Share

Bab 100.

Penulis: BayS
last update Terakhir Diperbarui: 2025-02-26 13:12:50

Tatapan mata Kamal pun sontak “berubah ‘hijau’. Saat dia melihat wajah cantik, serta tubuh ramping padat milik Ayu.

Ayu yang saat itu kebetulan menggunakan kaos lengan panjang krem muda ketat, serta celana legging sebatas betis, cukup membuat mata Kamal nanar.

Ayu, gadis berusia 19 tahun lebih, dan memasuki semester 4 kuliahnya di UNS. Gadis itu memang terhitung sebagai salah satu ‘primadona’ di kampusnya.

Maka tak heran jika mata Kamal menjadi berminyak dan liar, menyusuri lekuk tubuh putri Brian ini.

“Siapa namamu cah ayu?” tanya Kamal menyeringai. Nampak mata liarnya bergantian melirik ke arah bokong padat, dan buah kembar mencuat di tubuh Ayu.

“Saya Ayu, Pak,” Ayu menyahut singkat.

Ya, hati Ayu merasa muak bukan main, melihat pandangan ‘liar’ dari tamu ayahnya itu. Bahkan tamu itu terlihat lebih tua dari ayahnya sendiri.

“Hmm. Cah ayu yang Ayu,” gumam Kamal, dengan mata menyeringai penuh hasrat.

Ayu bergegas kembali ke belakang. Dia enggan menanggapi gumaman tamu ayahnya
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Rika Bohayy Bohayy99
......... buaya tua
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • Sang PENEMBUS Batas   Bab 628.

    "Ahh..! Sudahlah Ki Naga Merah. Nyatanya aku memang belum berbuat apapun, untuk negeri 'Selaksa Naga' ini," ucap Elang jujur apa adanya. Akhirnya mereka berdua beranjak, menuju ke ruang makan di istana itu. Seminggu kemudian di dimensi Selaksa Naga. Elang kembali berniat melakukan hening di air terjun Naga Moksa. Setelah dia merasa kebugaran dan powernya telah kembali 100 persen. Aura keemasan seperti sudah menyatu dengan Elang saat itu. Walau dia tak mengerahkan power sedikit pun. Bahkan orang awam akan bisa dengan mudah melihat, aura cahaya emas yang menyelimuti sosok Elang. Ya, sepertinya 'power' semesta Elang sudah pada taraf sempurna sekali saat itu. Power yang sudah menyatu dalam diam dan geraknya, dalam tidur dan terjaganya. Sungguh mengagumkan, namun juga sangat mengerikkan, bagi pihak yang menjadikan Elang sebagai musuhnya. Elang memulai heningnya sejak senja menjelang. Seperti biasanya ruang Naga Moksa dibalik air terjun itu seketika diterangi oleh cahaya keemasan,

  • Sang PENEMBUS Batas   Bab 627.

    'Ahh! Kenapa aku bisa menjadi lemas dan lemah seperti ini. ?!' seru bathin Elang, kaget bukan main. 'Baiklah. Sebaiknya aku kembali saja ke istana Selaksa Naga sekarang, dan beristirahat di sana', ujar bathinnya. Slaph..! Wushh ... Brughk..! "Ahhhsk..!" Elang ambruk dan berseru kaget tak percaya. Karena saat dia melesat mengerahkan aji 'Pintas Bumi'nya, Elang bagai kehilangan daya lesatnya. Pandangan Elang seketika mengabur, lalu semakin samar memutih. Elang merasa tengah berada di batas kesadarannya saat itu. "K-ki Naga Merah ... Blugh..! Elang sempat berseru lirih, saat akhirnya kepalanya terkulai jatuh ke tanah. Pingsan..!*** Sementara di dunia masa kini. Kedua orangtua Nadya sedang berkunjung ke rumah putrinya itu. Ya, setelah putrinya menikah, Bambang dan Sundari memang belum pernah berkunjung ke rumah putri kesayangan mereka itu. "Lho, suamimu di mana Nadya..? Kok sepi sekali rumah ini..?" tanya Sundari pada putrinya, sesaat setelah dia dan suaminya tiba di rumah Nad

  • Sang PENEMBUS Batas   Bab 626.

    "Nadyaa..! Kemari Nak..! Jangan bermain terlalu jauh sayang," seru merdu seorang wanita jelita. Dia memanggil putri kecilnya, yang sedang berlarian mengejar kupu-kupu di halaman belakang istana itu. "Iya Bunda..!" sahut si kecil Nadya, yang baru berusia 3,5 tahun lebih itu, seraya berlari menghampiri ibundanya. Nampak rambut lurus tebal, mata jernih, dan lesung pipitnya yang menambah gemas orang, yang melihat putri kecil yang periang dan gesit itu. Ya, putri kecil itu adalah Nadya Prayesti. Buah hati dari Elang dan Prasti, dan cucu kesayangan dari Maharaja tmTlatah Palapa, Danuthama Syailendra. "Nadya sayang ingat kan, pesan ayahanda sebelum pergi tadi pagi?" tanya Prasti pada putrinya itu. "Iya bunda. Nadya harus nurut sama bunda dan kakek," sahut Nadya cepat. "Nah sekarang Nadya ikut bunda ke tempat Kakek ya, nanti sore kita pulang. Ayahanda baru pulang besok pagi," ucap Prasti. "Wah horee..! Nadya mau ke tempat Kakek, di tempat Kakek banyak mainannya Bunda. Yuk, kita beran

  • Sang PENEMBUS Batas   Bab 625.

    'Mas Yoga, kau adalah cahaya bagi banyak orang. Sementara aku hanyalah wanita yang bersandar di terangnya cahayamu itu', bisik hati Prasti terharu. *** Seminggu kemudian, perhelatan besar di istana kerajaan Belupang pun berlangsung sakral, meriah, dan semarak. Acara pernikahan serta penobatan Elang Prayoga menjadi Raja Belupang, yang berlangsung di istana Belupang itu meluber. Hingga memenuhi alun-alun istana. Lingkungan istana sampai tak mampu, untuk menampung membludaknya para tamu yang hadir di acara itu. Hingga akhirnya atas inisiatif Elang dan Prasti, maka digelarlah perhelatan itu hingga alun-alun istana. Ya, tentu saja para tamu yang hadir pasti membanjir. Karena Elang adalah teman dan sahabat dari kedua Tlatah yang berdampingan itu, yaitu tlatah Kalpataru dan Palapa. Elang bisa dikatakan adalah 'simbol' perdamaian dan penengah, di antara dua Tlatah tersebut. Nampak para pendekar kedua tlatah berkumpul ria, dalam suasana hangat dan penuh keakraban. Dan yang istimewa ad

  • Sang PENEMBUS Batas   Bab 624.

    "Selamat datang Tuan dan Nona. Silahkan duduk dulu," ucap sang pelayan yang tak lain adalah Pudji. Pudji menundukkan wajahnya saat menyapa mereka, sehingga dia tak memperhatikan wajah pengunjung rumah makannya itu. Namun Elang masih mengenali wanita itu, senyum kecil seketika menghias wajah Elang. 'Syukurlah Pudji, sepertinya kau telah keluar dari rumah kembang itu', bisik hati Elang senang. Elang dan Prasti pun segera memilih meja mereka. Saat itu pengunjung memang cukup ramai, karena masuk waktunya makan siang. Mereka menunggu sejenak Pudji melayani pengunjung lainnya. Hingga akhirnya sosok wanita cukup sepuh datang, menghampiri meja mereka. "Maaf menunggu Tuan. Tu ... tuan ma ... mau pe-san a-ap .. Ahhh..! Mas Elang kaukah itu Nak..?!" sang Ibu sepuh, yang ternyata Bu Laras itu tak dapat menahan seruan kagetnya. Saat lamat-lamat dia mulai mengenali pengunjungnya, yang berambut putih agak gondrong itu. Ya, karena wajah Elang adalah wajah yang selalu ada dalam do'anya. Mana b

  • Sang PENEMBUS Batas   Bab 623.

    "Hahahaa..! Kalian ini..! Bagaimana kalian bisa saling berbicara, jika kalian berdua sama-sama menunduk seperti itu..?!" seru sang Maharaja terbahak geli. Melihat cara Elang dan Putrinya bertanya jawab. "Ahh..!" seru Elang terkejut, mendengar tawa terbahak sang Maharaja. Segera dia angkat wajahnya, sementara raut tegang di wajahnya belum juga hilang. "Ehh..!" Prasti juga berseru kaget, seraya angkat wajahnya yang tertunduk sejak tadi. Dalam hati dia merasa malu sekali di tertawakan oleh sang Ayahnya itu."Elang, sekarang ulangi pertanyaanmu dan tatap wajah Prasti," ucap sang Maharaja tegas. Sontak wajah Elang tambah bersemu merah 'tengsin'. Namun segera dilakukannya ucapan calon ayah mertuanya itu. "Prasti. Maukah kau menikah dan menjadi istriku..?" tanya Elang seraya menatap wajah Prasti, yang hari itu nampak sangat jelita. Ya, berdandan seadanya saja, sudah membuat gadis itu sedemikian cantiknya. Dan kembali Prasti menunduk, seraya menganggukkan pelan kepalanya. Hal yang kin

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status