Share

BAB 6 EMPAT PERMINTAAN

Aku tidak tahu kapan Eric akan enyah dari kepalaku, sedangkan tiga hari saja dia sudah menghancurkan begitu banyak hal dalam hidupku. Sekarang aku tidak tahu kabar keluargaku, kehilangan karir yang sudah susah payah kubangun, ditinggal bertunangan oleh pria yang kucintai, dan semua itu karena Eric Northman!

Rasanya layak sekali jika aku masih ingin mengutuknya menjadi batu.

Eric coba mengajakku bicara dari pagi, tapi aku masih mengabaikannya karena kesal. Kusibukkan diriku untuk memikirkan hal lain dan menganggapnya tidak ada. Aku tahu dia tidak suka diacuhkan dan anggap saja itu sebagai sedikit hukuman atas perbuatannya, mengingat aku juga tidak dapat memukul atau mencakar wajahnya jika sedang kesal. Sebenarnya hukuman ini tetap tidak ada apa-apanya jika dibanding dengan apa yang sudah dia perbuat terhadap hidupku. Dan jangan pikir aku tidak akan menghitungnya satu-persatu jika aku memiliki kesempatan untuk membalasnya nanti.

Karena aku masih diam, sepertinya Eric tahu kalau aku masih marah dan dia tidak akan berani menggangguku. Sebab itu dari tadi dia membiarkanku bertindak sesuka hati.

Aku tahu Eric tidak suka makanan instan karenanya aku sengaja makan sereal untuk sarapan dan silahkan saja kalau dia berani protes. Batinku sedikit puas jika bisa balas membuatnya kesal. Bahkan aku sengaja mengunyahnya lambat-lambat agar dia ikut menikmatinya sebagai makanan yang menjijikkan.

"Aku janji akan memberimu lebih banyak privasi jika kau mau kembali bicara," bujuk Eric.

Aku masih pura-pura acuh, mungkin menunggu Eric memberi tawaran yang lebih baik lagi, bagaimanapun aku tidak mau dia terus membodohiku.

"Aku sudah setuju untuk memberimu privasi di kamar mandi dan memilih menu sarapanmu, mungkin kita bisa menegosiasikan yang lain lagi," Eric masih belum berhenti untuk membujukku.

"Aku yakin kau tetap akan melarangku memiliki teman pria!" ejekku masih pura-pura kesal saat akhirnya menanggapinya dengan sinis.

"Sebaiknya kita membicarakan ini baik-baik," saran Eric coba terdengar bijak walaupun aku sedang tidak ingin peduli dengan kebijakan apa pun.

"Ini tubuhku! milikku! kenapa aku harus mengikutimu! Jika kau hanya numpang sebaiknya kau yang tau diri!" ketusku masih tidak mau disela. "Silahkan kau di sana, tinggal di kepalaku tapi jangan sekali-kali merasa ikut memiliki tubuhku!"

Eric diam setelah mendengarkan rentetan kekesalanku, kupikir dia juga baru tahu jika wanita juga bisa memproduksi begitu banyak amunisi dari mulutnya jika sedang kesal.

"Baiklah aku setuju, aku tidak akan ikut campur kecuali dalam hal mendesak," katanya kemudian.

"Dari mana aku bisa mempercayaimu? aku tidak tahu mahluk apa kau ini dan dari mana kau berasal sampai tiba berada di kepalaku!" Aku masih acuh dan sama sekali tidak mau peduli dengan usahanya untuk bernegosiasi karena aku merasa layak untuk lebih dia hormati.

"Sebaiknya kita memang saling mengenal dulu Susan. Anggap kita pasangan yang harus hidup bersama."

Sumpah aku hampir jijik membayangkannya, seolah-olah kami pasangan yang baru menikah kemudian harus beradaptasi untuk hidup bersama.

"Sekarang katakan dari mana asalmu?" Sungguh rasanya aku juga tidak mau dia terus bertele-tele.

"Aku tidak ingat."

"Kau memintaku untuk mempercayaimu hanya dengan jawaban seperti itu!" ejekku dengan seringai sinis.

"Aku tidak ingat sampai aku bangun di tubuhmu."

"Lantas bagai mana kau bisa tahu namamu Eric Northman, apa kau juga memberi nama untuk dirimu sendiri?" aku hampir muak dengan omong kosong ini.

"Mungkin aku memang baru terpikir nama itu saat kau tiba-tiba kembali, karena selama ini aku memang tidak merasa membutuhkan nama."

"Kenapa tidak sekalian kau katakan namamu 'Susan' bukankah orang-orang juga memangilmu Susan!"

"Aku laki-laki," dia coba mengingatkan.

"Laki-laki yang terlalu banyak bicara di kepalaku! " Aku diam sebentar. "Mungkin kau sebenarnya memang tidak ada dan hanya imajinasiku belaka!" Sekali lagi kupukul kepalaku sendiri biar dia tiba-tiba hilang.

"Aku juga manusia, Susan, sama sepertimu."

"Lantas siapa dirimu, masak kau tidak ingat sama sekali! Kenyataannya kau tidak buta huruf saat bangun di tubuhku."

Eric kembali diam, mungkin sedang kembali ingin mengarang kebohongan.

"Jangan coba menipuku, Eric Northman!" aku segera mengingatkan.

"Baiklah, aku hanya ingat sekilas dan hanya sedikit sekali, tapi aku tahu jika aku juga pernah hidup sepertimu."

Seketika aku berjengit. "Lantas sekarang kau masih hidup apa sudah mati?" tanyaku buru-buru karena sepertinya aku juga baru terpikir tentang hal mengerikan itu.

"Aku tidak ingat." Erick membawa kepalaku menggeleng.

Oh, jangan-jangan ada roh orang mati yang nyasar ke tubuhku!

Apa mungkin aku bisa meminta bantuan para normal untuk mengeluarkannya, agar Eric Northman ini hilang dari kepalaku? Mungkin itu akan segera kupikirkan nanti.

"Apa lagi yang kau ingat?" aku segera bertanya lagi.

"Tidak ada lagi, Susan."Eric kembali bicara setelah diam sebentar, "Jika ada lagi yang kuingat pasti aku akan segera mengatakannya padamu."

"Berapa usiamu, Eric?"

Tiba-tiba aku penasaran karena bukannya tidak mungkin ada roh kakek-kakek yang tersesat kemudian hinggap di tubuhku. Walau agak aneh juga kalau ada kakek-kakek dengan selera seperti Eric Northman. Bahkan aku masih merinding membayangkan diriku sudah mengendarai mobil seperti tank itu selama hampir dua tahun ini. Semoga saja dia tidak benar-benar membuatku miskin karena telah membeli benda seperti itu.

"Sekarang apa maumu?"

"Kita berbaikan dan hidup bersama,"saran Eric.

Kedengarannya hampir seperti kami pasangan yang baru bertengkar kemudian dia mengajakku untuk kembali rujuk dan pulang ke rumah. Apapun itu rasanya masih terlalu konyol untuk kucerna dan aku sedang membahas hal seperti itu dengan seseorang yang sama-sama berada di tubuhku.

"Apa yang akan kudapat?" tanyaku kembali pada tujuan awal diskusi kami tadi.

"Aku akan memberimu privasi, dan tidak akan ikut campur dalam hidupmu."

"Kecuali dalam kondisi darurat!" tambahnya lagi.

Aku diam untuk berpikir, kira-kira apa lagi yang bisa kuminta. Kurasa aku seharusnya memiliki kesempatan untuk mengajukan beberapa permintaan sebagai sesuatu yang adil karena dia sudah numpang di tubuhku.

"Aku akan mengajukan beberapa permintaan?"

Eric seperti sedang berpikir sebentar begitu mendengar ucapanku.

"Baiklah, katakan saja."

"Aku belum memikirkannya."

"Aku tidak bisa menyetujui sesuatu yang tidak pasti," kilahnya.

"Aku akan tentukan jumlahnya," aku coba bernegosiasi. "Bagaimana jika lima permintaan yang harus kau tepati?"

"Tiga, " tawarnya.

"Jangan-jangan kau Jin, ya!" ejekku untuk tiga permintaanya.

"Aku mau lima!" tegasku masih tidak mau mengalah.

"Empat," dia masih belum berhenti menawar.

"Aku yakin saat hidup kau sangat perhitungan!" jengkelku saat akhirnya mengalah.

Akhirnya kami sepakat Empat permintaan yang harus ditepati.

"Bukan hanya olehku, tapi kau juga," tambah Eric kemudian.

"Apa maksudmu?"

"Kau harus adil, Susan. Tidak mungkin aku tidak dapat apa-apa dari kesempatan ini."

"Aku ingin kau juga melakukan empat hal untukku!"

"Baiklah!"

Bagaimanapun aku bukan pengecut!

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Kevin Mauladi
seruu banget ternyata.
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status