Kotak kayu itu terbuka, terlihat sebuah pedang berwarna putih yang mengeluarkan hawa dingin. Sarung dan badan pedang itu terpisah, di bagian badan pedang terukir tiga karakter yang berarti pedang musim dingin.
Wang Jiang melihat sebuah tulisan di dalam kotak kayu."Jangan pergi sebelum mengambil kotak ini."Karena khawatir ada hal buruk yang terjadi, Wang Jiang mengambil kotak itu. Lantai batu kembali tertutup.Di bawah pedang musim dingin, terdapat sebuah buku tua yang berjudul kitab empat musim. Dibanding dengan pedang musim dingin, Wang Jiang lebih penasaran dengan kitab tersebut.Di halaman pertama, dijelaskan jika sebelum menjadi pemilik pedang musim dingin, seseorang harus menggunakan darahnya untuk mengikat kontrak.Wang Jiang menggigit jari telunjuknya hingga berdarah dan meneteskannya ke pedang musim dingin.Pedang berwarna putih tulang itu bersinar terang, membutakan mata Wang Jiang selama beberapa saat.Pemuda itu tidak sengaja menyentuh pedang itu, aliran tenaga bergerak seperti banjir di sungai yang kering.Satu persatu meridian di tubuh Wang Jiang yang hancur mulai pulih dan terbuka. Satu persatu ingatan masa lalu pemuda itu juga kembali.Benturan pedang, lautan mayat, benteng yang berkobar.Satu persatu wajah yang dikenalnya di masa lalu mulai terlihat. Pria tua yang menggunakan zirah berwarna merah darah menunggang kuda perang yang perkasa. Di tangannya ada tombak hitam dengan ukiran naga. Meski hanya diam, aura yang menakutkan menyebar dan membuat semua orang tunduk kepadanya.Tetaplah hidup, putraku...Wang Jiang memegang kepalanya yang terasa sakit. Seluruh kekuatan dan aliran ingatan itu masuk dengan kecepatan tinggi dan membuatnya kehilangan kesadaran.Entah berapa lama Wang Jiang memejamkan mata. Saat membuka mata, sebuah tangan halus yang terasa dingin menggerayangi wajahnya."Wang Gege...."Wang Jiang spontan bangun saat merasakan sentuhan ini. "Mei Ling, kau sudah kembali?""Iya. Kenapa kau tidur di lantai?"Wang Jiang tampak kebingungan. Dia menunjuk altar batu, berharap ada kerangka yang dilihatnya sebelum pingsan, tetapi tidak ada apa-apa di tempat itu. Hanya ada pedang musim dingin dan kitab empat musim di sebelahnya.Wang Jiang telah mengingat semua masa lalunya, termasuk identitasnya. "Aku ... aku bukan Wang Jiang."Mei Ling terkejut. "Apa kau sudah mengingat semuanya?"Wang Jiang mengangguk cepat. "Aku ... Aku Qin Guan, marsekal muda pasukan Qin. Aku harus kembali!""Lalu ... Wang Jiang ...."Ketika mendengar Mei Ling menyebut nama Wang Jiang, ada kemarahan yang terpancar di mata pemuda itu.Qin Guan tidak pernah sanggup untuk mendengar mama itu."Kita harus kembali!"Qin Guan mengambil pedang musim dingin dan menyimpan kitab empat musim di balik jubahnya. Dengan tergesa-gesa dia menarik tangan Mei Ling.Mei Ling terkejut saat Qin Guan menggunakan ilmu meringankan tubuh. Itu artinya meridian pemuda tidak hancur dan memiliki tenaga dalam.Qin Guan bergerak dengan kecepatan tinggi. Tengah malam mereka sudah sampai di Sekte Bangau Putih. Namun, Qin Guan murka saat melihat tempat itu porak poranda dengan tumpukan mayat yang sudah menggunung di mana saja."Apa yang terjadi?"Banyak bangunan yang hancur dan menjadi abu, sebagian lainnya masih terbakar meski salju turun dengan lebat. Aroma daging yang terpanggang dan darah bercampur menjadi satu. Mei Ling pucat dan merasa mual. Gadis itu mengeluarkan isi perutnya begitu saja.Qin Guan berlari ke rumah Bai Hu, hanya untuk menemukan sesuatu yang membuatnya murka.Kepala Bai Hu dipenggal dan digantung di depan pintu. Sebuah kapak menancap di dahinya. Terlihat dari ekspresinya jika dia mati dengan begitu menyakitkan."Kakek!"Qin Guan berlutut di depan tubuh tanpa kepala Bai Hu yang tergeletak di halaman. Salju turun dengan lebat dan menimbun setengah tubuh Bai Hu.Air mata Qin Guan mengalir begitu saja. Tubuhnya bergetar, kesedihan telah mengguncang jiwanya.Meski udara sangat dingin hingga menusuk tulang, tetapi Qin Guan merasa jika tubuhnya sangat panas.Qin Guan mengangkat wajahnya, menatap langit hitam pekat itu dengan penuh kebencian. "Langit, ... aku bersumpah akan membalas kematian mereka!"Pemuda itu lantas bangkit dan menurunkan potongan kepala Bai Hu. Dia mengambil sebuah jubah milik Bai Hu dan menggunakannya untuk membungkus jasadnya.Mei Ling menggali lubang yang dalam dan lebar sementara Qin Guan memindahkan seluruh mayat. Mereka berdua bekerja sama untuk memakamkan seluruh anggota Sekte Bangau Putih.Ada tiga kuburan terpisah yaitu miliki Bai Hu, ketua Sekte dan juga Guru Mei Ling. Selain ketiga orang itu, seluruhnya dimakamkan dalam satu liang lahat.Mei Ling berdiri di samping Qin Guan. Matanya bengkak karena terus menangis sepanjang malam. Dia menemukan banyak temannya mati dalam kondisi mengenaskan. Gadis yang biasa ceria itu sekarang terlihat putus asa. "Wang ... maksudku Qin Gege, ke mana kita pergi?"Qin Guan tidak langsung menjawabnya. Terlihat menimbang banyak hal sebelum mengatakan keputusannya."Kita pergi ke Provinsi Qin."Mei Ling terkejut, tetapi bisa memahaminya. Itu akan menjadi perjalanan yang panjang bagi mereka berdua.Pakaian mereka bersimbah darah. Sebelum mereka pergi, keduanya mengganti pakaian dan mengumpulkan sisa harta yang bisa digunakan sebagai bekal perjalanan.Qin Guan merasa aneh. Tidak banyak barang yang hilang. Pembantaian ini bukan didasari perampokan.Ketika masih mengumpulkan beberapa barang, Qin Guan mendapat sebuah petunjuk. Itu adalah lambang dari sebuah kelompok yang dikenal dengan kelompok naga hitam. Mereka brutal dan kejam saat membantai korbannya."Aku tidak akan melepaskan kalian."Saat hari menjelang malam, Qin Guan dan Mei Ling sudah selesai berkemas. Mereka kembali bertemu dan pergi meninggalkan tempat ini.Keduanya menggunakan bergerak menggunakan ilmu meringankan tubuh. Mereka melompat dari satu dahan ke dahan lain. Hingga keluar dari wilayah Sekte Bangau Putih. Mereka sampai kota pasir putih, salah satu kota kecil terdekat dengan Sekte Bangau Putih.Penampilan keduanya yang biasa saja tidak menarik perhatian banyak orang."Qin Gege, tidak biasanya kota ini sangat ramai."Meski tidak pernah mengunjungi tempat ini, tetapi nalurinya mengatakan jika ucapan Mei Ling benar adanya.Qin Guan menunjuk sebuah bangunan kedai arak dan mengajak Mei Ling pergi ke tempat itu."Ini adalah hari kemenangan kita! Sekte Bangau Putih sudah hancur, kita bisa mencari Kitab Empat Musim dengan bebas sekarang!"Bab 53“Kuil?” Mei Ling mengerutkan keningnya, tidak menyangka jika Qin Guan memiliki sisi religius seperti ini.Qin Guan mengangguk. Tatapannya melembut, seolah sedang menantikan sesuatu yang sangat dia rindukan. “Besok adalah tugas yang cukup berbahaya, aku ingin berdoa agar Dewa memberkatiku.”Setelah itu, Mei Ling tidak bertanya lebih jauh. Keduanya memacu kuda dengan lebih cepat. Kuil Bunga Matahari berada di puncak bukit Bunga Matahari.“Kita akan segera sampai,” ucap Qin Guan ketika mereka sampai di kaki bukit.“Kudanya tetap di sini?”Qin Guan mengangguk pelan. “Kita harus jalan kaki.”“Baiklah.”Kuda-kuda itu tidak bisa membawa mereka hingga puncak bukit. Mereka harus mengikat kuda itu di kaki bukit dan melanjutkan perjalanan dengan berjalan kaki. Ada ribuan anak tangga batu yang tersusun begitu rapi. Qin Guan menggenggam tangan Mei Ling dan membawanya hingga puncak bukit.Ada kehangatan yang menjalar di hati Mei Ling. Sesuatu yang dia rasakan hanya jika sedang bersama Qin Gu
Bab 52Suara Bibi Guo bergetar, dia tidak menyangka jika pemuda yang selama ini menjadi langganannya adalah salah satu orang yang paling terkenal di Ibukota. Dia buru-buru bangkit dan memberi hormat.“Maaf karena kelancangan hamba.”Qin Guan menghela napas panjang. “Bibi Guo, apa-apaan ini? Duduklah.”Bibi Guo tidak bergerak dari tempatnya. Qin Guan akhirnya bangkit dan menyentuh pundak Bibi Guo. “Duduklah. Bersikaplah seperti biasa. Itu akan membuatku nyaman.”Bibi Guo tampak ragu. Dia masih menunduk karena takut dianggap tidak hormat. “Bagaimana bisa hamba melakukannya?”“Kenapa tidak?”“Anda adalah Jendral Pemberani, sosok yang sangat disegani oleh seluruh Rakyat Yin.”Qin Guan menarik napas panjang. Identitas Jendral Pemberani memang terlalu mengerikan untuk dibuka. “Kau mengatakan apa tadi? Jendral Pemberani? Nama kami memang sama, tetapi aku bukan dia.”“Be … benarkah?”Qin Guan mengangguk, berusaha meyakinkan. “Aku hanya orang biasa. Jangan berlebihan.”Suasana menjadi canggung
Bab 51Ekspresi Bibi Guo menjadi murung ketika Qin Guan bertanya tentang suaminya. Sejak enam bulan lalu, suaminya mengalami sakit keras dan tidak bisa bangun dari tempat tidurnya. Sudah banyak cara yang dia lakukan untuk menyembuhkan suaminya, termasuk berobat ke tabib-tabib terkenal di ibukota, tetapi tidak ada hasil yang terlihat. Kini usahanya hampir bangkrut dan suaminya masih belum pulih juga.“Bibi Guo, ada apa?”“Ini … Paman Guo sakit.”“Sakit? Qin Guan hampir tidak percaya. Paman Guo memiliki kemampuan beladiri yang cukup tinggi, tidak mudah bagi pendekar sepertinya jatuh sakit. “Sakit apa?”“Sampai saat ini, tidak ada yang tahu penyakitnya.”“Apa sudah dibawa ke balai pengobatan Ji Feng?”Bibi Guo mengangguk. “Sudah, tetapi mereka juga tidak tahu suamiku sakit apa. Penyakitnya sangat misterius.”Penyakit yang bahkan tidak diketahui obatnya oleh balai pengobatan Ji Feng, separah apa penyakit itu.Bubur di mangkok Qin Guan masih mengepulkan asap tipis yang mengeluarkan aroma m
Bab 50Langit Ibukota tampak cerah. Meski udara pagi begitu menusuk, tetapi suasana di sana tetap ramai. Di jalan pusat ibukota, Qin Guan dan Mei Ling menunggang kuda dengan santai. Tidak ada pengawalan secara langsung, tetapi demi menjaga keamanan mereka berdua, Lu Tao menempatkan beberapa penjaga yang mengawasi mereka dari jauh.“Aku sengaja membawamu pergi sepagi ini.”“Qin Gege ingin mengajakku sarapan?” tanya Mei Ling.Qin Guan mengangguk sekali. “Ada beberapa tempat yang sudah berdiri sejak beberapa dekade lalu, aku harus membawamu mencobanya … setidaknya satu.”Mei Ling menoleh, dia merasa penasaran. Juru masak di tempat Qin Guan begitu andal, setiap masakan yang mereka ciptakan memiliki rasa yang luar biasa. Namun, dengan standar yang begitu tinggi, Qin Guan masih berniat mengajaknya makan di luar meski di kediamannya ada sekelompok master kuliner.“Apa yang akan kita coba?”Qin Guan tersenyum dan menunjuk sebuah kedai sederhana di dalam gang sempit. Kedai itu jauh lebih seder
Bab 49Pintu terbuka perlahan, angin berembus membawa aroma bunga yang segar di tengah musim dingin yang menusuk. Mei Ling melangkah masuk, kedua kakinya melangkah dengan anggun, hampir tidak menimbulkan suara. Mantel bulunya yang berwarna putih membalut tubuhnya seperti rubah putih yang cantik.Pipi gadis itu sedikit memerah, entah kedinginan atau merasa canggung karena Qin Guan memanggilnya sepagi ini.Qin Guan duduk di dekat perapian, menyiram porselen putih dengan air mendidih. “Duduklah,” ucapnya dengan tenang.Dia membuka porselen itu dan memasukkan beberapa jenis teh ke dalamnya. Setiap gerakannya tampak anggun dan alami, seperti orang yang sudah bertahun-tahun mendalami jalan teh.“Qin gege, kau memanggilku?” Mei Ling duduk di seberang Qin Guan.Qin Guan mengangguk sekali. Gerakan kecil yang mengandung ketegasan. “Ada yang ingin aku bicarakan.”Mei Ling tidak berkata-kata, hanya diam, menunggu Qin Guan menyelesaikan ucapannya.“Besok aku akan pergi bertugas. Jika kau merasa c
Bab 48Langit di atas Ibukota mulai terang. Setelah terjadi penyerangan, tidak ada dari mereka yang tidur karena mendengar seluruh cerita perjalanan Qin Guan selama setahun terakhir.Wang Tian Xin menarik napas panjang dan mengembuskannya perlahan. “Apa yang aku lalui tidak ada apa-apanya.”Qin Guan menggeleng. “Kau hebat versi dirimu sendiri. Jangan membandingkannya denganku.”Pandangannya beralih pada Wang Lingling yang tampak merenung. “Kau juga hebat, Lingling. Dunia ini keras, tetapi kau bisa melaluinya dengan baik.”Wang Lingling tidak menjawab, tetapi dia langsung memeluk Qin Guan begitu erat. Tidak ada kata-kata, hanya isak tangis yang tak begitu terdengar. Qin Guan menepuk punggung adiknya dan itu membuat Wang Lingling menangis semakin kencang.“Sudah pagi, sebentar lagi para pelayan akan datang.” Qin Guan memundurkan tubuhnya perlahan. Beberapa pelayan masuk membawa perlengkapan pribadi milik Qin Guan. Mereka berbaris rapi, begitu Lu Tao mempersilakan, mereka meletakkan bar