Share

Cincin Tunangan

Kayara dan Nia sudah datang dari tadi di salah satu butik, keduanya menunggu kedatangan Rendy dan juga Mia. Kayara terlihat sangat kesal karena pria itu belum juga datang. 

Padahal sudah 1 jam keduanya menunggu namun, belum terlihat tanda-tanda kedatangan Rendy dan juga Mia. Sesekali Nia melihat jam di tangan, sang anak sudah begitu kesal karena Rendy yang telat datang. 

"Ma ... Apa mereka tidak mengerjai kita? Ini sudah 1 jam pasti bohong nih!" Kayara begitu sangat kesal. Bagaimana juga menunggu itu sangatlah menyebalkan. 

"Sabarlah dulu Kayara ...." kata Nia dan sang anak menghela napas kasar, lalu kembali bermain ponsel di tangannya. 

Tidak lama mobil hitam masuk dalam parkiran butik terlihat Rendy dan Mia telah datang dan keduanya, masuk ke dalam butik. Sontak Nia bangun untuk menyapa besannya. 

Nia dan Mia saling menyapa dan memeluk namun, wanita tua yang menjadi orang tua Rendy menunjukkan wajah tidak suka kepada Kayara.  Kayara tahu jika mertuanya terlihat tidak suka. Namun dia hanya diam, terlebih jika melihat kepada Rendy yang kini memasang wajah terpaksa, sudah jelas semuanya tidak sedang baik-baik saja. 

"Silahkan kalian pilih mau yang mana? Lalu cepat dicoba.  Kemudian untuk cincin Rendy dan Kayara saja yang pergi. Jeng Nia kita pergi saja, karena belum bertemu dengan Event Organizer, kita pergi sekarang saja dan biarkan anak-anak berdua menentukan," Kata Mia dan Nia mengangguk. Setelah keduanya pamit pada pasangan calon pengantin memilih gaun dan jas. 

Kayara dan Rendy akhirnya memilih gaun dan jas bersama. 

"Nggak usah cari yang mahal-mahal buang-buang duit," bisik Randy menatap begitu jengkel pada calon istrinya yang tengah memilih gaun, bersama pelayan wanita. 

"Ceh, orang gila!" balas Kayara lalu masuk mengikuti pegawai wanita yang mengajaknya untuk mencoba gaun pengantin.

Randy tersenyum tipis ada ketertarikan pada Kayara. Jika sudah menggoda dan meledek wanita itu. Pria ini salah satu jas berwarna hitam lalu dia mencobanya di depan cermin. 

"Bolehlah keren juga kok," ucapnya lalu membuka lagi. 

Setelah selesai Randy berganti kembali dengan kemeja dirinya. Ia duduk di sofa menunggu Kayara, begitu lama. Dia membuka majalah membaca sesaat untuk mengalihkan keboringan. 

"Tuan, bagaimana pendapat Anda?" suara wanita mengalihkan perhatian Randy yang tengah melihat majalah. 

Mata seakan terpanah, sesaat tidak berkedip. Majalah yang semula di tangan. Kini berpindah pada lantai tanpa sadar. 

Kayara wanita kampung yang biasa saja. Kini menjadi sosok yang amat cantik, anggun, bahkan melebihi cantiknya Manda. 

"Woy! Sampai kapan lo diam? Cepet jawab tuh, kata Mbak-mbaknya. Lo pikir enak pake baju begini. Bisa masuk angin gue!" protes Kayara tidak pernah dia mengetahui jika gaun yang dia pilih asal tadi, amat sexi bagi seorang Kayara yang masih sangat muda. Terlebih gaun yang memperlihatkan jelas bagian dadanya, hingga sedikit memperlihatkan kemolekan bagian belahan dada yang indah tanpa cacat.

Randy kelabakan saat Kayara menegurnya. Dia menggaruk kepalanya yang tidak gatal itu, amat malu tertangkap basah oleh Kayara

"Lo jelek, ya jelek aja. Pakai gaun semahal apapun. Jangan mimpi jadi cinderela, gadis kampung," tegas Randy kembali membuang wajah.

"Ceh, tidak pernah ada manisnya sedikitpun dasar cowok gila!" seru Kayara lalu berbalik mengangkat bawah gaun untuk kembali memakai pakaiannya.

Setelah wanita itu pergi Randy bisa bernafas legah. Dia menyandarkan punggungnya pada sofa, membayangkan Kayara tadi dengan gaun begitu cantik.

"Gila wanita miskin, kaya preman pasar bisa cantik begitu, pakai gaun mahal. Apa memang pada dasarnya dia itu cantik? Jadi pakai apa saja terlihat anggun," ucap Randy tanpa sadar telah memuji calon istrinya.

Sudut bibirnya terangkat sempurna membayangkan Kayara barusan mampu membuat seorang Randy terlena begitu lama memandang. 

"Cih, apaan sih Kenapa membayangkan dia sudah jelas, pernikahan ini hanya terpaksa dan sandiwara cuma demi harta warisan yang tidak akan jatuh pada yayasan." 

Rendy kembali fokus pada majalah sambil menunggu calon istrinya yang tengah pakaian. 

Kayara kembali lagi setelah berganti pakaian, bahkan kini keduanya, ditinggal oleh orang tua masing-masing. Kini mencoba gaun sudah selesai. Ini saatnya mencari cincin tunangan karena pertunangan terjadi esok hari. Namun gaun ini untuk bulan depan. 

Rendy yang telah melihat calon istrinya telah keluar dari ruangan ganti seketika, tanpa mengajak pria ini pergi dan Kayara memiringkan sebelah bibir. 

"Dasar pria nggak punya hati nurani, semoga cepat mendapatkan karma dan Tuhan atas kekejaman lo, dasar company!" serunya lalu pergi mengikuti calon suaminya yang telah menunggu di luar. 

Rendy yang telah menunggu di dalam mobil begitu kesal kepada Kayara yang jalannya begitu lambat, tidak buru-buru. Sedangkan dia masih memiliki janji dengan sahabatnya Andra. 

"Bisa tidak sih, jalan itu yang cepat? Kayak siput lelet banget!" Rendy membentak calon istrinya yang telah masuk ke dalam mobil dan kini tengah memakai sabuk pengaman. 

Kayara memberikan tatapan kesal pada pria yang tidak memiliki hati nurani sejak awal pertemuannya. Terlebih setelah pria ini jujur kenapa dia, menerima perjodohan hanya untuk harta warisan yang tidak ingin jatuh pada tangan panti asuhan. 

"Ini juga sudah ada di mobil sabar atuh!" Kayara sangat kesal membalas setiap ucapan Rendy yang menurut dia kelewatan. 

"Karena bukan hanya gaun saja, kita juga harus memberi cincin dan aku pun, harus pergi ada acara dengan sahabat dan pacarku!" 

Kayara memiringkan tubuh menatap calon suaminya yang terlihat sangat kesal. Bahkan bukan hanya Rendi yang memiliki janji, dia pun sama memiliki janji bersama temannya. 

"Lo pikir hanya lo saja yang memiliki janji sama gue pun punya!" 

Randy tidak menjawab, dia mengalihkan pada stir mobil menyalakan mesin. Akhirnya pergi dari butik tanpa, melanjutkan perdebatan kembali dan Kayara kembali menatap ke depan, tidak lagi melihat pada calon suaminya. 

Begitupun Rendy dia fokus pada kemudi tidak melihat kepada wanita di sampingnya, menurut dirinya Kayara tidaklah begitu istimewa. Terlebih baru lulus sekolah, belum berpengalaman seperti Manda sang pacar. 

Setelah perjalanan memakan waktu lamanya 25 menit akhirnya keduanya tiba di tempat toko perhiasan yang tidak jauh dari butik tadi. 

Sebenarnya di sini adalah langganan Mia, itu sebabnya Rendy membawa calon istrinya ke tempat ini. Karena dia tidak tahu lagi harus mencari perhiasan di mana lagi. 

Kayara membuka sabuk pengaman begitu juga Rendy keduanya, pergi menuju toko perhiasan untuk esok tunangan.

Pelayan menyambut kedatangan pasangan ini dan Rendy serta Kayara duduk di depan kaca yang menampilan banyak perhiasan. 

"Keluarkan perhiasan yang paling mahal dan pasangkan pada wanita itu," pinta Rendy pada pegawai toko perhiasan sesaat Kayara terharu akan Rendy yang meminta perhiasan mahal untuknya. 

"Baik Tuan," kata pelayan. 

Cincin begitu mewah dikeluarkan oleh pelayan dan Kayara ragu untuk mencobanya, karena ini adalah cincin berlian. 

Karena Kayara hanya terdiam akhirnya Rendy mengambil jari tangan calon istrinya, lalu dia menyematkan cincin pada jari manis Kayara. 

Wanita ini bengong mendapatkan perlakuan sangat manis dari pria ini. Namun seketika cincin telah tersemat dan cocok, Rendy malah menarik kembali cincinnya. Lalu keduanya saling memandang. Namun sudut bibir Randy tersenyum mengejek. 

"Jangan bangga dulu ini cincin untuk lo, jelas ini adalah milik  Manda, tadi hanya meminjam jari lo yang sama dengannya," ucap Rendy lalu balik badan pergi setelah membayar cincin dan Kayara termangu, di depan kaca perhiasan ditinggalkan begitu saja. Sedangkan harus membeli cincin untuk mereka bertunangan besok namun apa yang terjadi? Randy membeli untuk pacarnya. 

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status