Home / Mafia / SUAMIKU MANTAN GENGSTER / 51. Mulai beraksi

Share

51. Mulai beraksi

Author: DOMINO
last update Last Updated: 2025-12-07 07:20:40

Sebuah dress berwarna ungu lembut, terlipat rapi di antara kertas tisu tipis yang harum samar, seperti wangi bunga mawar putih yang menenangkan.

Amel terpaku. Bukan gaun pesta yang glamor, melainkan dress yang simple, tapi masih terlihat mewah.

Dress itu sederhana, namun cantiknya menusuk hati. Bahannya jatuh menyentuh kulit dengan lembut, modelnya lengan pendek dengan detail halus di bagian pinggang yang membuat tubuh tampak anggun tanpa berlebihan.

Potongannya mengikuti garis tubuh secara elegan, tetapi tidak ketat. Warna ungunya hangat, seolah dipilih khusus agar cocok dengan kulit Amel.

Ia menarik napas pelan, jantung kembali berdegup tak karuan. “Kenapa harus… sebagus ini? Ini pasti mahal,” ucapnya nyaris berbisik.

Amel mengangkat dress itu dengan hati-hati. Ringan. Lembut. Seolah siapa pun yang memakainya akan terlihat… lebih berharga daripada yang ia pikir tentang dirinya sendiri.

Di bawah dress, ia menemukan sebuah kotak kecil persegi panjang. Ketika dibuka, isinya sepa
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • SUAMIKU MANTAN GENGSTER   75. Suara tembakan itu.

    Gelap menelan segalanya. Dor! Dor! Dor!Suara tembakan itu memantul di dinding-dinding besi, menggema, lalu mati begitu cepat seolah tak pernah ada. Hanya bau mesiu tipis yang tertinggal, bercampur lembap dan karat.“Alex!” suara Amel pecah, kali ini tak lagi ditahannya. Tak ada jawaban. Hanya derit pelan mekanisme yang kembali bergerak.Lampu darurat menyala redup... merah. Ruangan tempat Amel duduk kini terbuka sebagian, lantai berhenti bergerak, menyisakan celah menganga beberapa meter di depannya. Jarak yang cukup dekat untuk melihat, tapi terlalu jauh untuk disentuh.Di seberang celah itu, sosok muncul dari bayangan.Alex.Bahunya berdarah. Peluru menggores, tak mematikan, tapi cukup untuk melambatkannya. Tatapannya tetap tajam, terkunci pada Amel seolah dunia di sekeliling mereka tak ada.“Jangan bergerak,” katanya cepat, suaranya rendah namun tegas.Amel mengangguk kecil, air mata menggenang tanpa jatuh. Di atas mereka, suara tepuk tangan terdengar, pelan dan berirama.Martin

  • SUAMIKU MANTAN GENGSTER   74. Alex terjebak

    Mobil itu berbelok tajam, menyusuri jalan sempit yang basah. Lampu-lampu kota tertinggal, digantikan deretan gudang tua dan bangunan kosong. Hujan kian rapat, menelan suara mesin. Amel memejamkan mata sejenak, lalu membukanya lagi. Ia menahan gemetar, mencoba membaca arah dari setiap belokan. Kanan, kiri, lurus terlalu lama. Bukan jalan yang ia kenal. Tangannya yang terikat bergerak sedikit, cukup untuk merasakan denyut nadi sendiri. “Tenang aja,” suara dari kursi depan kembali terdengar. “Bos cuma pingin ketemu lo ko.” Amel tak menjawab. Ia tahu, setiap kata bisa jadi kesalahan. *** Di mansion, Alex berdiri di tengah ruang kontrol. Layar-layar menampilkan koridor kosong, gerbang tertutup, hujan yang jatuh tanpa saksi. Semua sistem aktif, normal, dan itu yang paling mengganggu. “Trace sinyal di radius tiga kilometer,” perintahnya. “Cari anomali. Mobil mati lampu, pola tak biasa.” Joni menekan panel. “Udah, Bos. Tapi… mereka bersih, tanpa jejak.” Alex mengepalkan tan

  • SUAMIKU MANTAN GENGSTER   73. Kehilangan Jejak

    Alex muncul di teras. Jaketnya setengah terbuka, bahu tegap. Di sisinya, anak kecil itu Lily... berlari kecil, tertawa menabrak udara. Alex menurunkan langkah, ia menoleh ke belakang sekali. Dua kali. Lalu... pandangan itu jatuh ke Amel. Amel berdiri di ambang pintu kaca. Rambutnya tergerai, wajahnya pucat di bawah lampu hangat. Ia mengangkat tangan kecil, isyarat sederhana dan Alex mengangguk. Hanya itu. Tapi bagi lensa di kejauhan, itu cukup. *** Di markas Black Dragon, Martin memandangi layar monitor yang menampilkan feed jarak jauh. Ia tak berkedip. Beni berdiri di belakangnya, tangan di saku, rahang mengeras. “Dia sudah menemukan dunianya” gumam Martin. “Anak itu… dan Amel.” “Kalau kita sentuh salah satunya...” Beni memulai. “Alex akan murka dan marah.” Martin menyelesaikan, tenang. “Dan dia tidak akan tinggal diam.” Martin menggeser kursi, berdiri. “Aktifkan fase dua.” Di layar lain, peta kota menyala. Titik-titik bergerak pelan... bukan mendekat ke mansion, mela

  • SUAMIKU MANTAN GENGSTER   72. Pengintaian

    Markas Black Dragon tenggelam dalam cahaya redup. Lampu neon tua berdengung pelan di langit-langit, memantulkan bayangan panjang di dinding beton yang berbau asap rokok dan oli. Di tengah ruangan, Martin duduk santai di kursi kulit hitamnya. Jemarinya mengetuk-ngetuk sandaran. Pintu besi berdecit. Seorang pria dengan pakai preman... anak buah Martin, dia melangkah masuk. Bajunya basah oleh keringat, rahangnya tegang. Ia berdiri beberapa meter dari Martin, menelan ludah sebelum bicara. “Bos,” katanya. “Kami mengintai dari kejauhan karena mansion Alex… nggak aman kalau didekati.” Martin mengangkat alis, sedikit saja. Isyarat untuk lanjut. “Penjagaan berlapis,” lanjutnya. “Gerbang depan, sisi taman, bahkan jalur belakang. Kami pakai teropong dari bukit seberang.” “Terus?” potong Martin, suaranya rendah. Dia menarik napas. “Kita lihat sesuatu yang… beda.” Martin berhenti mengetuk. Ruangan terasa menyempit. “Alex,” kata si pengintai, “dia sangat peduli, bukan pura-pura.” Ia meng

  • SUAMIKU MANTAN GENGSTER   71. Pagi yang romantis

    Dari kejauhan, Maria berdiri di bawah bayang pohon flamboyan. Tangannya terlipat di depan tubuh, sikapnya seperti biasa—tenang, menjaga jarak. Namun matanya tak lepas dari tiga sosok yang berjalan perlahan di tengah taman. Lily mengayun tangan mereka, tertawa kecil setiap kali langkahnya meloncat tak seirama. Amel menyesuaikan langkah, sesekali menunduk untuk mendengarkan celoteh Lily. Alex… berjalan di sisi lain. Bahunya tegak seperti biasa, wajahnya tetap datar. Tapi Maria melihat Alex sangat peduli pada Lily seperti... saat dia menurunkan langkah agar sejajar dengan Lily, jemarinya menguat setiap kali Lily tersandung sedikit. Senyum tipis terbit di bibir Maria. Hangat. Lama tak ia rasakan pemandangan seperti itu di mansion ini. Langkah sepatu mendekat dari sisi taman. “Maria? Ngapain lo disitu.” Maria menoleh. Joni berdiri beberapa langkah darinya, jaket kulit terbuka, kacamata hitam diselipkan di kerah. Tatapannya mengikuti arah pandang Maria—lalu berhenti. “Bos…” gumamny

  • SUAMIKU MANTAN GENGSTER   70. Kenapa terasa hangat

    Amel melangkah pelan ke ruang makan. Dress sederhana berwarna ungu bunga-bunga membingkai tubuhnya tanpa berusaha mencuri perhatian. Rambutnya terikat rapi, menyisakan beberapa helai halus di pelipis. Ia berhenti sejenak, memastikan napasnya kembali teratur, lalu maju.Alex sudah duduk. Entah sejak kapan. Ia menoleh ketika langkah Amel terdengar. Tatapannya singgah... sekilas, lalu berpindah ke jendela. Seolah sengaja memberi ruang, seolah menahan sesuatu.“Duduk,” katanya singkat.Amel menarik kursi di seberangnya. Porselen kembali berdenting pelan. Matahari pagi merayap lebih jauh, memantul di cangkir kopi Alex.Belum sempat hening menjadi canggung, pintu kaca menuju taman terbuka.“Mama!” suara Lily meluncur cerah, berlari kecil masuk dengan langkah tak beraturan. Rambutnya sedikit lepas, pipinya memerah oleh tawa.Amel refleks bangkit setengah. “Lily—pelan-pelan sayang,” katanya, senyum tak tertahan.Lily berhenti tepat di samping Amel, lalu memeluk pinggangnya tanpa ragu. Tubuh k

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status