"Astagfirlallah"
"Kok malah mimpi sofia," sambil mengusap wajahnya.
Dan iya terkejut dengan sosok yg ada di sampingnya.
"Lo kok dokter aisyah di sini, oh iya dia kan sudah jadi istriku," sambil tersenyum.
Syahid memandangi wajah Aisyah yang sedang terlelap tidur
"Meskipun tidur, dia tetap cantik." sambil tersenyum.
Syahid kemudian bergegas pergi ke kamar mandi dan shalat tahajjud, ketika sedang shalat mata Aisyah terbuka sedikit demi sedikit.
Aisyah memperhatikan Syahid yang sedang shalat. Usai shalat syahid berdoa dengan khusus, setelah itu ia melihat ke arah Aisyah.
"Khusuk banget doanya, ada harapan atau keingin yg ingin mas pinta sama Allah."
Syahid tersenyum dan bangit dari tempat shalatnya, Ia duduk di kasur.
Aisyah yang awalnya berbaring melihat Syahid duduk di sampingnya ia juga terbangun dan duduk di atas kasur, tangan syahid sedikit demi sedikit meraih tangan aisyah dan memegang tangan istrinya.
Mereka masih sama sama kaku
"Keinginan mas sederhana. Saat terlelap mas bermimpi tentangmu, dan saat terbangun Mas menatap wajahmu dan harapan mas juga tidaklah rumit. Ketika berdoa di hadapan Allah, engkau mengaminkannya di belakangku."
Aisyah tersenyum
"Kira - kira abah sudah bangun gak ya?"
"Sudah sepertinya."
"Oh iya kalau lusa kita pindah ke rumah kita sendiri kamu mau kan?"
"Ehm terserah mas saja, Aisyah ikut."
"Hanya saja, mas tidak tahu gimana ngomongnya ke abah."
"Abah sama ummi kan sudah kasih izin buat kita tinggal berdua saja."
"Iya, tapi klau pindahnya lusa di izinkan atau tidak?"
"Ya mas coba ngomong dulu saja sama abah."
"Iya deh, hari ini kerja kan?"
"Iya kerja, maaf ya mas liburnya cuman kemarin"
Syahid tersenyum pada Aisyah.
"Iya gk apa apa, ada kewajiban yg perlu kamu tunaikan, tapi mas anter ya!"
"Ehm boleh."
"Ya sudah mas tunggu abah di ruang keluarga saja ya."
Aisyah mengangguk.
Syahid keluar dari kamar mereka
Setelah keluar dari kamar ternyata Syahid sudah di tunggu sang mertua di ruang keluarga dan mereka bergegas pergi ke masjid.Usai salat subuh syahid dan sang mertua tidak langsung pulang Karena hujan yang begitu deras, sedangkan aisyah dan sang ibu menunggu mereka di rumah.
"Abah Kok belum pulang ya?"
"Khawatir sama abah apa sama suaminya?"
Aisyah tersipu malu
"Apa si ummi ini."
"Cie malu-malu, sepertinya mereka tidak bisa pulang sayang, soalnya hujan dan mereka tidak bawa payung."
"Mau di susul saja ya mi, sambil bawakan payung?"
"Iya susul saja, ummi ambil payung dulu."
Setelah mengambil payung sang ibu menyodorkan payung pada aisyah
"Hanya dua ummi"
"Iya la, maunya berapa?"
"Tiga ummi."
"Kamu satu payung sama suamimu, biar abah sendiri."
"Tappiii mi."
"Uda jalan sana, jangan pakai tapi tapi."
Aisyah bergegas pergi menemui syahid dan abahnya, sedangkan syahid dan sang metua duduk di teras masjid.
"Hujannya deras seperti, gimana pulangnya?"
"Kita tunggu saja bah, sebentar lagi mungkin agak redah."
Abah mengangguk
"Abah syahid dan Aisyah berencana mau pindah ke rumah kita besok."
"Besok?"
"Iya, hari ini syahid mau ke sana mau lihat apa saja yg kurang dan sambil mau membelinya nanti"
"Sama aisyah?"
"Sendiri abah, aisyah hari ini harus ke rumah sakit."
"Abah ikut kamu saja de, dan memang kalian harus secepatnya tinggal berdua, ya biar bisa mengenal satu masa lain."
"Ummi gimana abah?"
"Umminya mau di ajak pindah juga? Ya jangan la abah sendirin klau di ajak juga."
Syahid tersenyum
"Bukan gitu abah, maksudnya syahid, gimana caranya minta izin ke ummi."
"Kalau masalah umminya biar abah yg bilang, kamu santai saja."
Setelah beberapa menit aisyah datang dengan membawa payung
"Alhamdulillah kita di jemput bah."
"Cie yg di jemput istri" ledekan abah.
Syahid tersenyum malu. Aisyah menyodorkan payungnya ke Syahid.
"Kok di kasih ke syahid?"
"Abah sama Aisyah" kata aisyah.
"Gak mau la, mau sendiri abah."
Sambil Mengambil payung yg di sodorkan oleh aisyah ke syahid
dan bergegas pergi.Aisyah dan syahid salah tingkah
dan syahid mengambil payung dari tangan Aisyah."Biar mas yang pegang saja."
Mereka berjalan bersama.
"Hujan kali ini sangat indah."
"Ehm indah? Sama saja mas."
"Karena kamu yg membuatnya indah."
Aisyah tersenyum
"Kata katanya bikin adem, hujannya udah bikin adem eh di tambah kata katanya mas, nanti Aisyah demam karena kedinginan lo"
"kamu ini bisa saja"
Mereka berjalan beriringan.
"Kamu belajar ngengombal dari siapa sih mas?""Otodidak, hahaha."
Mereka berdua tertawa bersama ditengah derasnya air hujan.
Setelah pulang dari masjid
Syahid, Aisyah dan kedua orang tua sarapan bersama, ditemani rintik rintik hujan. Usai sarapan syahid pergi ke kamar dan membuka pintu yg menuju balkon kamar Aisyah.Syahid menatap keluar dan memandangi pemandangan yang indah.
Setelah itu syahid duduk di kursi yg ada di balkon dan Aisyah datang menghampiri syahid.
Namun aisyah berdiri sambil memegang pakar balkon sambil membelakangi Syahid. Aisyah berdiri sambil dengan wajah bahagia."Ummi mengizinkan, mas."
"Mengizinkan apa ?"
"Mengizinkan kalau besok kita pindah."
"Alhamdulillah."
Aisyah menjulurkan tangannya, air hujan jatuh pada tangan aisyah, Syahid melihat pada tangan aisyah yg di basahi air hujan.
"Hujan identik dengan air mata dan air mata itu identik dengan kesedihan."
Mendengar kata kata tersebut
Syahid menghela nafas."Tidak juga, kadang ketika sebuah kebahagian melampaui batas, kadang juga bisa menghadirkan air mata."
Syahid kemudian berdiri di dekat aisyah dan memenggang pagar balkon.
"Setelah menikah, Mas tak berani berjanji bahwa kamu tak akan menangis lagi bersama mas..Namun dengan segenap hati, Mas akan mewakafkan bahu ini tempatmu bersandar, dan mengamanahkan tangan ini tuk hapus air matamu. Insya allah"
Mendengar hal tersebut Aisyah melihat ke Samping kirinya dimana Syahid berdiri.
"Di balik anggukan perempuan yang kau pinang ini ada harapan besar bahwa dengan mulah ia bisa mendapatkan kebahagiaan."
"Sudah sana siap siap, mau kerja kan."
"Iya." Aisyah sambil tersenyum.
Aisyah kemudian masuk dan bersiap siap, setelah bebera menit syahid masuk ke dalam kamar di dapatinya sang istri sedang bersiap siap di meja hiasnya.
"Perempuan yang lisannya santun, matanya bersahabat, senyumnya hangat, dan wajahnya selalu menentramkan, Sungguh, ia sudah tak perlu hiasan lagi."
Mendengar hal tersebut aisyah melihat Syahid dari kaca di meja hiasnya yg sedang tersenyum padanya.
"Mas mau pakek baju itu? "
"Tidak, ini mau ganti baju."
Syahid mengambil baju dan pergi ke kamar mandi, selesai ia keluar dan merapakina rambutnya dengan sisir di meja hias Aisya sedangkan aisyah duduk di sofa sambil melihat ke arah poselnya.
"Laki laki yg lisannya santun, akhlaknya baik dan wajahnya meneduhkan
Sunggu ia tidak perlu style apa apa lagi agar di minati "Syahid tersenyum.
"Mata indahmu memang memerhatikan layar ponselmu,namun tidak dengan hatimu, yg selalu memerhatikan diri ini."
"Jangan PD yah mas."
Meraka bergegas pergi.
Ketika turun dari tangga Syahid dan Aisyah bertemu dengan ummi."Ummi aisyah sama mas kerja dulu ya!"
"Iya, kalian hati hati ya."
Syahid dan aisyah bergantian mencium tangan ummi.
"Biasanya kalian itu jalan-jalan kek atau makan diluar gitu, yang bisa kalian kerjakan berdua."
"Yah mau gimana lagi ummi, Aisyah hanya dapat jatah libur kemarin saja." Kata Aisyah.
"Pokoknya harus ada waktu bersama, apa itu bahasa inggrisnya kuaaaa li."
"Quality time, Ummi jawab Syahid."
"Nah itulah."
Syahid dan Aisyah tersenyum.
"Kami berangkat dulu ya Ummi, Assalamuikum."
Mereka bergegas menuju bagasi mobil, ketika di di bagasi mobil Aisyah tidak langsung naik ia malah melamun melihat ke arah pintu mobil, melihat sang istri melamun syahid membukakan pintu mobilnya.
"Uda janga gugup gitu, hanya duduk di sebelah mas saja dan mas juga gak gigit kok."
Aisyah masuk ke mobil dan tersenyum
"Nanti mau di jemput?"
"Boleh" sambil tersenyum pada Syahid.
"Oh iya nanti mas mau lihat rumah yg besok akan kita tempati, mau lihat masih kurang apa saja"
"Aisyah perlu ikut?"
"tidak usa, mas saja."
"Baiklah"
"Nanti kamu telfon mas kalau sudah mau pulang."
"Telfon pakai apa?"
"Pakai ponsel sayang."
"Nomer mas, Aisyah tidak punya."
"Oh iya ya"
"Memangnya mas punya nomer Aisyah ?"
"Enggak juga si"
"Ya sudah mana"
"08124777xxxxxx" (pembaca gak boleh tahu hehehehe) 😂🤣
"Aisyah miscall ya"
"Iya"
ponsel Syahid berbunyi .
"jangan lupa di save. "
"Iya iya"
Setelah beberapa saat
Aisyah sampai ke tempat kerjanya Sebelum turun ia mencium tangan syahid"Aisyah kerja dulu ya."
" Iya, semangat! Nanti mas jembut."
Asiyah tersenyum dan turun dari mobil mobil Syahid melaju meninggalkan Aisyah dan Aisyah masuk.
Saat berada di dalam rumah sakit
Ia bertemu dengan suster Diana. Suster Diana adalah sahabat baru Aisyah selama di rumah sakit."Sepertinya ada yg bede?"
"Apanya yg beda?"
"Lebih cerah dan ceriah wajahnya."
"Aaaah biasa saja"
Suster Diana belum tahu jika Aisyah sudah menikah.
Berbeda dengan syahid yg mengundang karyawan sekaligus sahabat dekatnya dari awal usaha yaitu Lukman.
Setelah sampai di tempat kerjanya
Syahid bertemu dengan Lukman."Cie cie pengantin baru."
"Apa sihhhh."
"Duhai senangany pengantin baruuuu," sambil bernyanyi.
Syahid hanya tersenyum
"Sepertinya ada yg bedah."
"Apanya yg beda?"
"Statusnya, kan sekarang sudah jadi lakek orang." sambil tertawa
"Kamu bisa saja."
"Saya doain semoga langsung cepat."
"cepat buat apa ?"
"Cepat langsung dapat, baby, belagak gak tahu lagi."
"Istri lagi halangan, jadi belum program punya baby."
"Wahhh kasian, sabar ya!"
"Kamu ini ada ada saja."
"Udah doain saja yah, semoga aku bisa kamu keponakan."
"Amin."
Meski hanya jadi karyawan, Syahid sudah menganggap Lukman seperti saudarahnnya sendiri.
Aisyah duduk di depan meja kerjanya, ia terus melihat ke arah ponselnya
"Mas syahid sudah sampai belum ya? Coba kirim pesan saja de"
Sambil mencari dan membuka kontak w******p Syahid, Aisyah mulai mengetik.
'assalamuaikum mas ganteng sudah sampai kah?'
"Ehm kok jadi alay gini sih."
Kemudian ia menghapus ketikannya lagi
'Assalamuaikum, km dimana? '
"Sudah tahu dia juga kerja masih tanya."
Menghapus ketikannya lagi
Ternyata saat itu syahid membuka aplikasi whatsappnya
"Dia lagi ngetik sesuatu"
Namun syahid meninggalkan ponselnya dan bergegas ke kamar mandi
Setelah beberapa manit
Ia keluar dari kamar mandi dan melihat ke arah ponselnya"Dia ini nulis pesan, apa nulis pidato, Lama banget"
Syahid terus menadangi kontak w******p Aisyah yg berketerangan sedang mengetik
Tiba tiba lukman mengetuk pintu
'Tok tok tok'
"Iya masuk"
Lukman cukup kaget setelah masuk ke ruang kerja syahid, ia mendapati Syahid sedang memolototi ponselnya.
Dia kebingungan dengan aksi syahid tersebut
"Sedang apa?"
"Sedang nunggu pesan dari istri"
Lukman terkejut dengan jawaban syahid
"Kangen yah?"
"Iyalah."
Lukman tertawa dan Syahid mulai sadar atas apa yg iya ucapkan barusan.
"Eh enggak, bukan gitu"
Usai urusannya dengan Syahid selesai Lukman keluar dari ruangan Syahid.
Syahid kembali fokus lagi pada polsennya.Kini dia yg mengirim pesan pada aisyah
'kamu ini lagi nulis cerpen ya, panjang amet'
Aisyah terkejut ketika mendapat tulisan pesan tersebut
"Adu ternyata dia nunggu kiriman pesan ku. "
'enggak, cuman mau tanya, mas sudah sampai ?'
Membaca pesan tersebut Syahid sambil tersenyum.
"Gini ternyata rasanya punya istri ya" sambil tersenyum pada ponselnya
'sudah tadi'
Kemudian Aisyah membalas pesan Syahid.
'Semangat kerjanya ya, my husband'
Syahid tersenyum.
"Kok malah jadi salting gini saya yah
Udarah subuh kala itu masuk ke kamar Aisyah dan Syahid memalui sela – sela jendela rumah mereka.Sebelum membangunkan Syahid, Aisyah terlebih dahulu mengambil wudu ke kamar mandi kemudian menggunakan mukena putihnya. Syahid masih berada di atas kasur dengan tubuh masih di tutupi oleh selimut..Aisyah perlahan berjalan menuju tempat tidur dimana suaminya masih terlelap.“Massssss,”bisik Aisyah pada telinga kanan Syahid.Syahid tak kunjung membuka matanya.“Sayanggggggggg,” tetap berbisik di telinga Syahid.Masih belum ada respon dari Syahid.“Dia tidur apa gladi mati? Susah sekali banguninnya.”“Sayang subuh, sayang bangun.”Tetap tidak ada respon dari Syahid.“Bangun yang, ih, ayo buka matanya.”“Aku mau buka mata asal di cium,” jawab syaid yang masih menutup matanya.“Oh modus rupanya dia, eh kamu yah.”
Nafisa sedang duduk di ruang tamu rumahnya sambil merajut dan ditemani oleh abahnya yang sedang meperhatikan dirinya. “Ada apa abah?” Abah hanya tersenyum melihat sang putri yang sedang duduk di sampingnya sambil menggenakan mukena putih. “Sayang!” “Iya? Kenapa?” “Rumah kita sepi nak!” “Jika baba ingin ramai ke masjid saja, para santri bisanya sedang ngaji kalau jam segini.” “Bukan itu maksud baba nak! Ah kamu ini tidak pekaan.” Nafisa tersenyum dan menaruh hasil rajutnya di meja di depannya. “Terus apa?” “Baba ingin mendengar suara tangisan bayi.” “Hah? Apa sih ba mulai deh.” “Memangnya kamu tidak ingin menikah?” “Keingin itu selalu ada dan pasti ada, cuman untuk punya bayi harus nikah dulu!” “Seandainya babah carikan santri babah mau?” Nafasi terdiam dan mulai menatap abahnya. Nafisa meraih tangan abahnya. “Bukannya sudah ada? Kenapa tidak babah car
Syahid duduk di balkon rumahnya sambil memegang kitab Al Hikam.Aisyah membawakan secangkir teh hangat untuk Syahid yang sedang menyantai di rumahnya."Masku sayang, Aisyah bawakan teh hangat untuk kamu.""Adu Istri mas yang cantik ini sangat perhatian.""Aisyah cantik?""Masak ganteng?""Iya enggak lah, sayang.""Kita mau belajar bareng yuk!""Belajar apa sayang?""Belajar Al hikam, mau?""Mau dong sayang.""Baik kita bahas tentang "Dia telah memberikan padamu nikmat, yang pertama adalah nikmat penciptaan dan kemudian dipenuhi (disempurnakan) pemberian-Nya itu secara terus-menerus.""Maksudnya gimana?"“Tidakkah kamu perhatikan, sesungguhnya Allah telah menundukkan untukmu apa yang di langit dan apa yang di bumi, dan menyempurnakan untukmu nikmat-Nya lahir dan batin. Dan di antara manusia ada yang membantah tentang Allah tanpa ilmu p
Usai menghabiskan waktu dengan Aisyah Syahid tak lantas pulang, dia mengajak Aisyah jalan-jalan ke pusat perbelanjaan.Syahid berniat membalikan baju baru untuk sang istri. Saat sampai di are parkir Syahid tak menemukan tempat untuk memarkir mobilnya dan dia berinisiatif memarkir di luar parkirkan pusat perbelanjaan tersebut.Usai memarkir mobilnya, Syahid keluar dan berlari menuju pintu mobil Aisyah untuk membukakannya."Maaf ya sayang kita harus agak jalan sedikit.""Tidak apa-apa mas, biar sedikit olah raga."Mereka berjalan beriringan. Aisyah berjalan sambil memegangi lengan Syahid. Saat sedang asyik berjalan tiba-tiba mereka berpapasan dengan seorang wanita yang dikenal. Melihat wanita itu Syahid langsung memegang tangan Aisyah yang posisinya merangkul tangannya."Neng Nafisa?""Mas Syahid!" sambil melihat ke arah tangan Syahid yang memegang tangan Aisyah yang posisinya merangkul lengannya.&nbs
Nafisa sedang berkaca di meja hiasnya dan tanpa disadari abahnya memperhatikan dari luar kamar. pintu kamar Nafisa sedikit terbuka dan dari cela itu abah Nafisa melihat putrinya yang sedang berias."Cantik anak babah.""Eh ada babah ternyata.""Mau ke mana?""Mau ke toko buku. oh iya belum izin ke babah, boleh ya!""Iya boleh! asal ajak santri juga jangan sendiri.""Siap!""Kok tambah besar kamu tambah mirip ummimu.""Allah ingin ketika babah rindu ummi cukup lihat wajah Nafisa saja.""Babah takut nanti kalau kamu sudah menikah kamu akan meninggalkan babah dan pesantren ini.""Jika nikahnya masa mas Syahid tentu saja Nafisa akan tetap tinggal di sini bah, dan pastinya mas Syahid mau diajak tinggal di sini."Abah Nafisa terkejut dengan pernyataan putrinya tersebut."Bercanda bah, ih si babah tidak bisa diajak bercanda," jawab Nafisa yan
Aisyah merapikan bajunya di depan meja hiasnya sedangkan syahid memperhatikan Aisyah.“Uda cantik, tak perlu di apa-apain lagi,” kata Syahid.Aisyah hanya tersenyum malu.Syahid mulai mendekati tubuh Aisyah dan memeluknya dari belakang sambil mencium bahu Aisyah.“Kalau begini sepertinya tak akan jadi jalan,” kata Aisyah.Syahid menaruh kepalanya pada pundak Aisyah.“Maaf jika selama ini mas belum bisa membahagiakanmu.”Mendengar kalimat tersebut Aisyah hanya tersenyum dan memegang kepala Syahid yang sedang tidur di bahunya.“Apa kamu kira istrimu ini belum bahagia?”Syahid hanya terdiam.“Ada di sisimu saja sudah cukup membuatku bahagia, dan tak perlu apa-apa lagi.”Aisyah membalikkan badannya dan mereka kini sedang berhadap-hadapan.Aisyah memegang kedua pipi Syahid dengan kedua
Angin malam mulai masuk ke kamar Aisyah dan Syahid melewati jendela kamar mereka, sementara Aisyah menaruh kepalanya di paha syahid yang sedang selonjoran sambil memandang wajah cantik Aisyah.“Jika anak kita berjenis kelamin wanita pastinya akan cantik seperti ibunya,” kata manis Syahid pada Aisyah.“Jika pria dia akan tampan seperti ayahnya,” jawab Aisyah.“Mau pria atau wanita yang terpenting dia akan menjadi orang bermanfaat nanti untuk orang di sekitarnya, negara dan agamanya,” kata Syahid sambil mengelus rambut Aisyah.“Amin.”“Jika dia seorang pria, aku berharap dia akan menjadi sosok seperti ayahnya, lelaki yang tampan, mapan dan juga Shalih dan sungguh dunia ini masih kekurangan pria Shalih sepertimu,” kata Aisyah sambil menatap dalam-dalam mata Syahid.“Andai dia wanita, aku harap dia akan jadi sosok pribadi yang lembut, cerdas dan Shali
Saat Aisyah sedang asyik bercengkrama dengan Syahid terdengar ketukan pintu dari luar kamar mereka.‘TUK,TUK,TUK’“Tuan ada tamu,” kata mbak siti asisten rumah tangga Syahid dan Aisyah.“Oh ya mbak,” kata Syahid menjawab mbak Siti.“Siapa mas? Teman mas?”“Enggak,” jawab syahid.“Ya sudah mas lihat dulu ya,” sambil berjalan menuju luar kamar.“Iya."“Kamu mandi saja dulu,” sebelum keluar dari pintu.“Siap, siap laksanakan perintah tuan raja,” dengan senyum manis Aisyah.Syahid bergegas keluar kamar dan menuju ruang tamu dan ia sangat terkejut dengan kedatangan seseorang yang sangat spesial di hatinya sebelum Aisyah.“Mama,” sambil mencium tangan sang ibu dan setelah itu sang ibu mencium kening Syahid.“Iya sayang, mana Aisy
Aisyah dan dokter Hana keluar dari ruang pemeriksaan.“Entah, saya harus senang atau sedih dengan semua ini, dan selamat untuk pernikahannya juga selamat untuk kehamilannya.”“Terimakasih dok.”“Dokter Aisyah gitu, tahu-tahu sudah nikah dan sekarang sedang mengandung.”Aisyah hanya tersenyum manis.“Siapa sosok beruntung itu dok? Sosok yang sekarang menjadi suami dokter.”“Bukan dia yang beruntung mendapatkan saya tetapi saya tetapi sayalah yang beruntung mendapatkannya."“Sesekali kenalkan gitu dok.”“Siap, hanya saja saya dan dia punya aktivitas masing-masing, untuk pergi berdua saja jarang-jangan, selama menikah baru sekali doang pergi jalan-jalan bareng dia.”“Ke depannya harus sering-sering dok.”Aisyah hanya tersenyum pada dokter Hana.Dokter Hana adalah spesialis k