Setelah masuk ke ruang kerja, Arjuna mengambil anak panah. Namun dia hanya memainkannya di tangan, tidak melemparkannya.Galang melirik papan sasaran.Papan sasaran itu dipenuhi dengan nama-nama menteri di istana, ada sebuah anak panah di atasnya.Galang melihat dengan saksama dan menemukan bahwa nama yang dipaku anak panah itu adalah Bara."Kak Galang, bukankah kamu akan memberitahuku tentang Gading?" kata Arjuna."Oh!" Galang menarik kembali pandangannya, lalu mulai menceritakan.Sejak tahun lalu, sejumlah besar wanita di ibu kota menghilang.Setelah menerima laporan tersebut, Gading mulai menyelidiki.Saat menyelidiki, malah ditemukan bahwa wanita yang menghilang berada di rumah Gading.Ketika Aswin, Menteri Kehakiman, masuk ke rumah Gading bersama anak buahnya, seorang wanita diikat di kasur Gading tanpa pakaian dan disiksa sampai sekarat."Gading jelas telah mengetahui kebenarannya, dia dijebak," komentar Arjuna."Ya, tapi ...." Galang menghela napas. "Aswin, Menteri Hukum, tidak
"Memang lebih enak dilihat daripada pria di ibu kota," timpal Esih Alsava, putri besar.Putri besar sebenarnya tidak lebih tua, dia hanya setengah jam lebih tua dari Euis.Mereka adalah saudara kembar, dua putri bungsu Pangeran Maruta sekaligus putri kesayangan Pangeran Maruta."Yang Mulia Arjuna datang sendiri untuk menjemput Dinda dan begitu lembut padanya. Dulu aku merasa kasihan pada Dinda karena menikah di usia muda. Sekarang melihat Yang Mulia Arjuna begitu baik, aku jadi sedikit iri."Kakak perempuan mereka adalah seorang putri, tetapi suami mereka tidak pernah berbicara kepada mereka dengan lembut. Sudah cukup baik mereka tidak berteriak.Dinda tidak mendengar apa yang dikatakan Arjuna dengan jelas. Dia mengira Arjuna memintanya untuk berjalan lebih cepat.Keliman roknya ditarik sedikit lebih tinggi, lalu dia berlari.Cahaya matahari terbenam menyinarinya, memantulkan lapisan cahaya oranye lembut.Pemandangan ini membuat Arjuna sedikit terpesona.Gadis kecil yang berwajah kotor
"Jemput Dinda? Apakah Dinda tidak ada di rumah?" Arjuna tampak bingung."Dinda pergi ke gedung sulam untuk belajar. Tuan sibuk akhir-akhir ini, jadi aku belum memberitahumu."Gedung sulam adalah tempat para wanita dari keluarga kaya belajar di zaman kuno.Bukan hanya belajar menyulam, tetapi juga belajar alat musik, catur, kaligrafi, lukisan, serta etiket dan lain-lain."Tuan, sudah ya, aku tidak bisa bicara denganmu lagi. Kelas Dinda sudah berakhir sekarang, aku harus cepat pergi.""Aku saja yang pergi."Arjuna menarik Daisha.Setelah datang ke ibu kota, Arjuna sibuk beradu akal dan keberanian dengan keluarga Yudha. Dia sudah lama tidak bersama Dinda.Gadis itu pasti menyalahkannya....Gedung Sulam Pita Indah merupakan gedung sulam terbesar dan terbaik di ibu kota. Para pengajar di dalam adalah wanita istana yang sudah pensiun.Para wanita istana ini dulu mengajarkan etiket kepada para selir dan putri di istana.Tidak peduli seberapa keras dia berusaha, Arjuna tetap terlambat.Mawar
Miko masih ingin mengejek Arjuna, tetapi dia disela oleh Kemil. "Kalau kamu masih sakit, istirahat saja di rumah. Untuk apa kamu mengikuti sidang pagi?""Terima ... terima kasih atas perhatian Yang Mulia Kemil!" Miko dapat mendengar bahwa Kemil tidak senang, tetapi dia tidak mengerti mengapa Kemil tidak senang.Kemil telah menjadi Menteri Keuangan. Menurut kebiasaan sebelumnya, keluarga Yudha akan mengadakan perjamuan besar.Pengikut Yudha telah menyiapkan hadiah dan sedang menunggu undangan dari Yudha.Namun tunggu demi tunggu, mereka tak kunjung menerima undangannya.Orang seperti Miko mengira dirinya tertinggal, jadi dia pergi ke kediaman Yudha untuk menunjukkan kesetiaannya. Alhasil, dia malah menemukan bahwa luar kediaman Yudha sepi.Ketika dia sedang bingung ....Di dalam kediaman Yudha.Yudha, Kemal dan Kemil duduk di ruang kerja dengan raut wajah muram.Para pembantu dan pelayan yang diam di samping tidak berani bernapas dengan keras, karena takut membuat marah salah satu dari
Gita tampak puas. Dia merapikan pakaiannya, lalu membuka tirai."Mentari, kenapa kamu ada di sini?"Pada saat ini, wajah Mentari memerah, seluruh tubuhnya basah oleh keringat. Dia jatuh di kursi."Ibu, Yang Mulia."Suara Mentari bahkan lebih lemah daripada suara Gita ketika mencapai puncak tadi.Arjuna dan Gita saling memandang.Tanpa mengatakan apa-apa, mereka sudah mengerti apa yang terjadi.Arjuna mengambil sepotong pakaian, kemudian berjalan ke arah Mentari.Pakaian gadis itu basah kuyup, dia akan masuk angin jika tidak menggantinya."Yang Mulia, biar aku saja."Gita mengambil pakaian dari tangan Arjuna."Kamu seharusnya tidak begitu terburu-buru tadi. Sekarang kamu dalam masalah, 'kan," kata Arjuna."Bagaimana ini bisa disebut masalah? Ada baiknya biarkan dia mengalaminya dulu agar dia tidak bingung ketika dia melayani Yang Mulia. Yang Mulia bisa kehilangan minat," jawab Gita dengan tidak setuju."..."Begini pun jadi?Arjuna tidak bisa membantah....Waktu kompetisi satu bulan te
Gita berdiri dari mesin jahit, kemudian menjawab dengan lembut. "Baiklah."Arjuna bertanya-tanya mengapa Gita sedikit berbeda sekarang.Gita yang sekarang lembut dan malu-malu. Dia menatap Arjuna dengan penuh cinta dan kelembutan.Arjuna tertegun.Dia sepertinya sudah mengerti maksud dari perkataan Dewi tadi.Malam ini, saatnya menemani Gita.Tenggorokan Arjuna sedikit tercekat. Dia tidak bisa lagi menatap Gita setenang sebelumnya.Entah karena gugup atau terlalu bersemangat, Gita tidak sengaja tersandung ketika dia berjalan menuju Arjuna."Hati-hati!"Gita jatuh ke dalam pelukan hangat.Pada saat ini, Arjuna memegangnya dengan satu tangan, tangan lainnya diletakkan di mesin jahit untuk menahan tubuhnya agar tidak jatuh.Mata Gita tertuju pada mesin jahit kurang dari sedetik.Saat dia menarik kembali pandangannya, dia membuat sebuah keputusan yang berani.Dia tidak ingin menunggu sampai malam ini.Karena jodohnya dengan Arjuna berasal dari mesin jahit ini, maka ...."Yang Mulia!" Gita