Home / Romansa / SUSAN / BAB 6 EMPAT PERMINTAAN

Share

BAB 6 EMPAT PERMINTAAN

Author: Jemyadam
last update Huling Na-update: 2021-03-13 12:00:37

Aku tidak tahu kapan Eric akan enyah dari kepalaku, sedangkan tiga hari saja dia sudah menghancurkan begitu banyak hal dalam hidupku. Sekarang aku tidak tahu kabar keluargaku, kehilangan karir yang sudah susah payah kubangun, ditinggal bertunangan oleh pria yang kucintai, dan semua itu karena Eric Northman!

Rasanya layak sekali jika aku masih ingin mengutuknya menjadi batu.

Eric coba mengajakku bicara dari pagi, tapi aku masih mengabaikannya karena kesal. Kusibukkan diriku untuk memikirkan hal lain dan menganggapnya tidak ada. Aku tahu dia tidak suka diacuhkan dan anggap saja itu sebagai sedikit hukuman atas perbuatannya, mengingat aku juga tidak dapat memukul atau mencakar wajahnya jika sedang kesal. Sebenarnya hukuman ini tetap tidak ada apa-apanya jika dibanding dengan apa yang sudah dia perbuat terhadap hidupku. Dan jangan pikir aku tidak akan menghitungnya satu-persatu jika aku memiliki kesempatan untuk membalasnya nanti.

Karena aku masih diam, sepertinya Eric tahu kalau aku masih marah dan dia tidak akan berani menggangguku. Sebab itu dari tadi dia membiarkanku bertindak sesuka hati.

Aku tahu Eric tidak suka makanan instan karenanya aku sengaja makan sereal untuk sarapan dan silahkan saja kalau dia berani protes. Batinku sedikit puas jika bisa balas membuatnya kesal. Bahkan aku sengaja mengunyahnya lambat-lambat agar dia ikut menikmatinya sebagai makanan yang menjijikkan.

"Aku janji akan memberimu lebih banyak privasi jika kau mau kembali bicara," bujuk Eric.

Aku masih pura-pura acuh, mungkin menunggu Eric memberi tawaran yang lebih baik lagi, bagaimanapun aku tidak mau dia terus membodohiku.

"Aku sudah setuju untuk memberimu privasi di kamar mandi dan memilih menu sarapanmu, mungkin kita bisa menegosiasikan yang lain lagi," Eric masih belum berhenti untuk membujukku.

"Aku yakin kau tetap akan melarangku memiliki teman pria!" ejekku masih pura-pura kesal saat akhirnya menanggapinya dengan sinis.

"Sebaiknya kita membicarakan ini baik-baik," saran Eric coba terdengar bijak walaupun aku sedang tidak ingin peduli dengan kebijakan apa pun.

"Ini tubuhku! milikku! kenapa aku harus mengikutimu! Jika kau hanya numpang sebaiknya kau yang tau diri!" ketusku masih tidak mau disela. "Silahkan kau di sana, tinggal di kepalaku tapi jangan sekali-kali merasa ikut memiliki tubuhku!"

Eric diam setelah mendengarkan rentetan kekesalanku, kupikir dia juga baru tahu jika wanita juga bisa memproduksi begitu banyak amunisi dari mulutnya jika sedang kesal.

"Baiklah aku setuju, aku tidak akan ikut campur kecuali dalam hal mendesak," katanya kemudian.

"Dari mana aku bisa mempercayaimu? aku tidak tahu mahluk apa kau ini dan dari mana kau berasal sampai tiba berada di kepalaku!" Aku masih acuh dan sama sekali tidak mau peduli dengan usahanya untuk bernegosiasi karena aku merasa layak untuk lebih dia hormati.

"Sebaiknya kita memang saling mengenal dulu Susan. Anggap kita pasangan yang harus hidup bersama."

Sumpah aku hampir jijik membayangkannya, seolah-olah kami pasangan yang baru menikah kemudian harus beradaptasi untuk hidup bersama.

"Sekarang katakan dari mana asalmu?" Sungguh rasanya aku juga tidak mau dia terus bertele-tele.

"Aku tidak ingat."

"Kau memintaku untuk mempercayaimu hanya dengan jawaban seperti itu!" ejekku dengan seringai sinis.

"Aku tidak ingat sampai aku bangun di tubuhmu."

"Lantas bagai mana kau bisa tahu namamu Eric Northman, apa kau juga memberi nama untuk dirimu sendiri?" aku hampir muak dengan omong kosong ini.

"Mungkin aku memang baru terpikir nama itu saat kau tiba-tiba kembali, karena selama ini aku memang tidak merasa membutuhkan nama."

"Kenapa tidak sekalian kau katakan namamu 'Susan' bukankah orang-orang juga memangilmu Susan!"

"Aku laki-laki," dia coba mengingatkan.

"Laki-laki yang terlalu banyak bicara di kepalaku! " Aku diam sebentar. "Mungkin kau sebenarnya memang tidak ada dan hanya imajinasiku belaka!" Sekali lagi kupukul kepalaku sendiri biar dia tiba-tiba hilang.

"Aku juga manusia, Susan, sama sepertimu."

"Lantas siapa dirimu, masak kau tidak ingat sama sekali! Kenyataannya kau tidak buta huruf saat bangun di tubuhku."

Eric kembali diam, mungkin sedang kembali ingin mengarang kebohongan.

"Jangan coba menipuku, Eric Northman!" aku segera mengingatkan.

"Baiklah, aku hanya ingat sekilas dan hanya sedikit sekali, tapi aku tahu jika aku juga pernah hidup sepertimu."

Seketika aku berjengit. "Lantas sekarang kau masih hidup apa sudah mati?" tanyaku buru-buru karena sepertinya aku juga baru terpikir tentang hal mengerikan itu.

"Aku tidak ingat." Erick membawa kepalaku menggeleng.

Oh, jangan-jangan ada roh orang mati yang nyasar ke tubuhku!

Apa mungkin aku bisa meminta bantuan para normal untuk mengeluarkannya, agar Eric Northman ini hilang dari kepalaku? Mungkin itu akan segera kupikirkan nanti.

"Apa lagi yang kau ingat?" aku segera bertanya lagi.

"Tidak ada lagi, Susan."Eric kembali bicara setelah diam sebentar, "Jika ada lagi yang kuingat pasti aku akan segera mengatakannya padamu."

"Berapa usiamu, Eric?"

Tiba-tiba aku penasaran karena bukannya tidak mungkin ada roh kakek-kakek yang tersesat kemudian hinggap di tubuhku. Walau agak aneh juga kalau ada kakek-kakek dengan selera seperti Eric Northman. Bahkan aku masih merinding membayangkan diriku sudah mengendarai mobil seperti tank itu selama hampir dua tahun ini. Semoga saja dia tidak benar-benar membuatku miskin karena telah membeli benda seperti itu.

"Sekarang apa maumu?"

"Kita berbaikan dan hidup bersama,"saran Eric.

Kedengarannya hampir seperti kami pasangan yang baru bertengkar kemudian dia mengajakku untuk kembali rujuk dan pulang ke rumah. Apapun itu rasanya masih terlalu konyol untuk kucerna dan aku sedang membahas hal seperti itu dengan seseorang yang sama-sama berada di tubuhku.

"Apa yang akan kudapat?" tanyaku kembali pada tujuan awal diskusi kami tadi.

"Aku akan memberimu privasi, dan tidak akan ikut campur dalam hidupmu."

"Kecuali dalam kondisi darurat!" tambahnya lagi.

Aku diam untuk berpikir, kira-kira apa lagi yang bisa kuminta. Kurasa aku seharusnya memiliki kesempatan untuk mengajukan beberapa permintaan sebagai sesuatu yang adil karena dia sudah numpang di tubuhku.

"Aku akan mengajukan beberapa permintaan?"

Eric seperti sedang berpikir sebentar begitu mendengar ucapanku.

"Baiklah, katakan saja."

"Aku belum memikirkannya."

"Aku tidak bisa menyetujui sesuatu yang tidak pasti," kilahnya.

"Aku akan tentukan jumlahnya," aku coba bernegosiasi. "Bagaimana jika lima permintaan yang harus kau tepati?"

"Tiga, " tawarnya.

"Jangan-jangan kau Jin, ya!" ejekku untuk tiga permintaanya.

"Aku mau lima!" tegasku masih tidak mau mengalah.

"Empat," dia masih belum berhenti menawar.

"Aku yakin saat hidup kau sangat perhitungan!" jengkelku saat akhirnya mengalah.

Akhirnya kami sepakat Empat permintaan yang harus ditepati.

"Bukan hanya olehku, tapi kau juga," tambah Eric kemudian.

"Apa maksudmu?"

"Kau harus adil, Susan. Tidak mungkin aku tidak dapat apa-apa dari kesempatan ini."

"Aku ingin kau juga melakukan empat hal untukku!"

"Baiklah!"

Bagaimanapun aku bukan pengecut!

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App
Mga Comments (2)
goodnovel comment avatar
Fifi Tasya
jgn" Eric ini koma... hahahaha
goodnovel comment avatar
Kevin Mauladi
seruu banget ternyata.
Tignan lahat ng Komento

Pinakabagong kabanata

  • SUSAN   BAB 96 ORANG TUA YANG BAIK

    Akhirnya Sidney mengalah dan setuju untuk menjemput putra Paris. Selama ini anak itu tinggal bersama pengasuh di bawah perlindungan hukum. Biasanya Paris hanya diijinkan untuk berkunjung tanpa boleh mengajak anak itu keluar bersamanya."Aku tidak mau menangani bocah yang masih mengompol." Sidney tetap bersikeras tidak mau ikut campur jika nanti Susan mendapat masalah."Anak laki-laki tujuh tahun sudah tidak kencing di celana lagi, Sidney!"Kadang Susan juga masih kesal dengan sifat egois suaminya yang bisa sangat tidak masuk akal, Dia mau memiliki banyak anak tapi tidak mau repot mengurusi anak-anak."Kita harus melihatnya dulu siapa tahu nanti kau juga akan menyukaianya!"Susan memencet bel pintu sementara Sidney masih berdiri di undakan tangga paling bawah nampak tak berminat untuk ikut masuk. Sidney benar-benar lebih suka disuruh menunggu di dalam mobil dari pada ikut berbasa-basi seperti yang diajarkan Susan."Ingat kau cukup tersenyum j

  • SUSAN   BAB 96 BUKU HARIAN JESSY

    Sidney sudah tidur ketika Susan pelan-pelan mengambil buku harian Jessy dari dalam laci. Sidney tidak suka jika Susan membaca buku itu karena biasanya Susan malah jadi menangis setelah membacanya dan Sidney tidak suka melihat Susan bersedih untuk sesuatu yang menurutnya percuma. Tapi tetap saja Susan sering diam-diam membacanya, Jessy memiliki tulisa yang sangat rapi sangat berbanding terbalik dengan dirinya. Membaca buku harian Jessy membuat Susan serasa ikut mengenal saudarinya meskipun mereka tidak pernah bertemu.***Jessy 12 Maret 2016***Bukannya aku tidak mau tinggal di kampung halama Paris, tapi aku sudah pernah mencobanya dan tidak bisa. Paris adalah orang yang sering bepergian dengan segala kesibukan pekerjaannya yang luar biasa. Paris juga melarangku bekerja lagi sejak kami menikah, sering kali aku merasa bosan ketika harus tinggal sendiri di rumah besarnya. Aku juga tidak punya teman atau keluarga di sana, semua yang kukenal adalah teman-teman Paris dan ling

  • SUSAN   BAB 95 ANAK LAKI-LAKI

    Susan memperhatikan Sidney yang masih tertidur dan menyentuh bibir penuhnya yang sedikit terbuka. Ternyata pria seperti Sidney juga bisa nampak lucu ketika sedang tertidur dan Susan menyukainya karena jarang-jarang Sidney mau diganggu."Apa yang kau lakukan!" tegur Sidney yang ternyata sudah terbangun."Tidak ada," acuh Susan segera pura-pura mengabaikannya."Kemari kau!""Ao..!" Susan memekik kaget karena Sidney balas memukul bokongnya.Mereka masih sama-sama belum berpakaian sejak selesai bercinta tadi malam dan Tiba-tiba saja Sidney sudah kembali menerjang masuk dan menderanya."Sidney, ingat kau punya janji dengan Notarais pagi ini!"Susan coba mengingatkan tapi Sidney tetap mengabaikanya karena Susan memang bisa sangat cerewet meskipun sedang ia setubuhi. Gilanya Lagi Susan masih sempat meraih ponsel dan membalas pesan."Buang benda itu, Susan!" Sidney langsung membalik tubuh Susan dan merampas ponsel terkutuk itu dari tan

  • SUSAN   BAB 94 EKSTRA PART JESSY

    JESSY... Saat pertama kami bertemu dia adalah pemuda yang rupawan, berulang kali dia bertanya bagaimana untuk mendapatkan wanita sepertiku dengan sangat terus terang dan sedikit tidak tahu malu."Masukilah hatinya, maka kau akan mendapatkan segalanya," kataku saat menatap Netra biru gelapnya yang dalam ketika kami duduk di meja bar dan yakin pria tampan itu belum mabuk untuk merayuku. Aku tahu jika Paris Parker adalah pria yang cukup percaya diri untuk mendapatkan apapun keinginannya."Sebutkan apa saja yang bisa kudapatkan, setelah itu? " bisiknya saat mendekatkan bibirnya ke telingaku. "Love, loyalty, dan keberanian !" Walapun setiap hari aku bekerja di antara para wisatawan asing tapi memang tidak akan pernah kubiarkan diriku terlibat dengan mereka dalam urusan asmara. Namun sepertinya pengecualian utuk seorang Paris Parker, pria yang telah dengan begitu berani berlutut di depanku dan memohon untuk menjadikanku miliknya.

  • SUSAN   BAB 93 SAUDARA

    Seorang pengurus rumah menemukan Paris Parker sudah terduduk kaku takbernyawa dengan bekas lobang peluru si pelipis kanannya. Tangan kanana masih memegang pitol dan sebuah ponsel terjatuh di lantai tak jauh dari tempat dududknya. Sebuah buku harian milik Jessy yang juga baru Paris temukan dari dalam laci masih terbuka di atas meja karena sepertinya pria itu juga belum selesai membacanya dan sudah tidak tahan.Pihak kepolisian menghubungi Sidney parker sebagai satu-satunya keluarga Paris. Sidney dan Susan juga langsung terbang ke Bali hari itu juga. Pihak kepolisian meminta Sidney untuk memutuskan bakal di makamkan di mana jenazah saudaranya. Sebenarnya Sidney sendiri juga tidak tahu karena hubungan mereka selama ini memang tidak seperti layaknya keluarga, tapi Susan yang langsung menyela dan minta agar Paris dimakamkan di samping saudarinya. Pihak kepolisian juga memberikan buku harian Jessy kepada Susan dan memberi tahu Sidney jika akan ada notarais dari Paris Parker yang ak

  • SUSAN   BAB 92

    "Oh, Sayang apa yang kau pikirkan?" tanya Sidney pada wanita yang sedang berbaring di bawah naungan tubuhnya tapi entah pikiranya sedang melayang berada di mana."Tidak ada," bohong Susan sambil menggeleng saat Sidney menyentuh bibirnya dengan ibu jari."Aku bisa sangat cemburu jika kau memikirkan pria lain," sarkas Sidney yang sebenarnya juga tahu jika Susan sedang memikirkan Parish yang baru saja menelponya.Sidney merunduk untuk mencium Susan dan tetap bersikeras menahan wanita itu dalam ciumanya meskipun Susan agak enggan untuk menaggapinya."Sungguh aku mencemaskan Parish." Akhirnya Susan terus terang ketika tiba-tiba mendorong Sidney untuk berhenti sejenak."Sudah kubilang jangan memikirkan pria lain, apa lagi brengsek itu!" Sidney terdengar marah."Aku serius, sungguh perasaanku sedang tidak enak." Susan beringsut dari naungan tubuh Sidney dan kembali merapikan gaun tidurnya."Kau mau ke mana?"Sidney melihat Susan berja

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status