suara ibu.

Suaranya terdengar ketus tanpa merasa takut sedikitpun pada ayah.

"Abang lupa, kalau hari kamis sampai hari Minggu adalah waktuku bersama Sari?" Suara paman pun terdengar kurang enak.

Dia mungkin merasa terganggu. Karena kedatangan ayah membuatnya harus menghentikan kegiatannya bersama ibu.

"Mas minta maaf karena mengganggu kalian. Tapi ada hal penting yang harus kita bicarakan malam ini juga."

"Hal penting apa, sih? Emang nggak bisa besok aja?" tukas paman.

Aku tak tau bagaimana ekspresi wajahnya sekarang. Tapi dari nada bicaranya, paman seperti tak menyukai ayah.

"Ini soal Sandra," jawab ayah tanpa mengindahkan protes dari paman.

"Kenapa dengan anakmu itu?" tanya paman dengan nada suara yang sama.

"Dia anakmu, Mas. Bukan anaknya." Ibu menentang ucapan paman.

Sedangkan aku yang mendengar obrolan mereka hampir jatuh pingsan.

Detak jantungku berdegup kencang. Tak mengerti arah pembicaraan mereka.

Kenyataan apa lagi ini, ya Allah?

Aku anak siapa?

Isakan tangisku terdengar lirih.

Ku pukul dada ini agar bisa mengurangi sedikit rasa sesak di dalamnya.

Sungguh rasanya seperti ada benda berat yang menimpanya di dalam sana.

Rasanya aku tak kuat bila terus mendengar obrolan mereka.

Tapi aku juga tak mau menyia-nyiakan kesempatan untuk mengetahui rahasia mereka.

"Dia bukan anakku. Aku yakin itu!" bantah paman.

"Tapi, dul—"

"Itu bukan hal penting yang harus kita bicarakan sekarang. Aku datang kesini untuk memberitahu kalian bahwa Sandra sudah mulai curiga dengan kebiasaan kita." Ayah menyela ucapan ibu.

"Lalu kita harus apa? Nggak mungkin kalau satu Minggu penuh, Abang yang menguasai Sari. Dia juga istriku."

Deg!

Astaghfirullah. Apa lagi ini?

Apa ibu penganut poliandri?

Kalau iya. Kenapa aku baru mengetahuinya sekarang?

Pintar sekali mereka menyimpan rahasia.

Lalu aku anak siapa?

Sudah tak ada lagi air mata yang tumpah. Mata ini sudah terlalu perih untuk mengeluarkan cairan bening itu lagi.

Bertubi-tubi aku mendapatkan kejutan malam ini.

Rasa kecewa sudah bercampur dengan amarah.

Ya. Aku marah pada ayah, dan ibu yang menyimpan masalah ini sedemikian rupa.

Hingga kini aku baru mengetahuinya.

Aku tau mereka mungkin punya alasan tersendiri tentang berbagi istri.

Tapi aku juga turut andil di dalamnya.

Sekarang aku bingung siapa ayah kandungku yang sebenarnya.

"Abang tau itu. Makanya Abang datang kesini supaya kita rembukan ini bersama bagaimana baiknya."

"Kasih tau aja langsung sama Sandra. Gitu aja kok repot," ucap ibu dengan sewot.

"Mas takut melukai hatinya, dek."

"Hmm. Kalau gitu, Abang ceraikan Sari aja." Paman memberi usul.

"Itu nggak akan terjadi," sahut ayah tegas.

Aku merutuki jawaban ayah yang menolak untuk menceraikan ibu.

Apalagi yang mau dia pertahankan dari hubungan yang sudah lama tak sehat ini?

Setiap hari, ayah selalu diperlakukan tak baik oleh ibu.

Aku tak pernah melihat ibu menyiapkan kebutuhan ayah seperti yang biasa bibi Wati lakukan pada paman.

Ibu hanya memasak, itupun jika aku sedang sibuk dengan sekolahku. Karena dari bangku SMP, aku sudah mulai memasak.

Ibu hanya bersolek. Merias diri, dan wajahnya saja.

Setiap ayah pulang dari kebun, ibu tak pernah menyambutnya.

Dia seakan-akan sibuk dengan dunianya sendiri.

Betapa bodohnya aku yang baru bisa melihat dengan jelas perlakuan ibu pada ayah sangat berbeda, setelah tau kebenarannya.

Ibu juga tak pernah berkumpul bersama tetangga di sekitar rumah.

Dia hanya akan keluar jika pergi berbelanja saja.

Dan…

Ah. Aku baru ingat sekarang.

Ibu selalu membeli pakaian bermerek, dan alat make-up yang mahal.

Dari mana dia mendapatkan uang untuk membeli semua itu?

Sudah pasti dari paman, suaminya.

Entah suami pertama atau kedua, aku tak tau.

Sebab, ayah tidak mempunyai uang sebanyak itu.

Ayah hanya seorang petani yang bisa mendapatkan uang jika hasil panennya terjual. Itupun tidak seberapa.

"Kenapa? Kenapa Abang nggak mau menceraikan Sari? Karena wasiat dari almarhum orang tua kita?" tanya paman.

Ayah hanya diam, tak menjawab.

"Wasiat itu sudah lama, bang. Abang bisa segera menceraikan Sari. Atau Abang punya alasan lain untuk bertahan?"

Lagi-lagi suara ayah tak terdengar.

Lama-lama aku menjadi kasihan pada ayah.

Dia sepertinya enggan melepas ibu. Tapi jika dipertahankan pun untuk apa?

Aku masih ingat dengan jelas bahu ayah yang bergetar saat mendengar suara aneh tadi

Itu artinya dia terluka. Kenapa tak dia lepas saja?

"Dorr! Hayo, kamu ngapain disini?"

Aku hampir terjungkal karena sebuah suara yang mengejutkanku.

Bagai orang kesetanan aku segera menoleh ke asal suara.

Setelah menemukan siapa pelakunya. Aku dengan cepat menarik orang tersebut menjauh dari tempat itu.

Aku melangkah cepat menuju kebun belakang rumah dengan tangan terus menarik orang yang sudah mengagetkan ku tadi.

"Kamu kenapa ngagetin aku, sih?" Dengan kesal aku bertanya pada Andi, teman sekolahku.

Entah dari mana dia, sampai-sampai bisa muncul di samping rumahku.

"Lah, kamu juga ngapain disitu? Kaya maling aja," sahutnya tak mau kalah.

Dia mengarahkan senter yang dibawanya ke sembarang arah.

"Matiin senternya."

"Kenapa? Kamu mau gelap-gelapan sama aku di sini? Sorry ya, aku masih suci. Ngga mau di grepe-grepe sama kamu." Dia menyembunyikan senter di belakang tubuhnya.

Tanpa menyahut ucapan konyolnya aku segera merebut senter tersebut, dan mematikannya.

Tanganku langsung membekap mulutnya saat dia hendak protes.

"Nggak ada siapa-siapa disini. Abang mending pulang ke pondok aja." Suara paman terdengar dekat.

Sudah kuduga mereka pasti mendengar suara Andi tadi.

Beruntung ada kandang ayam di belakang rumah. Itulah yang menjadi tempat kami bersembunyi.

____

"Kamu kenapa diam aja, San? Kamu marah gara-gara aku ngagetin kamu tadi? Terus ini kamu mau ke mana? Udah malam, loh ini." Andi mengejar langkahku dari belakang.

Mulutnya sedari tadi tak bisa diam.

Andi adalah tetangga jauhku. Wajar jika dirinya tidak mengetahui kebiasaan aneh keluargaku.

Aku tertawa miris saat mengingat kembali kenyataan yang tadi baru ku tau.

Namun, tawa itu tak bertahan lama. Karena tak lama air mata pun jatuh menganak sungai.

Selama ini aku mencoba menerima sikap ibu yang kasar tanpa bertanya mengapa dia bersikap demikian.

Mungkin sebagai bentuk kasih sayangnya padaku.

Tapi kenyataannya bukanlah itu.

Tapi, apa aku masih bisa menerima perlakuannya setelah aku tau kenyataannya?

Kenyataan yang membuat hati ini sangat sakit.

Bagaimana tanggapan tetangga sekitar jika mengetahui fakta ini?

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • SKANDAL PERNIKAHAN BERSAMA ADIK IPAR   54

    Sudah hampir satu Minggu Tejo menunggu kabar dari Fatima dengan rasa gelisah. Dia takut Fatima menolak pinangan darinya,namun apapun itu. Tejo sudah berjanji akan menghargai keputusan Fatima.“Mari makan siang, Bang!” Ajak seorang pekerja yang mengurus kebun Tejo.“Duluan saja, Ri. Aku nanti saja.” Tejo menjawab sekenanya. Ya, dia sekarang tengah berada di kebun miliknya. Kebun yang selama ini dia abaikan karena sibuk dengan nikmat duniawi. Dia membiarkan pekerjanya yang mengurus semuanya, dan dia hanya tinggal menerima hasilnya saja.Namun, semenjak sembuh dari sakitnya. Dia perlahan sudah mulai berkebun kembali. “Huuuft!” Tejo membuang nafasnya dengan kasar. Matanya tak lepas menatap layar ponsel dalam genggamannya dengan perasaan gelisah. Dia menunggu kabar dari Dayat, abangnya. Saat mereka hendak meninggalkan rumah Fatima saat itu, Fatima berkata bahwa dia akan menghubungi Siska untuk menyampaikan keputusannya. Kring…. Kring…. Kring! Ponsel dalam genggaman Tejo berdering c

  • SKANDAL PERNIKAHAN BERSAMA ADIK IPAR   53

    “Tejo, hei!” Dayat menepuk pundak sang adik cukup keras karena kesal. Sedari tadi dia memanggil adiknya itu, namun adiknya sibuk melamun. Tejo menoleh ke arah abangnya dengan wajah kaget. “Ada apa, bang?” Dayat mendengus. “Makan. Dari tadi di panggilin susah banget, Jo. Kalau suka, bilang saja.” “Seandainya dia bukan sahabatnya mbak Siska,” ujar Tejo dengan tatapan menerawang. Dayat berdecak, sedari tadi adiknya sekali berkata begitu. Apa hubungannya dengan Siska?“Ada apa dengan mbak-mu?” “Aku takut mbak Siska ceritain ke dia tentang kelakuanku dulu.” Tejo menjawab sambil tertunduk. Dayat baru tau tentang kegelisahan adiknya. “Kamu sudah berubah. Kalau kamu betul-betul menyukainya, berusahalah. Biar mbak-mu jadi urusan Abang.” Dayat menepuk pundak Tejo pelan, memberi dukungan padanya. ___Acara syukuran di rumah Dayat telah usai. Semua keluarga nenek Atun pun sudah kembali ke kampung. Nasib Tejo semakin tak jelas. Dia sungguh menyukai wanita yang dia temui di rumah Dayat wa

  • SKANDAL PERNIKAHAN BERSAMA ADIK IPAR   52

    Akhirnya, hari yang dinantikan oleh pasangan Siska, dan Dayat pun tiba. Hari dimana buah cinta mereka lahir kedunia dengan selamat. Dayat mencium pipi merah anak keduanya itu dengan sayang, setelah menyuarakan adzan pada putranya. Ya, Siska telah memberikan seorang putra pada Dayat. Lengkaplah sudah keluarga kecil mereka. “Aku boleh gendong, nggak?” tanya Sandra yang sedari tadi ikut gemas melihat bayi merah dalam gendongan ayahnya. “Nanti kamu jatuhin,” sahut Dayat seraya kembali mencium pipi putranya. “Ma, Sandra boleh gendong adek, ya?” Sandra merengek pada Siska yang masih terbaring lemah di atas ranjang pasien. Siska tersenyum pada Sandra lalu menatap suaminya. “Mas, kasih dulu ke mbak nya!” titahnya yang membuat Sandra berjingkrak kegirangannya. “Ojo pecicilan, nduk. Jatuh adekmu nanti,” ujar Dayat memperingati saat akan menyerahkan bayi itu pada Sandra. “Pake duduk saja, nak.” Siska memberi isyarat pada Dayat agar menyuruh Sandra duduk. Dia merasa ngeri melihat cara

  • SKANDAL PERNIKAHAN BERSAMA ADIK IPAR   51

    “Assalamualaikum.” ucap Sandra, dan Dayat berbarengan saat sudah sampai di dekat Sari, dan Trisno berdiri. “Wa’alaikumussalam.” Trisno, dan Dayat langsung berjabatan tangan. Sedangkan Sandra langsung mendekati sang ibu, dengan senyum yang merekah. “Silahkan masuk, bang.” Trisno mengajak Dayat untuk masuk kedalam rumahnya, namun Dayat menolak karena Siska sedang sendirian di rumah.Akhirnya, Dayat pun berpamitan pulang setelah berpesan pada Sandra agar tak merepotkan Sari, dan Trisno. “Masuk yuk. Di tungguin sama nenek dari tadi.” Sari merangkul pundak Sandra, dan bersama berjalan masuk kedalam rumah. ___“Cukup, Bu. Aku sudah kenyang.” Sandra menggeser piring makannya kesamping saat Sari hendak menambahkannya nasi kedalam piringnya.“Makan yang banyak, nak,” ujar Sari memaksa. Sandra menggeleng, dan tetap menjauhkan piringnya. Dia sungguh sudah sangat kenyang saat ini. Bagaimana tidak? Sedari tadi Sari terus saja memberikan berbagai makan padanya.Semua lauk, dan sayur yang dia

  • SKANDAL PERNIKAHAN BERSAMA ADIK IPAR   50

    “Kamu mau ketemu sama ibu, nak?” Siska angkat bicara. Dia berjalan mendekati kursi tempat Sandra duduk, lalu ikut duduk di sampingnya. Tangannya dengan lembut mengusap bahu Sandra yang masih bergetar karena isak tangisnya. “Kalau mau ketemu sama ibu, biar mama yang antar,” tawar Siska dengan senang hati. Sandra mengangangkat kepalanya menatap wajah Siska lalu bergantian menatap wajah Dayat. Dayat mengangguk dengan senyum tipisnya. “Boleh, Ma?” “Boleh, dong. Besok pagi Mama antar, ya. Sekalian Mama mau olahraga pagi, soalnya sebentar lagi adikmu datang,” sahut Siska seraya mengelus perutnya yang membesar. Hari persalinannya memang sudah dekat. Itu sebabnya dia harus banyak bergerak agar persalinannya nanti berjalan dengan lancar, itu pesan ibunya setiap kali menghubunginya lewat telpon. ____“Dek, nasinya dimakan. Jangan di liatin aja,” ujar Trisno saat melihat makanan istrinya masih utuh. Sedangkan Sari sedari tadi hanya menatap piringnya dengan wajah murungnya.“Ada yang mengg

  • SKANDAL PERNIKAHAN BERSAMA ADIK IPAR   49

    “Hei?! Kamu kenapa, nak? Dari tadi mama panggil kok nggak nyahut? Lagi lamunin apa?” Siksa datang, dan menepuk pundak Sandra. “Eh?!” Wajah Sandra langsung terkejut melihat Siska sudah duduk di sampingnya dengan perut yang sudah membuncit. “Kamu kenapa? Ada masalah sama pendaftaran kuliah?” tanya Siska dengan lembut. Tangannya mengusap surai panjang milik Sandra.Sandra langsung menampilkan senyumnya, dan menutup raut wajahnya yang sedih. “Nggak ada, ma. Semuanya lancar, kok.” “Terus, kenapa?” Siska berusaha menilik wajah dari putri sambungnya itu.Namun, Sandra lebih dulu memalingkan wajahnya. “Sandra ke kamar dulu, ya, ma. Ada tugas kuliah,” kilahnya lalu buru-buru berdiri, dan masuk ke dalam kamarnya. Hal itu tentu saja membuat Siska kebingungan. Dia menatap punggung putrinya dengan kening mengernyit. Dia baru menyadari bahwa beberapa hari ini Sandra memang terlihat sedikit pendiam. Jarang sekali Sandra bercanda padanya. Senyum yang Sandra tampilkan pun sangat di paksakan. Sis

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status