Inicio / Fantasi / Sang Penentang Aturan / 1.awal mula kekacauan tercipta kembali

Compartir

Sang Penentang Aturan
Sang Penentang Aturan
Autor: Mr.Xg

1.awal mula kekacauan tercipta kembali

Autor: Mr.Xg
last update Última actualización: 2025-09-07 10:51:15

​"Hiksss… Ayah, Ibu, Kakak… bagaimana aku bisa hidup tanpa kalian?" tangis seorang anak laki-laki. Ia berjalan di tengah hutan yang diguyur hujan lebat.

​Langit hitam dengan kilatan petir dan suara angin kencang seolah menggambarkan isi hati anak laki-laki itu. Ia baru saja kehilangan keluarganya karena sebuah pembantaian. Hatinya merasakan sesuatu yang aneh, yang membuatnya ingin terus menangis tanpa henti. Ia ingin melakukan sesuatu, tetapi tidak mengerti harus berbuat apa. Dengan segala perasaan yang membendung, ia terus melangkahkan kaki tanpa tahu arah.

​"Hiksss… Ibu…" Anak itu berhenti di bawah sebuah pohon besar. Ia duduk, memeluk kedua lututnya, dan menenggelamkan wajah di sana. Isak tangisnya semakin kencang.

​Sebuah gelombang energi tercipta dari tubuh anak itu, membuat genangan air dan dedaunan di sekitarnya terlempar menjauh.

​Hujan kembali turun dan menggenang di sekelilingnya. Selama beberapa menit, ia terus menangis tanpa henti dan terus menciptakan gelombang yang sama tanpa disadarinya. Setelah beberapa saat, tangisannya berubah menjadi isakan, dan hujan hanya menyisakan rintik-rintik.

​Tiba-tiba, sekelompok orang berbaju serba hitam muncul dari atas langit. Mereka mendarat tepat di belakang anak laki-laki yang masih meringkuk, tidak memedulikan sekeliling.

​"Itu dia anak kecil yang berhasil lolos. Cepat, habisi dia!" titah seorang pria yang memimpin kelompok tersebut.

​Seorang wanita dengan kipas besi dan cadar di wajah, serta seorang pria yang membawa pedang besar berwarna hitam pekat, maju ke depan. Pedang itu masih berlumuran sisa-sisa darah yang terlihat sangat jelas.

​"Anak kecil lemah seperti ini, bagaimana dia bisa mempersulit kita?" ucap pria pembawa pedang.

​"Kamu jangan meremehkannya, Xi. Pemimpin kita saja sepertinya tidak berani berhadapan langsung dengan anak ini. Jadi, kita harus berhati-hati," balas si perempuan, memperingatkan. Ia tahu betul mereka diutus ke sini oleh pemimpin mereka karena anak kecil ini sangat berbahaya, dan mereka hanya dijadikan umpan.

​Pria itu hanya mengangguk malas dan bersiap siaga. Ketika mereka hanya berjarak beberapa langkah dari anak itu, anak itu bergerak dan mengangkat kepalanya.

​Udara di sekitar mereka langsung berubah hening. Sebuah tekanan besar menyerang semua orang. Bahkan dua orang di depan anak itu sampai tidak bisa bernapas. Mereka saling melirik, memberi isyarat 'kita serang bersama'. Keduanya mengangguk dan mengangkat senjata masing-masing. Di sisi-sisi kipas wanita itu tiba-tiba muncul lelehan racun berwarna hitam pekat, dan pria itu mengangkat pedang besarnya.

​Mereka baru saja melangkah satu langkah, ketika anak itu menoleh dan sesuatu yang luar biasa terjadi.

​Keduanya langsung hancur menjadi kabut darah saat anak itu menatap mereka. Tatapannya sangat sendu, tetapi di dalamnya terdapat kekuatan serangan yang sangat dahsyat dan tidak bisa ditahan. Serangan itu begitu mendadak.

​"Semuanya, berpencar dan kepung!" perintah sang pemimpin kepada yang lain. Meskipun mereka semua terkejut dan ketakutan, mereka sadar tidak akan selamat jika kabur. Jadi, mereka bertekad untuk menyerang saja daripada mati tanpa perlawanan.

​"Si… siapa kalian?" tanya anak itu. Sebuah gelombang berwarna kebiruan tercipta, dan dengan segera, semua orang berbaju hitam itu membentuk dinding pelindung dengan kekuatan masing-masing.

​"Sialan, ternyata bocah ini lebih kuat dan berbahaya daripada pemimpin dan tuan kita!" ucap salah seorang dari mereka. Yang lain mengangguk setuju.

Tidak ada yang berani bersuara atau maju, karena mereka melihat dengan mata kepala sendiri bagaimana tatapan dan suara anak itu saja sudah bisa membunuh prajurit elit paling berbakat di antara mereka. Lalu, bagaimana mereka bisa menyerang anak itu?

​Mata pemimpin kelompok itu terlihat gelisah. Ia melihat orang-orangnya dan berniat mengorbankan mereka agar ia bisa menyelamatkan diri.

​"Kalian semua, maju! Karena meskipun kita kabur sekarang dan kembali ke markas, nyawa kita tetap akan melayang!" teriak pemimpin itu, memberi perintah mutlak.

​'Sialan,' batin semua orang. Mereka serempak menatap pemimpin mereka. Namun, karena tidak ada pilihan lain, mereka menyerbu maju.

​"Ayo maju!" teriak mereka bersamaan, mengerahkan kekuatan ekstrem yang mereka miliki.

​'Ini saatnya aku pergi,' batin sang pemimpin, siap melangkah pergi.

​Anak laki-laki itu melihat hal tersebut dan menutup matanya. Bayangan pembantaian keluarganya kembali terputar di benaknya dengan sangat jelas.

Ayahnya ditusuk banyak pedang oleh orang-orang berpakaian emas, kepala kakak-kakaknya dipenggal, dan ibunya disiksa dengan sangat kejam hingga mati. Semua itu terlihat begitu nyata.

​Urat-urat di kepalanya muncul dengan cahaya kebiruan yang menjalar ke seluruh tubuhnya.

Matanya semakin erat terpejam. Semakin jelas kejadian buruk yang dilihatnya, membuat jantungnya berdegup kencang, dan sebuah segel di dalam jantungnya hancur. Ia memegang telinganya dan kembali meringkuk.

​"Tidaaakkkk!" teriaknya sangat keras.

​Sebuah gelombang dahsyat dengan cahaya biru terang tercipta dari suaranya. Semua orang yang melihat itu membelalakkan mata. Meskipun ingin menghindar, mereka tidak sempat karena gelombang itu menyebar sangat cepat. Bahkan pemimpin kelompok yang akan kabur tidak lolos dari gelombang yang menghancurkan segalanya itu.

​Orang-orang berubah menjadi kabut darah, sedangkan pepohonan dan bebatuan di sana berubah menjadi abu hitam. Gelombang itu menciptakan lingkaran besar yang hanya menyisakan tanah dan abu hitam. Di tengah lingkaran, ada abu merah dan anak itu berada tepat di tengahnya. Kejadian tersebut ternyata disaksikan oleh tokoh-tokoh hebat dari berbagai negara dan sekte besar di dunia.

​Anak itu kini tidak sadarkan diri, dan perlahan menghilang tanpa ada yang tahu ke mana ia pergi.

​"Ayah… Ibu… Kakak… aku kangen kalian," itulah ucapan terakhirnya sebelum keberadaannya menghilang.

​Di sebelah barat, tepat di perbatasan hutan, seorang pria berpakaian serba putih dengan tudung di kepalanya, bersama seorang pria lain, menatap datar ke depan.

​"Bai Zhen, menurutmu apa yang akan terjadi sekarang? Dengan musnahnya keluarga bangsawan Ling, orang-orang yang bersembunyi karena takut pada keluarga Ling pasti akan kembali muncul," ucap pria berambut hitam pekat dengan wajah tanpa ekspresi. Namun, dari ucapannya tersirat kekhawatiran akan kehidupan di dunia yang pastinya akan berubah menjadi lebih mengerikan.

​Pria bertudung itu menggeleng sedikit, "Semuanya akan sangat kacau. Kekejaman dan penindasan akan semakin merajalela. Kita hanya perlu membawa orang-orang dari sekte kita untuk mengasingkan diri dari kekacauan yang akan terjadi.

Biarkan semuanya terjadi seperti yang telah tertulis dalam takdir, karena suatu hari nanti anak itu akan muncul kembali dengan seseorang yang membawa misi dari Sang Pencipta alam semesta, untuk membersihkan dunia ini dari kekacauan dan memperbaiki aturan dunia yang menyiksa orang-orang lemah dan tidak berdaya."

​Pria berambut hitam itu mengangguk. Meskipun ia tidak begitu mengerti tentang 'Sang Pencipta alam semesta,' ia percaya dengan apa yang akan terjadi. Ramalan Bai Zhen tidak pernah salah, berkat kekuatan penglihatan masa depan yang dimilikinya.

​"Lalu, apa yang harus kita lakukan sekarang?"

​"Bai Xuan, secepatnya kita pergi dari sini dan membawa semua orang di sekte ke tempat pengasingan yang telah aku siapkan," ujar Bai Zhen.

​Ia melirik Bai Xuan. Ketika pandangan mereka bertemu, keduanya mengangguk. Seketika mereka menghilang dari sana, menyisakan orang-orang dengan tatapan puas melihat sisa-sisa kehancuran yang anak kecil itu buat. Mereka mengira anak itu telah tiada bersama ledakan kekuatan terakhirnya.

​"Sekarang kita tinggal menata ulang hukum kehidupan di dunia ini, karena sudah lama sekali aku menunggu hari-hari ini," ucap pria berjenggot yang mengenakan pakaian emas dan mahkota.

​"Tentu saja Yang Mulia Raja Bei Cou, kami juga menantikan hari-hari ini. Dengan musnahnya keluarga Ling, kita bisa menata ulang kehidupan di dunia ini dengan aturan yang kita buat," balas seorang wanita cantik dengan pakaian yang cukup terbuka. Ucapannya terdengar menggoda, dan ia adalah salah satu dari enam orang berkuasa.

​"Selamat untuk semuanya," ucap mereka serempak, dengan senyuman yang memiliki makna berbeda bagi setiap orang.

Continúa leyendo este libro gratis
Escanea el código para descargar la App
Comentarios (1)
goodnovel comment avatar
Grayn Alasky
karya yang menarik
VER TODOS LOS COMENTARIOS

Último capítulo

  • Sang Penentang Aturan   Jurang Tidur

    Semua murid bersama Tetua Zee dan Tetua Bao Li beristirahat sejenak di tengah gersangnya reruntuhan. Bau kematian dan asap masih menusuk. Setelah mereka menetapkan tujuan untuk pergi Akademi Daun Semanggi, dan mereka harus segera bergerak. “Kita tidak bisa pergi dengan melewati jalur utama,” tegas Tetua Bao Li, matanya menyapu cakrawala yang dipenuhi bayangan kultivator yang bertarung. “Jalur utama pasti dipenuhi pos pemeriksaan dan perangkap. Kita akan mengambil jalan kecil yang jarang digunakan dan diketahui oleh para pelintas.” Wo Long mengangguk. Dia mengingat jalur itu; jalan memutar yang berbahaya, sering kali tertutup oleh pepohonan rimbun dan tanaman merambat yang berfungsi sebagai kamuflase alami. “Jalur itu melewati Jurang Tidur,” bisik Wo Long. “Sangat curam, tapi tersembunyi.” “Tepat,” jawab Tetua Bao Li. “Dulu aman karena tertutup pepohonan dan tanaman merambat. Sekarang, entah… mungkin saja telah menjadi seperti pisau cukur. Tapi kita tidak punya pilihan lain.”

  • Sang Penentang Aturan   kembali ke dunia luar yang telah kacau

    Seolah alam itu sendiri tahu bahwa waktu telah tiba bagi para penghuninya untuk pergi. Setelah semuanya kembali dari pegunungan, kini suasana di halaman rumput rumah Kakek Fu terasa berat, dipenuhi campuran kehangatan yang mendalam dan kesedihan yang tak terhindarkan. Semua murid Kelas B, para Tetua, dan keluarga Paman Rio berkumpul untuk terakhir kalinya, mereka duduk lesehan di atas tanah yang di selimuti rumput hijau. Sambil mendongakkan kepala untuk melihat Kakek Fu, yang sedang berdiri di depan mereka, memegang tongkatnya erat-erat, matanya yang tua menatap setiap wajah muda di sana dengan cinta yang tak terhingga. “Anak-anakku,” suaranya berat, namun mengandung kekuatan yang menenangkan. “Waktu kalian di Lembah ini telah usai. Kalian telah menempa fondasi yang kuat, dan rahasia yang kalian bawa, kekuatan batin, elemen, serta ilmu-ilmu kuno, kini adalah bekal kalian untuk menjalani takdir. Lembah ini telah menjadi rumah yang aman. Tetapi dunia di luar sana… sedang menanti,

  • Sang Penentang Aturan   penjaga abadi lembah

    Angin pagi menyapu puncak gunung, membawa dingin yang menusuk hingga ke tulang. Kabut lembut masih melingkupi lembah, menari-nari di antara pepohonan tua yang telah menjadi saksi perjalanan waktu. para murid kelas B berdiri berjejer di hadapan sesosok yang baru saja menjelma dari seekor naga putih menjadi seorang pria tinggi berwibawa, dia berpakaian jubah putih berbordir perak. Sorot matanya tajam, namun menenangkan, seolah menyimpan samudra dalam kedalaman pandangannya.Lin Xuan maju dan berdiri paling depan. Aura petir berdesir di sekeliling tubuhnya, rambutnya sedikit bergetar akibat energi spiritual yang mulai ia pancarkan. Di sampingnya, Si Wuya yang juga ikut maju menatap tenang, tetapi cahaya lembut dari telapak tangannya mulai menyala, energi Cahaya yang siap melindungi siapa pun yang terluka.“Siapa pun kau,” suara Lin Xuan berat dan waspada. “jangan bergerak selangkah pun. Kami tidak akan membiarkanmu menyentuh siapapun di antara kami.”Sosok pria naga itu tersenyum tipi

  • Sang Penentang Aturan   10 tahun kemudian

    "Di puncak gunung tertinggi, keheningan adalah tirai penutup bagi kekuatan yang siap meledak. Hanya mereka yang bersembunyi dalam bayangan yang dapat melihat celahnya."SEPULUH TAHUN KEMUDIANKabut lembut Lembah Mistis adalah saksi bisu. Selama sepuluh tahun, kabut itu telah menelan dan melindungi para remaja yang tumbuh untuk menjadi pilar kekuatan yang tak terduga. Waktu di sini tidak berjalan dengan mulus, karena ia terus berputar dalam siklus pelatihan keras, kultivasi tanpa henti, dan ilmu kuno yang diwariskan oleh para Tetua.Murid-murid Kelas B kini bukan lagi anak-anak. Mereka adalah pemuda-pemudi yang memancarkan aura Chi murni, kulit mereka bersih, dan mata mereka tajam seperti pedang yang baru ditempa. Fisik mereka telah ditempa hingga Ranah Ranah Bumi, di mana Elemen dan esensi sejati mulai terwujud.Dinding Lembah Mistis bergetar dengan gemuruh. Di seluruh lembah, api Hanzo dan Roou siap untuk membakar kejahatan dan penindasan, tanah yang Wu Xia kendalikan bergolak, dan

  • Sang Penentang Aturan   para legenda yang membangun dunia baru

    Kakek Fu melangkah pelan mendekati keempat anak muda itu. Cahaya rembulan jatuh lembut di wajah mereka yang masih berkeringat, entah karena latihan atau karena kejadian aneh yang baru saja mereka alami. Tanpa banyak bicara, kakek tua itu memegang pergelangan tangan mereka satu per satu. Matanya yang keriput seolah bisa menembus hingga ke jiwa mereka. Setiap sentuhan diiringi dengan anggukan kecil dan senyum tipis. “Bagus… sangat bagus,” gumamnya, lebih pada dirinya sendiri. Setelah itu, Kakek Fu berbalik, berjalan menuju tempat para tetua dan kedua menantunya berdiri menunggu. Langkahnya pelan, tapi berwibawa. Saat sampai di hadapan mereka, dia mendongak menatap langit. Tatapannya campur aduk, lega, cemas, bangga, dan sedikit haru. “Kita tak boleh membuang waktu lagi,” katanya akhirnya. “Kedepannya kekuatan anak-anak ini sudah cukup untuk menutupi keberadaan kalian, Rio, Xie. Jadi sebaiknya kita kembali saja, jangan membuang waktu, sebelum malam semakin dalam.” Tanpa bantahan

  • Sang Penentang Aturan   ujian batin

    Kabut di sekitar mulai menipis, ketika Wo Long dan ketiga temannya akhirnya menemukan jalan keluar dari gua bawah tanah itu. Udara di luar terasa lebih hangat, tapi anehnya, semua terasa begitu hening. Tak ada suara burung, tak ada hembusan angin, seperti tidak ada tanda-tanda kehidupan, hanya ada keheningan yang membuat bulu kuduk mereka berdiri. “Apakah ini masih di lembah mistis yang sama?” tanya Thanzi pelan. Lin Xuan menatap sekeliling. “Aku rasa… tidak. Lihat,” ia menunjuk pada tebing di depan. “Lihat itu, langitnya bukan berwarna biru, tapi berwarna keperakan.” Wo Long dan yang lainnya memandang ke atas. Langit di tempat itu berwarna seperti perak cair, berkilau tapi tenang. Di bawah sinar itu, setiap helai rumput tampak seperti kristal kecil. Udara beraroma manis dan menenangkan. Tapi bukan hanya keindahannya aneh yang mereka lihat. Ada sesuatu yang bergetar di dada yang Wo Long rasakan, semacam panggilan. Ia tahu… tempat ini bukan dunia biasa. “Ini…tempat ujian

Más capítulos
Explora y lee buenas novelas gratis
Acceso gratuito a una gran cantidad de buenas novelas en la app GoodNovel. Descarga los libros que te gusten y léelos donde y cuando quieras.
Lee libros gratis en la app
ESCANEA EL CÓDIGO PARA LEER EN LA APP
DMCA.com Protection Status