Home / Horor / SUAMI GHAIB / Siapa itu?

Share

SUAMI GHAIB
SUAMI GHAIB
Author: Lisan

Siapa itu?

Author: Lisan
last update Huling Na-update: 2023-06-02 16:11:15

Bab 1

Aldo menghentikan aktivitasnya dan menghempaskan tubuhnya di samping sang istri. "Sudah ya, Dek. Mas lelah," ucap Aldo dengan napas yang tersengal-sengal.

Sinta. Wanita muda yang baru berusia 27 tahun itu menghela napas dengan pasrah. Dengan wajah masam, dirinya menarik selimut bermotif bunga dan menutupi tubuhnya yang polos tanpa sehelai benang.

"Aku kan belum puas, Mas! Kamu sudah keluar saja!" sungutnya dengan kesal, lalu membalikkan badan memunggungi sang suami.

"Maafkan Mas, Dek. Waktu 20 menit untuk bercinta itu sudah cukup lama. Coba kamu membaca artikel dan internet tentang hubungan badan. Di sana tertulis bahwa waktu yang normal itu sekitar 5-8 menit," ucap Aldo memberi pengertian dan berusaha membujuk sang istri.

Setiap malam sehabis melakukan ritual suami istri, Aldo harus bersusah payah membujuk Sinta agar tidak marah karena belum puas dan tak ingin berhenti.

Mereka bukanlah pengantin baru. Aldo dan Sinta sudah berumah tangga selama 11 tahun. Memiliki seorang putra bernama Rafa yang baru berusia 9 tahun dan Sheila yang baru menginjak usia 7 tahun.

Mereka hidup di sebuah desa yang terdapat hutan besar yang masih asri dan banyak binatang buas. Di desa ini sudah masuk sinyal internet. Akan tetapi, terkadang sinyal itu kuat dan tak jarang pula tiba-tiba menghilang.

"Mau ke mana, Dek?" Aldo bertanya saat Sinta beranjak bangun dan melilitkan selimut ke badannya.

"Aku mau menuntaskan hasratku, Mas!" sahut Sinta dengan ketus.

"Jangan berbuat yang tidak-tidak. Aku sudah bilang hal-hal seperti itu adalah perbuatan yang tidak baik," ucap Aldo mencegah. Namun, Sinta sudah duduk di kursi panjang yang menghadap ke jendela.

"Besok pagi kita main lagi. Mas janji. Ayo kita tidur dan jangan lakukan itu." Suara Aldo terdengar pelan. Dirinya beranjak dan mengajak sang istri kembali ke ranjang.

"Aku tidak tahan menunggu sampai pagi. Aku tersiksa, Mas! Tidak bisa tidur dengan nyenyak." Sinta menyentak tangan Aldo dengan kasar.

"Aku mohon. Perbolehkan aku melakukan kesenangan sendiri seperti biasanya. Dari pada aku selingkuh, lebih baik aku bermain sendiri, bukan?" pinta Sinta dengan penuh permohonan.

Aldo akhirnya membiarkan sang istri melakukan kesenangannya. Dengan langkah gontai, dirinya berjalan menuju ranjang dan kembali membaringkan tubuhnya yang begitu lelah. Kerja di ladang seharian dan malamnya harus di peras lagi untuk memenuhi keinginan sang istri.

Sinta dahulu tidak seperti itu. Ini semua terjadi sejak 2 tahun belakangan. Mungkin istrinya mengalami puber kedua atau bagaimana, Aldo sendiri pun tak tahu. Tiba-tiba saja Sinta memiliki libido tinggi dan selalu merasa tidak puas dengan dirinya.

Aldo menutup wajahnya dengan bantal karena mendengar suara istrinya yang terdengar sampai ke telinganya.

Beberapa menit berlalu, Sinta selesai dengan aktivitasnya dan segera berbaring di samping Aldo.

"Belum tidur, Mas?" tanya Sinta saat mengetahui Aldo masih terjaga.

"Belum. Nungguin kamu, Dek. Jangan langsung tidur. Bersihkan dahulu tubuhmu dan segera pakai pakaianmu," perintah Aldo.

Sinta mendengus kesal. "Aku kehabisan tenaga, Mas. Tanganku pun juga capek. Lagian, tidak ada yang melihat." Sinta tak menggubris perintah sang suami dan menarik selimut untuk menutupi tubuhnya. "Nah, sudah tertutup kan? Ya udah, aku mau tidur."

Aldo menggelengkan kepala melihat tingkah sang istri. "Selimutmu akan terlepas saat kamu tertidur nanti. Kita ini hidup berdampingan dengan mahluk gaib. Jadi, kita juga harus bisa menjaga tubuh kita, Dek. Cepat, pakai bajumu kembali."

Ucapan yang Aldo lontarkan tak mendapat respon apa-apa dari Sinta. Perempuan itu sudah tertidur.

....

Selimut yang menutupi badan polos Sinta tersingkap. Angin tiba-tiba tertiup dan membuatnya kedinginan. Dengan mata yang masih terpejam, Sinta menarik selimut itu untuk menutupi badannya kembali.

Seperti ada yang menarik, selimut itu kembali terlepas dari badan Sinta. Berkali-kali Sinta benarkan. Akan tetapi, kain itu terus saja tersingkap.

"Pakai selimutmu sendiri, Mas!" ucap Sinta dengan suara berat dan sedikit serak.

Lagi-lagi selimut itu kembali ditarik, sehingga tubuh polos itu kembali terlihat. Dengan kesal, Sinta terbangun dan mengucek matanya dengan pelan. "Kamu apa-apaan sih, Mas!"

Saat mata Sinta sudah terbuka, dia begitu terkejut karena tidak ada siapapun di sampingnya. "Mas ... Mas Aldo?"

Sinta meraih baju dan memakainya. Kemudian mencari suaminya ke dapur dan kamar mandi. Namun, ia tidak menemukan siapa-siapa. Sinta kembali ke depan dan menengok ke dalam kamar kedua anaknya, akan tetapi tak ada juga.

"Kamu kemana sih, Mas?" gumamnya pelan.

Sinta menuju ruang depan yang terdapat jam dinding di sana. "Baru jam 2 malam. Gak mungkin Mas Aldo pergi ke masjid."

Saat Sinta berbalik, dirinya sangat terkejut melihat suaminya tengah duduk di belakangnya. "Ya ampun, Mas! Kamu dari mana saja? Kenapa tiba-tiba ada di sana?"

Dengan kesal, Sinta terus menggerutu dan duduk di samping sang suami. Aldo hanya diam, tak ada senyum yang menghiasi wajahnya. Sinta menyentuh tangan Aldo. "Tanganmu dingin sekali. Kamu dari luar rumah?"

Aldo menganggukkan kepala dengan pelan. Tanpa berucap sepatah kata pun, Aldo melenggang pergi menuju kamar. Sinta yang masih terkejut dan juga bingung, lantas mengikuti langkah sang suami.

Saat tiba di ambang pintu, Sinta kembali dikejutkan dengan adanya Aldo yang berdiri di sana. "Ya ampun, Mas! Bisa tidak, jangan ngagetin aku?"

Aldo hanya menatap datar wajah Sinta. Setelah Sinta masuk, pintu kembali ditutup oleh Aldo.

"Aaaaaaa ...!"

Sinta memekik karena tubuhnya di angkat dan di gendong menuju ranjang. "Kamu mau ngapain, Mas?"

Tak ada jawaban dari mulut Aldo. Sinta tersenyum malu saat Aldo mencumbu dirinya dengan penuh semangat.

....

Pukul 03.30

Napas Sinta memburu dan tersengal-sengal. "Kamu minum apa, Mas? Tumben kuat banget. Malah aku yang kewalahan."

Sinta memeluk Aldo dengan erat. Dirinya sangat puas dengan performa suaminya itu. Tak seperti biasanya yang hanya mampu bertahan 20 menit. Sinta mengecup pipi Aldo yang terasa dingin.

"Sinta suka sekali." Sinta pun kembali terlelap di pelukan Aldo.

***

***

"Sudah jam berapa ini? Ayo, pulang."

Ardi mengeluarkan ponsel yang berada di saku miliknya. "Jam 4, Mas. Ayo!" sahut Ardi sembari berdiri dan menenteng ikan hasil memancing bersama sang kakak di pinggir sungai.

Aldo pun membereskan alat pancing. "Gak sia-sia kita mancing malam-malam." Dirinya tersenyum sumringah karena hasil memancingnya mendapat banyak ikan dan besar-besar.

Kakak beradik itu pun berjalan berdampingan. Aldo membawa alat pancing, sedangkan Ardi menenteng ikan dan di tangan kirinya membawa senter.

"Besok mancing lagi ya, Mas?"

"Jangan setiap hari. Mas harus ke ladang. Hari ini libur karena pemilik sawah pergi ke rumah saudaranya. Jadi, Mas bisa tidur dengan nyenyak."

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Pinakabagong kabanata

  • SUAMI GHAIB   Meninggalnya Aldo (TAMAT)

    Mendengar suara ribut membuat Sinta dan kedua anaknya ketakutan. Mereka tetap berada di sana dan menuruti semua perkataan sang Ustadz."Takut, Bu," cicit kedua anak Sinta.Wanita itu memeluk keduanya dengan erat. Hingga suara-suara itu berhenti dan berganti suara Ardi yang menjerit memanggil nama Aldo."Ayo kita keluar," ajak Sinta. Dirinya gegas beranjak dan menarik tangan kedua bocah itu. Perasaannya tak enak dan memilih keluar menghiraukan larangan Pak Ustadz.Braaakk..Saat Sinta keluar, bersamaan dengan itu pintu kamar sebelah pun dibuka oleh sang Ustadz. Sinta membekap mulut menahan tangis saat menyaksikan sang suami tergeletak tak berdaya di pangkuan Ardi.Sinta dan kedua bocah itu berjalan cepat dan turut bersimpuh mengerumuni Aldo."Mas Aldo kenapa, Di?" Sinta tak mampu membendung lagi, cairan bening tumpah melihat kondisi sang suami."Bapak!" Sheila dan Rafa memeluk badan Aldo yang lemah.Mereka mengangkat dan membaringkan Aldo di sebuah tikar. "Cepet cari bantuan, Di. Bawa

  • SUAMI GHAIB   Musnahnya Virgon.

    "Allahu Akbar." Pak Ustadz tak berhenti, membuat Sheila merasakan sesuatu yang luar biasa sakit."Bu! Sakit!" teriak Sheila, disertai tangis dan raungan histeris. Kedua tangan dan kakinya dipegang kuat agar tak menyakiti tubuhnya sendiri.Pak Ustadz melangkah maju, menempelkan telapak tangannya ke dahi bocah itu. "Ya Allah, tolong hambamu. Keluarkan sesuatu yang bersarang di dalam tubuh anak ini," ucapnya lirih.Mata Sheila bergerak liar, bola matanya hanya nampak warna putih. Mulutnya menganga dengan napas memburu dan tersengal-sengal, seolah menahan sesuatu yang hendak keluar.Doa-doa terus di lantunkan. Ardi, Sinta dan Rafa pun turut berdoa dalam hati. Berharap Sheila segera sembuh dari penyakit aneh ini.Lewat tengah malam, suara batuk Aldo tak berhenti di kamar sebelah. Sedangkan Sheila tergeletak lemas tak berdaya di pangkuan sang ibu. Sesekali wanita itu mengusap buliran bening yang masih merembes di sekitar dahi."Alhamdulillah, gangguan dari mahluk itu sudah keluar. Insha Alla

  • SUAMI GHAIB   Panas Bu!

    Waktu silih berganti. Tak terasa sudah satu bulan lamanya. Awalnya tak ada kejadian yang janggal setelah peristiwa itu. Aldo dan keluarganya menjalani hidup tentram tanpa gangguan.Namun, siapa sangka ternyata semua masih berlanjut. Setelah memasuki minggu pertama, keluarga Aldo sakit secara bergantian.Mereka pikir itu hal yang wajar dan sebuah kebetulan, sebab musim berganti serta cuaca tidak menentu.Ardi dan Rafa baru saja sembuh, kini giliran Sheila mengalami gatal yang luar biasa. Sedangkan Aldo batuk parah hingga mengeluarkan cairan kental berwarna hitam pekat dan bau yang begitu menyeruak di indra penciuman.Uhuuk … uhuuuk ….Aldo yang tengah terbaring di ranjang terbatuk lagi. Wajahnya nampak pucat serta bibir mengering. Sinta meraih segelas air dan membantu sang suami untuk minum."Gimana keadaan Sheila, Dek?"Sinta kembali menaruh gelas ke atas nakas, dan kembali menatap sang suami. "Alhamdulillah dia sudah bisa tidur, Mas."Aldo tak berani untuk sekedar mendekati kedua an

  • SUAMI GHAIB   Gangguan.

    Aldo berjalan cepat, menghampiri ranjang yang berada di sisi kiri. Anak perempuannya masih memejamkan mata. Namun, gerakan liar tangan dan kakinya tak berhenti membuat ranjang itu bergeser sedikit demi sedikit. Tubuh Aldo menahan sisi ranjang dan tangannya memegang tubuh putrinya agar tak terjatuh. "Sheila, bangun," ucap Aldo pelan. Satu tangannya menepuk pelan pipi yang terasa dingin itu. Padahal suhu ruangan di sini sangat panas dan pengap.Kreeettt ... Kreeett ... Kreeettt ...Ranjang masih bergoyang, menimbulkan suara decitan dari kaki ranjang besi yang bergesekan dengan lantai. Nyaring, membuat Ardi yang terbaring di kursi terusik dari tidurnya."Ada apa, Mas?" Ardi bersuara serak, mengucek mata yang terasa masih mengantuk. Lalu berjalan menghampiri Aldo."Sheila kenapa?" tanyanya lagi. Tanpa di suruh tangannya ikut memegangi kaki Sheila."Gak tau, Di. Mas sudah mencoba membangunkan, tetapi Sheila tak kunjung membuka matanya." Aldo panik. Air mukanya berubah cemas takut terjadi

  • SUAMI GHAIB   Bergerak liar.

    Aldo mengendong tubuh Sinta yang lemas tak berdaya. Sungguh, keadaan wanita itu saat ini sangat kacau. Aroma busuk menyengat membuat Aldo sesekali menahan napas saat bau itu menusuk indera penciumannya."Pelan-pelan Mas Aldo," ucap Pak Ustadz mengingatkan. Lelaki yang memakai baju putih, celana berwarna hitam dan kopyah yang bertengger di kepalanya itu berjalan di depan Aldo sembari menyingkap ranting-ranting kering yang menghalangi jalan."Iya Pak Ustadz," jawab Aldo pelan. Napasnya terasa sesak menahan berat badan Sinta.Aldo berhenti sejenak dan membenarkan posisi sang istri lalu kembali melanjutkan perjalanan mengikuti Pak Ustadz.Aldo memperhatikan jalan setapak dan di depan sana sudah nampak cahaya yang terang. Terus menyusuri jalan hingga mereka berhasil keluar dari dalam hutan."Masih kuat Mas Aldo?" Pak Ustadz menghentikan langkah kakinya. Ia pun mengajak Aldo untuk istirahat sejenak. Aldo menurut dan menidurkan Sinta di sebuah gubuk di tengah ladang.Aldo ngos-ngosan, tubuh

  • SUAMI GHAIB   Tergeletak lemas.

    Kabut asap, bau hangus, bangkai, belatung serta darah menjadi hal biasa di dunia alam ghaib inj. Gelap, pengap, anyir menjadi satu.Seorang Wanita dengan perut yang besar, rambutnya berantakan serta gigi-giginya yang mulai menghitam. Di dampingi sesosok mahluk hitam, besar berbulu yang menyeramkan. Matanya pun merah menyala dengan gigi tajam serta kuku yang runcing. Kakinya berserabut bak akar pohon beringin yang menjuntai ke tanah.Pemandangan yang sangat menakutkan. Namun, di mata wanita itu, semuanya indah. Ia merasa tubuhnya yang kini memiliki perut buncit, bertambah cantik dan menawan. Begitupun dengan lelaki yang berada di sampingnya. Di mata Sinta, Virgon amatlah tampan serta singgasana yang luar biasa megah."Kamu mau makan lagi, sayang?" Virgon bertanya lembut. Tangannya masih setia bertengger di bahu Sinta. Senantiasa memeluk wanita itu setiap saat. Tak sedikit pun melepasnya."Aku sudah kenyang, Mas."Sinta selalu di suguhi makanan-makanan menjijikan dan kepuasan setiap saa

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status