Kapan USG lagi, Sayang?"Mas Reno tiba-tiba sudah ada di belakangku ketika aku sedang menata kue kue ke dalam toples. Semakin besar usia kandungku, aku jadi semakin cepat lapar. Berat badanku baik sepuluh kilo dan aku merasa bulat sekali."Seminggu lagi, Mas."Mas Reno meletakkan telapaknya di perutku, mencari gerakan si bayi. Tapi seperti menggoda, bayi di dalam sana diam saja, padahal baru tadi kurasakan tendangannya."Hemm, anak Ayah kemana ya?"Aku tertawa, membawa satu toples yang sudah penuh ke ruang tengah. Mas Reno mengikuti di belakang. Kami sudah kembali ke rumahku sendiri, merasa lebih tenang karena Radit kini ada disana, sambil berharap dia membuka hati. Mungkin masih terlalu dini untuk bicara pernikahan. Tapi setidaknya, dia tahu bahwa Nayla adalah gadis yang tepat untuknya.Mas Reno menghidupkan televisi. Hobbynya nonton siaran berita masih belum berubah. Sementara aku kadang jengah. Berita televisi didominasi berita kriminal. Seolah-olah tak ada lagi orang baik di bumi
STATUS WA ADIK IPARKU 39Suara sirine mobil jenazah yang membawa mayat Vira dan bayinya mulai dihidupkan. Begitu juga lampu berputar di atasnya. Mobil sedan hitam itu mengikuti setelah menutup kaca jendelanya rapat-rapat, tak memberi celah padaku untuk mengamati lebih lamaMas Reno tak berkata apa-apa. Dia menarik tanganku, membawaku melangkah menuju parkiran depan dimana mobil kami berada. Kami melangkah dalam diam, dengan sejuta pertanyaan berkecamuk dalam benakku.Benarkah itu Vira? Aku tahu Mas Reno tak akan berdusta. Yang aku takutkan adalah seseorang memanipulasi kematiannya. Wanita yang mengaku sebagai ibu kandungnya jelas kaya raya. Mobil sedang hitamnya jenis Mercedes benz yang mahal harganya. Dan dengan uang berlimpah, ada banyak hal yang bisa dia lakukan.Mas Reno membantuku naik ke mobil. Perlahan kami meninggalkan parkiran rumah sakit. Wajah Mas Reno kaku. Ada kesedihan terpancar dari suaranya. "Itu sungguh-sungguh mayat Vira."Pandangan mata Mas Reno menerawang, menembu
Aku memeriksa catatan kehamilanku, dan mendadak berdebar mengingat bahwa HPL-ku dua minggu lagi. Usia kandungan ku sudah tiga puluh delapan minggu, sudah terasa sangat berat. Aku masih sering ke butik, tapi tak pernah naik ke lantai atas karena rasanya lelah sekali kalau harus naik turun tangga. Aku juga masih sering bolak balik ke rumah Ibu, bermain bersama Kayla, yang perlahan mulai jarang menangis jika teringat Mamanya. Kadang, Radit membawanya ke makam Riris, dan berkata bahwa Mamanya sedang tidur di rumah Allah. Sudah lebih dari dua bulan sejak kematian Vira, aku menepati janji pada Mas Reno untuk tak lagi bertanya, dan sejauh ini semua baik-baik saja. Tak ada apapun yang terjadi. Kasus Vira ditutup begitu kematiannya diumumkan, begitu juga kematian pria selingkuhan Riris yang bernama Luki itu. Kasusnya ditutup karena keluarganya meminta. Mereka menganggap itu kecelakaan biasa. Tiga kematian dalam waktu berdekatan, diantara orang yang saling mengenal dan berhubungan. Oh bukan ti
STATUS WA ADIK IPARKU 40Mobil itu melaju dengan tenang, meninggalkanku dengan dada yang berdebar kencang. Aku menatapnya, menyimpan nomor platnya dalam ingatanku. Setelah menutup pagar rumah, aku menghubungi seseorang."Andin?""Zi… aku butuh mencari tahu sesuatu."Suara seseorang menghela nafas panjang terdengar di seberang sana."Andin, tidaklah sebaiknya kau berhenti? Kau sedang hamil besar, hanya tinggal menunggu waktu. Berhentilah sejenak.""Aku hanya ingin tahu satu hal, Zi. Dan tak ada yang bisa membantuku selain dirimu.""Reno akan membunuhku kalau sampai tahu.""Sembunyikan ini dari dia. Aku mohon.""Apa lagi kali ini?""Tolong cari siapa pemilik mobil ini." Aku menyebut nomor platnya dengan cepat. "Aku tak akan melakukan apa-apa. Sungguh aku hanya ingin tahu."Sunyi. Dia diam saja, seperti biasa, tengah menyerap informasi yang baru saja kuucapkan, menyimpan dalam memorinya yang luar biasa."Telepon aku setengah jam lagi. Janji ini yang terakhir. Kau dan semua keingin tahuan
Kebahagiaan tengah menyelimuti keluarga kami. Kehadiran Aksa, bayiku yang tampan dan gembul, membuat aura rumah terasa berbeda. Mama memintaku pulang ke rumahnya, sementara Ibu juga ingin mendapatkan kesempatan merawatku. Akhirnya, demi menjaga agar tak ada yang cemburu, aku pulang ke rumahku sendiri. Tapi tetap saja, Mama dan Ibu nyaris datang setiap hari. Aku tak lagi perlu memasak karena mereka berdua selalu datang dengan tangan penuh tentengan. "Kenapa nggak telepon Mas, Andin?"Aku meringis, waktu itu aku hanya tak ingin mengganggunya. Tapi itu malah membuat Mas Reno cemberut. Dia ingin menyaksikan kelahiran Aksa."Ya nggak akan sempat juga Mas. Radit dan Nayla yang nggak terlalu jauh dari rumah aja datang pas Aksa dan lahir."Mas Reno manyun, meraih ponselku yang sudah dua hari tak kusentuh dan memberikannya padaku. Malam baru saja naik, kedua nenek yang berbahagia sudah pulang ke rumahnya masing-masing. Sebenarnya Kayla ingin menginap disini, tapi Ibu membujuknya karena aku bu
STATUS WA ADIK IPARKUPoV VIRA"Lihat anak yang kau manjakan selama ini, Pa. Tingkahnya sudah seperti Puteri saja. Mobilnya itu masih baru, belum ada dua bulan dan dia minta ganti lagi!"…"Pa! Dengar Mama dong kalau lagi ngomong!""Ya sudahlah, Ma. Jual mobilnya, tambah pakai uang Mama, belikan yang baru. Nanti Papa ganti."Kudengar kemudian Mama mendecak kesal."Reno saja tak pernah seperti itu. Padahal dia anak kita satu-satunya."Aku terkejut, langsung menekap dada yang terasa berdetak kencang."Sstt… pelankan suaramu, Ma. Bagaimana kalau Vira dengar? Dia akan sedih.""Ahh, mungkin memang sudah waktunya dia tahu. Dia sudah besar. Toh Papa tetap tak bisa menjadi wali nikahnya kelak.""Ma?""Sudahlah, Pa. Aku lagi kesal. Memang salah Mama mungut anak pelacur!"Terasa langit runtuh di atas kepalaku. Aku gemetar, nyaris jatuh karena tubuhku tiba-tiba saja limbung. Dunia terasa berputar dan seakan telah bersiap menimpaku. Apa kata Mama tadi? Aku bukan anak kandung mereka? Aku anak sia
Namamu sekarang Tania. Ingat baik-baik kalau Vira sudah mati.""Dimana anakku?" Untuk pertama kalinya aku membuka mulut. Wanita itu tersenyum. Sudut sudut bibirnya tertarik ke samping, menciptakan lengkung yang mengerikan."Bayi itu hanya akan membuatmu susah. Lagi pula, apa ayahnya menginginkannya?"Bima. Aku menggigit bibir. Lelaki yang telah menghamiliku itu telah kabur ke luar negeri. Sementara lelaki yang menikahiku karena uang sogokan dari Papa, langsung kabur pula saat tahu aku masuk penjara. Dua lelaki pengecut."Tania, kau akan menjalani hidupmu yang baru disini. Apapun yang kau inginkan, aku akan memberi, termasuk, jika kau ingin membalaskan dendammu pada orang-orang yang telah membuatmu seperti ini."Aku terbelalak. Kami bertatapan sekian lama, dan saat itulah wajah-wajah mereka melintas. Riris, Mbak Andin, Bima… dan Mas Reno. Maka kuputuskan menikmati saja menjadi anaknya, meski tak sedikitpun getaran itu kurasa. Kami tinggal di rumah mewah berlantai dua, hanya ditemani s
STATUS WA ADIK IPARKU 42Aku menekan gas secepat mungkin, melesat meninggalkan tempat itu. Dadaku berdegup kencang, dan suara Bang Reno memanggil namaku tadi, seakan terus menggema di telinga. Setelah cukup jauh, aku menghentikan mobil di bawah sebuah pohon akasia. Nafasku terengah-engah. Mami benar, seharusnya aku tak kemana-mana dengan wajah ini. Wajahku terlalu mudah dikenali bagi orang-orang yang pernah dekat denganku.Tapi, operasi plastik berikut proses pemulihannya, membutuhkan waktu lama. Aku rasanya tak sabar lagi melihat mereka berpisah. Ya. Aku akan membuat mereka berpisah. Jika aku tak bisa memiliki Bang Reni, maka tak seorangpun boleh memilikinya. Dan jika mereka begitu sulit dipisahkan, mungkin, malaikat maut lah yang bisa melakukannya.Aku mengemudi kembali pulang ke rumah. Rumah ini terlalu besar untuk kami tinggali berdua. Menurut gosip para pembantu, Mami punya dia anak tiri dari almarhum suaminya. Kedua anak itu kini ada di luar negeri. Entah, sesungguhnya aku tak