Share

Kebohongan yang Kurasakan

Bab 4

"Maaf, itu suara istri kakakku. Mereka baru saja tiba," katanya.

Aku tau kamu berbohong, Mas! Kucoba menenangkan diri, lalu aku berkata lagi dengan tenang.

"Oh iya, Mas. Maaf ya, aku belum bisa jenguk Ibu mertua. Padahal kamu tadi hubungi aku. Kan aku sedang ke Bogor juga," kataku.

"Harusnya kamu tau diri, sebagai menantu rajin-rajinlah menengok Mertua. Tapi kamunya lupa, ya sudah lah!" katanya.

"Mas Dafa!" Ada suara yang memanggil suamiku.

Mungkin itu si Ranti, karyawan tak tau diri! Besok aku akan mulai ngantor di percetakan. Biar kutau kemana Ranti berada. Apa yang akan dikatakan karyawan yang lai tentang wanita itu?

"Maaf, Sayang. Aku dipanggil Kakak Ipar. Ibu katanya memanggilku," katanya.

"Baiklah, Mas. Kamu datangi saja ibumu. Kasihan dia," jawabku.

Dasar laki-laki tak tau diri. Sudah diberi hati, minta jantung. Semoga aku masih bisa bertahan. Kamu tega khianati aku dan Reza, Mas!

***

Pagi-pagi sekali aku berangkat ke kantor. Reza aku titip lagi di rumah Ibu. Aku tak percaya jika Reza diasuh asisten rumah tangga di rumah. Biar saja Reza di rumah Ibu, karena di sana bisa diawasi oleh ibu.

"Hai semua. Mulai hari ini, saya pimpinan kalian, ya!" kataku. "Sebentar lagi Pak Satrio, Bos besar di sini akan datang. Ia akan menjelaskan semuanya," ucapku pada para karyawan.

"Baik, Bu Sarah!" ucap mereka serentak.

Aku masuk ke ruangan suamiku. Di sana terasa nyaman karena ada pendingin ruangan, kamar mandi dalam, sofa tamu, meja kerja dan sebuah ruangan khusus. Aku melihat ke dalam, ternyata ada tempat tidur, lemari di sana.

Dulu, saat ayah yang memimpin, belum ada ruangan ini. Lalu aku masuk, membuka lemari. Ada beberapa pakaian pria dan wanita di sana. 

Pakaian tidur wanita yang berbahan minim serta celana boxer Mas Dafa dan kaos oblongnya tersimpan rapi di sana. Ada beberapa sepatu pria dan wanita juga di sana. 

Itu berarti karyawan di sini tau kebusukan Mas Dafa sebenarnya, tapi mereka tak ada yang cerita satu orang pun. Baiklah sekarang waktunya.

Aku segera memanggil office boy untuk mengeluarkan barang-barang tak penting di ruangan ini. Akan kuganti sebagai ruangan meeting nantinya.

Tak lama Mas Dafa datang. Ia melihat barang-barangnya dikeluarkan. Alisnya saling bertaut, lalu ia melihatku dengan heran dan segera mengajakku bicara.

"Apa-apaan ini, Sarah!" Ia berani memanggil namaku. Biasanya ia memanggilku, Dek. Karena marah ia memanggil namaku.

"Aku sedang membuang sesuatu yang tidak penting di ruangan ini," kataku.

"Apanya tidak penting? Berani-beraninya kamu masuk ke sini!" Ia marah padaku dan membulatkan matanya sembari berkacak pinggang.

"Kamu lihat sendiri isinya apa? Hanya pakaian tidur pria dan wanita. Nggak penting kan?" Aku kembali bertanya padanya.

"Kamu jangan sok tau. Itu--," katanya terjeda.

Lalu ada suara Ayahku yang sudah datang. Semua karyawan langsung berdiri tanda menghormati beliau. Aku dan Mas Dafa langsung berbalik menyambut kedatangan Ayahku juga.

"Alhamdulillah Pak Satrio sudah datang. Tolong bereskan ruangan ini. Ganti dengan kursi rapat. Kita akan rapat di sana!" ucapku lantang.

"Kan sudah ada ruangan rapat, di sana, Dek!" ucap Mas Dafa.

"Ya sudah, di sana dulu. Di sini harus direnovasi lagi nanti! Ayo semua, akan ada pengumuman dari Bos besar!" Aku mengajak mereka semua masuk ruang rapat.

Karena karyawan banyak, jadi yang ikut rapat adalah karyawan yang memiliki jabatan serta perwakilan dari setiap bagian. 

Ayah duduk di tengah, sedangkan aku dan Mas Dafa mengapit Ayah.

"Baiklah, saat ini kedatangan Pak Satrio adalah untuk mengumumkan suatu hal. Jadi silahkan, Pak Satrio diumumkan!" sahutku.

"Terima kasih, Bu Sarah. Sebelumnya saya meminta maaf atas pengumuman mendadak ini. Saya sebagai pemilik percetakan ini, memiliki beberapa keputusan."

Kami mendengarkan dengan seksama. Demikian juga Mas Dafa. Kulihat dari ekor mata ini, ia nampak tegang saat ini. Aku hanya bisa menertawakannya dalam hati.

"Saya akan angkat pemimpin baru untuk membantu saya di sini. Jadi, pemimpin baru kalian adalah Sarah Madjid--anak saya. Karena dalam jabatan tak boleh terlalu lama, jadi harus ada regenerasi jabatan sehingga meminimalisir kemungkinan adanya penyelewengan jabatan. Untuk Dafa Sunaryo, ia saya pindahkan ke bagian produksi lagi, jabatan lamanya. Semoga bisa semakin baik dalam berkarya."

Semua saling berpandangan. Kulihat Mas Dafa menundukkan kepalanya. Mungkin ia terkejut saat ini.

"Saya juga sudah siapkan pemimpin baru nanti di cabang Bogor. Orangnya belum bisa hadir hari ini, Insya Allah saya kenalkan lain kali, setelah percetakan cabang Bogor sudah ada."

Ini juga merupakan kabar baru bagiku. Siapa yang akan memimpin di percetakan cabang Bogor nanti?

Bersambung

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Yati Syahira
keren sarah paj satrio ambil langkah cepat ,mampus dafa nikmati gundikmu dsn ancurmu ,ntar lagi cerai
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status