Home / Romansa / Sang Pelindung Turun Gunung / Kau Harus Menikah Denganku!

Share

Kau Harus Menikah Denganku!

Author: Nuwe
last update Last Updated: 2025-12-10 20:36:53

Thomas Sterling memandang Marcus dengan ekspresi bingung. “Marcus… kalian sudah saling kenal?”

Marcus mengangguk canggung. “Tadi di pintu masuk. Ada sedikit salah paham… dan saya menyinggung Nona Sterling.”

“Oh, begitu.” Thomas tersenyum maklum. “Kalau hanya kesalahpahaman kecil, bicarakan saja baik-baik. Kalian masih muda, tentu pasti bisa menyelesaikannya.”

Marcus Reed menarik napas. “Kalau begitu, biarkan saya meminta maaf langsung kepada Nona Sterling.”

Namun Thomas menggeleng. “Duduklah dulu. Biar Kakek yang memanggilnya.”

Thomas kemudian naik ke lantai atas.

Marcus, sendirian di sofa, memeluk kepalanya.

Ini pertemuan pertama yang benar-benar kacau. Jika kesan pertama menentukan masa depan hubungan, maka masa depan mereka sudah hancur bahkan sebelum dimulai.

Beberapa menit kemudian, Thomas kembali bersama Emma.

Emma duduk dengan postur kaku dan wajah tanpa ekspresi, seolah ia sedang menghadiri sidang disiplin, bukan pertemuan keluarga.

Thomas menepuk bahu Marcus pelan. “Emma memang pendiam sejak kecil. Marcus, jangan terlalu kaget dengan sikapnya.”

Marcus segera menunduk. “Tidak apa-apa. Sebenarnya semua salah saya. Nona Sterling, saya meminta maaf atas perilaku saya tadi. Saya benar-benar tidak bermaksud menyinggung Anda.”

Emma melirik cepat, mendengus kecil tanpa menatap langsung. Itu saja tanda bahwa ia menerima permintaan maaf itu… setengahnya.

Thomas kembali bicara, kali ini dengan nada serius namun tetap lembut.

“Kalau begitu, mari kita tidak memperpanjang kesalahpahaman. Marcus, soal pernikahan… Kakek dan Gurumu sudah menyepakatinya sejak lama. Emma juga sudah menunggu bertahun-tahun. Kau sudah kembali dari dinas militer, dan kalian berdua sudah cukup umur. Menurut Kakek, besok saja langsung kalian urus surat nikahnya.”

Mata Marcus Reed membesar, tatapannya dipenuhi ketidakpercayaan. Belum sampai satu jam sejak ia masuk ke rumah ini, dan sekarang mereka sudah membicarakan tentang mengambil surat nikah?

Walaupun ia adalah tunangan yang diatur para tetua, bukankah seharusnya ada tahap pendekatan, ada proses membangun perasaan terlebih dulu? Atau setidaknya ada beberapa formalitas yang perlu dilakukan sebelum membahas pernikahan.

Secara naluriah, Marcus menoleh ke arah Emma Sterling. Ia menduga kesan buruk Emma padanya pasti begitu dalam, sehingga perempuan itu pasti akan langsung menentang keputusan ini.

Namun yang terjadi justru di luar dugaannya.

Mulut Emma bergerak-gerak, jelas menunjukkan ketidaksukaan, tetapi ia tidak mengucapkan sepatah kata pun untuk menolak.

“Marcus, kamu tidak keberatan, kan?”

Pertanyaan Thomas Sterling membuat Marcus tersadar dari lamunannya. Ia membalas dengan senyum canggung.

“Tuan Sterling, saya dan Nona Emma baru bertemu hari ini. Bukankah ini… agak terlalu cepat?”

Thomas Sterling menanggapinya dengan tenang, seolah hal itu tidak menjadi masalah sama sekali.

“Apa yang terlalu cepat? Kau pergi wajib militer dan menghilang selama lima tahun. Emma menunggu selama itu. Usia kalian juga sudah tidak muda lagi. Jangan buang waktu. Perasaan bisa tumbuh perlahan. Kau anak yang baik, aku percaya kau tidak akan mengecewakan Emma.”

'Menunggu selama lima tahun?'

Marcus membuka mulut, hendak menjelaskan, tetapi Emma lebih dulu berbicara.

“Kakek, saya ingin bicara empat mata dengan Marcus.”

Thomas Sterling sempat terdiam sesaat. Setelah itu ia tersenyum, “Benar, kalian anak muda memang perlu berkomunikasi dengan baik. Tapi Emma…”

Ia tidak melanjutkan kalimatnya, hanya menatap Emma dengan makna tertentu.

Emma mengangguk pelan, “Kakek tenang saja. Aku sudah berjanji tidak akan membuat Kakek kecewa.”

Baru setelah itu Thomas mengangguk puas, “Baiklah. Pergilah bicara.”

Emma menatap Marcus, “Ayo jalan-jalan di luar.”

Marcus memang ingin membahas ini juga dengan Emma, jadi ia langsung mengangguk. “Baik.”

Mereka berjalan keluar rumah mengikuti jalan setapak hingga tiba di tepi danau buatan. Angin sejuk menyapu permukaan air. Emma berhenti, berbalik, dan menatap Marcus dengan dingin.

“Aku tidak ingin menikah denganmu!”

Marcus sempat terdiam, lalu mengangguk tanpa drama.

“Aku tahu.”

Mungkin reaksi tenang Marcus yang meredakan sebagian permusuhan di hati Emma saat ia berbicara dengan nada yang sedikit lebih lembut, "Kau bisa menerima itu?"

Marcus merentangkan tangannya. Sikapnya santai, jujur, dan tanpa tekanan.

“Setiap wanita pasti ingin cinta yang tumbuh dari dua arah. Jika tidak ada cinta, setidaknya ada rasa saling suka. Pernikahan yang dipaksa orang lain hanya akan membuat hidup jadi beban. Melon yang dipetik paksa dari pokoknya mungkin bisa memuaskan dahaga, tapi belum tentu rasanya manis 'kan?

Tanpa sadar bibir Emma melengkung, geli oleh ucapan Marcus yang terdengar lucu pada bagian akhir.

Setelah diam sejenak, Emma berkata lirih, “Aku tidak tahu kenapa Kakek bersikeras agar aku menikahimu. Aku tidak ingin menikah sekarang, tapi… aku juga tidak mau mengecewakannya.”

Marcus mengerutkan kening, bingung, “Apa maksudmu? Kau ingin aku yang menolak pertunangan ini?”

Emma menggeleng tegas. “Bukan.”

Kebingungan Marcus makin dalam. Ia akhirnya memilih bicara apa adanya.

“Nona Sterling, terus terang saja, Anda sangat cantik. Bahkan lebih cantik dari yang aku bayangkan. Menikahi Anda tentu saja seperti mendapatkan rezeki nomplok yang jatuh dari langit. Tapi dalam hal mencari istri dan menikah, tentu itu bukan hanya soal wajah. Yang paling penting adalah kesediaan dan kecocokan kedua belah pihak.”

Sekarang Emma yang terdiam dan bingung.

'Apa maksudnya? Apakah dia sedang memberi sinyal… bahwa ia tidak cukup baik bagi Marcus?'

Marcus melanjutkan, “Aku juga tidak berniat memaksa. Alasan utama saya datang ke rumah ini sebenarnya hanya untuk mengambil kembali liontin giok yang guru saya titipkan pada Tuan Sterling…”

Mata Emma membesar. “Liontin giok?”

“Ya,” jawab Marcus. “Guru saya bilang itu semacam tanda pertunangan. Anda tahu tentang itu?”

Emma mengangguk pelan. “Aku tahu. Liontin itu… Kakek memberikannya padaku.”

Marcus tampak sangat lega.

“Bagus sekali! Kalau begitu, karena Anda jelas tidak ingin menikah dengan saya, bagaimana kalau Anda serahkan saja liontin itu, lalu saya akan pergi?”

Emma tertegun.

Setelah itu, muncul sesuatu yang sulit dijelaskan - kejengkelan yang tiba-tiba.

Ekspresi gembira apa itu?

Apakah itu artinya dia juga tidak menginginkan pernikahan ini?

Begitu mudahnya dia ingin pergi?

Apakah dia sama sekali tidak tertarik padanya?

Melihat perubahan ekspresi Emma, Marcus buru-buru menambahkan,

“Aku tahu guruku pernah menerima sejumlah uang dari keluarga Sterling saat memberikan liontin itu. Kami berutang budi pada keluarga Anda. Sebutkan saja berapa besar jumlah utangnya. Begitu uangku cukup, aku akan membayarnya. Aku berjanji!”

Entah kenapa, mendengar kata 'uang' justru membuat Emma jadi merasa kesal.

Ia mengatupkan rahangnya sebelum bebicara dengan nada dingin, “Tidak. Kau harus menikah denganku!”

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Sang Pelindung Turun Gunung   15 Menit Lagi Dia Akan Mati

    Seorang pria paruh baya berusia empat puluhan memimpin di depan, diikuti dua pengawal yang memapah seorang lelaki tua berambut perak berusia enam puluhan.Wajah lelaki tua itu merah padam, napasnya cepat dan pendek. Tubuhnya bersandar lemah pada pengawal dengan mata terpejam rapat, ia terlihat sangat menderita dan tak berdaya.Ekspresi Gregory berubah tegang. "Tuan Lawson!"Pria paruh baya itu berkata dengan suara berat, "Cepat obati Ayahku! Sembuhkan dia, dan kau akan aku beri hadiah uang satu juta!""Baringkan beliau dulu," perintah Gregory.Setelah lelaki tua itu dibaringkan, Gregory segera memeriksa denyut nadinya. Seketika, alisnya langsung berkerut dalam.Pria paruh baya itu bertanya tidak sabar, "Bagaimana?"Wajah Gregory tampak serius. "Qi dan darahnya kacau balau, kelima organ dalamnya mengalami kerusakan. Apakah beliau mengalami cedera akibat benturan tenaga dalam?"Ekspresi lega terlintas di wajah pria paruh baya itu. "Benar! Kau bisa mengobatinya?"Gregory tersenyum kecut.

  • Sang Pelindung Turun Gunung   Empat Pria Menerobos Masuk

    Victoria tiba-tiba terdengar kesal. "Kau tidak lupa kalau kita sedang pura-pura pacaran, kan? Berpakaianlah yang rapi, sesuaikan dengan gayaku. Apa itu susah?!" Marcus mengerjap. "Tapi kontrak dua jam kita waktu itu sudah berakhir, kan? Bukannya sekarang kita cuma fokus pada pengobatan Kakekmu saja?" Victoria sebelumnya telah membayar lima puluh ribu agar Marcus berpura-pura menjadi pacarnya selama dua jam, dan kesepakatan itu sudah selesai. Dalam pikiran Marcus, bayaran lima ratus ribu yang ia terima itu, murni untuk biaya medis Tuan Besar Henry. Victoria terdiam sejenak, lalu berkata, "Selama masa pengobatan ini, kau harus terus berpura-pura jadi pacarku. Kalau tidak, sandiwaranya akan terbongkar. Aku bisa bayar lebih, sebut saja harganya." 'Terus berpura-pura jadi pacar?' Apakah dia dianggap aktor profesional? Di satu sisi dia jadi suami kontrak Emma Sterling, di sisi lain jadi pacar pura-pura Victoria Cross? Setelah berpikir sejenak, Marcus berkata, "Lupakan soal uang t

  • Sang Pelindung Turun Gunung   Kontrak 2 Jam Masih Berlanjut

    Nyali Nathan langsung ciut. Keringat dingin muncul di dahinya. Ia buru-buru mengambil kembali folder itu dari meja Marcus sambil memaksakan senyum kaku di wajahnya."Salah paham, salah paham. Aku benar-benar ingin membantumu agar cepat memahami bisnisnya. Tapi karena kamu tidak mau, ya sudah. Aku akan kerjakan sendiri..."Marcus Reed menyeringai, tak perlu lagi berpura-pura. Akulah orang dalam yang tertinggi disini! Kalau kau berani, pergilah mengadu pada Emma Sterling!Tidak punya nyali?Kalau begitu diam!Nathan Clark menyelinap pergi, lalu masuk ke kantor Ketua Tim Brett Palmer. Tak lama kemudian, Brett Palmer datang ke meja Marcus Reed membawa folder, wajahnya tegas."Karena kamu menolak bantuan Nathan Clark, berarti kamu sudah cukup familiar dengan bisnis ini. Karena kamu baru datang, rasanya tidak realistis memintamu untuk membuka pasar baru. Folder ini berisi semua data detail peralatan medis yang dijual tim kita, beserta daftar pelanggan yang sudah jadi. Kamu cukup kerjakan da

  • Sang Pelindung Turun Gunung   Jadi Target

    Setelah selesai mandi, Marcus Reed mengeringkan rambutnya, mengenakan kaus dan celana pendek, lalu naik ke tempat tidur. Ia melirik Emma Sterling yang sedang berpura-pura tidur di lantai. Marcus tak bisa menahan rasa gelinya. Wanita pada umumnya pasti akan memilih tidur di kasur empuk dan menyuruh si pria tidur di lantai. Namun, Emma tanpa ragu menawarkan tempat tidur itu kepada Marcus. Wanita itu mungkin terlihat dingin dan angkuh, tetapi ia bersikap rasional dan memiliki harga diri yang tinggi. Harga dirinya bukan berasal dari kecantikannya, melainkan dari hatinya yang bijaksana. Marcus, yang rambutnya belum sepenuhnya kering, bersandar di kepala tempat tidur dan mulai memainkan ponselnya. Tiba-tiba, Emma berbicara dari lantai dengan suara lirih, "Bisakah kau... tidak menggunakan bathtub?" Marcus terkejut. Nada bicaranya terdengar seperti sedang bernegosiasi? "Baiklah, aku akan pakai shower saja." Emma menghela napas lega. Ia tidak fobia kuman, tetapi membayangkan pria as

  • Sang Pelindung Turun Gunung   Tidur Sekamar

    "Kakek, ini surat nikah kami." Emma Sterling meletakkan dua surat nikah ke tangan Thomas Sterling, dan Thomas Sterling melihatnya dengan senyum di wajahnya, "Nah, sekarang kalian sudah mendapatkan surat nikah, sekarang kita perlu memilih tanggal untuk resepsi pernikahannya…" Emma Sterling menjawab sambil tertawa, "Kakek, jangan adakan resepsi pernikahan dulu untuk saat ini, lagipula, ini terjadi begitu mendadak. Pertama, akan mudah menimbulkan kritik, dan kedua, Kakek harus memberi kami waktu untuk saling mengenal satu sama lain dan memupuk perasaan, kan?" Thomas Sterling berkedip, tatapannya tertuju pada Marcus Reed, "Marcus, bagaimana menurutmu?" Marcus Reed berkata sambil tersenyum, "Aku setuju dengan pendapat Emma. Selain itu, aku tidak tahu ke mana Guruku pergi. Aku juga bahkan tidak punya orang tua yang bisa menghadiri acara pernikahanku." Thomas Sterling menganggap itu masuk akal, surat nikah sudah didapat, dan mengadakan resepsi hanyalah formalitas, sesuatu yang dilak

  • Sang Pelindung Turun Gunung   Mustahil Aku Akan Mencintaimu

    "Emma, aku ingin menanyakan sesuatu. Apa kau punya saudari perempuan atau semacamnya..?"Tatapan Emma Sterling tiba-tiba menjadi dua derajat lebih dingin, rasa jijik di dalamnya hatinya membuncah seketika.Melihat kau tak bisa menikahiku, kini kau malah ingin mengincar saudari perempuanku?Pikiranmu benar-benar kotor!Emma Sterling menjawab dengan dingin, "Tidak, aku anak tunggal."'Tidak?'Kalau begitu, Victoria Cross dan Emma Sterling yang mirip bagai pinang dibelah dua itu. Apa mungkin Emma Sterling punya saudari kembar yang hilang tanpa diketahuinya ? Atau itu hanya sekadar kebetulan saja wajah mereka serupa?Marcus Reed merasa aneh dan mulai berusaha menjelaskan, "Emma, aku rasa ada kesalahpahaman di antara kita. Saat itu di pintu masuk perumahan, ucapan yang aku sampaikan padamu, itu karena aku bertemu dengan seorang wanita..."Marcus Reed belum selesai menjelaskan ketika Emma Sterling dengan tak sabar memotongnya dengan nada dingin, "Marcus Reed, hubunganku denganmu tidak lebih

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status