공유

Bab 4

작가: Dwi Athafariz
last update 최신 업데이트: 2025-11-18 10:32:30

"Jadi... pria seperti itu yang dulu mau kamu nikahi" sindir Ardian pada Lea. Belum tahu saja jika dia sedang mengusik wanita yang sedang patah hati.

"Tutup mulutmu jika hanya ingin membahas pria brengsek itu" Lea mencengkram botol minum di tangannya sampai ringsek.

"Ardian meringis, rupanya dia menikahi wanita yang bukan menye menye, cukup menarik batinnya.

"Ayo aku antar pulang, segera kemasi barangmu"

"Piulang?" Lea baru sadar jika dia akan berpindah tempat tinggal.

Sesampainya di depan kontrakan Lea.

"Kembali Ardian mengedarkan pandangan, barulah dia sadari secara detail kamar yang berisi lemari plastik juga hanya ada sebuah selimut yang di gunakan tidur, juga beberapa peralatan dapur meski hanya beberapa bijirmu tidur hanya memakai ini?" tanya Ardian memicingkan mata seakan tak percaya di dunia ini ada orang yang tidur tanpa alas kasur yang empuk.

"Baru semalam, kasur dan bantalku aku bakar!" jawab Lea berapi api.

"Bakar?"

Lea menghentikan sejenak kegiatannya mengemas barang barang, menarik nafasnya panjang.

"Aku lihat si brengsek itu enak enak sama Sari di kasurku, pake bantalku, dan di kontrakanku. Jadi udara kontrakan ini sudah tercemar" adu Lea. " Harusnya aku bakar sekalian mereka sama kasur kasurnya biar jadi bajingan panggang" imbuh Lea.

"Ternyata dia wanita patah hati. Sama seperti gue. Tapi apa dia psycho?' Batin Ardian.

" Kalo gitu, ayo pergi" Ajak Ardian mengambil alih koper Lea.

Saat di jalan kerumah Ardian barulah Lea sadar jika kini dia sedang menaiki mobil yang mewah. Semua hiasan interiornya begitu mewah dan khas dengan warna hitam.

"Baca dan tanda tangani" Ardian memberikan sebuah kontrak pernikahan pada Lea.

"Kontrak pernikahan?" Lea barulah sadar jika tidak mungkin Ardian menikahinya begitu saja tanpa alasan.

"Aacalah, jika tidak ada poin yang kurang cepat tanda tangan"

Lea mulai membaca poin demi poin, di dalam kontrak itu.

Poin pertama, pihak wanita harus mau bekerja sama di depan orang tua pria.

Poin kedua, pihak wanita harus menjalankan tugas seorang istri sebagaimana mestinya selain urusan ranjang.

Poin ketiga, urusan hutang satu juta dollar akan tetap di hitung, di luar uang nafkah yang akan di berikan.

Sampai hutang itu lunas tidak boleh meminta bercerai.

Poin ketiga, menjaga nama baik dan harga diri suami jika di luar rumah.

Poin ke empat, di larang ikut campur dalam urusan pribadi pria.

Poin ke lima, di larang berkontak fisik kecuali atas izin pihak pria.

"oke deal" Lea merasa isi kontrak itu tidak merugikan dia sama sekali, apalagi soal hutang. 'gue bisa kerja, masih dapat duit dari dia.' batin Lea mulai menyusun rencana.

"Berapa nafkah tiap bulan" Kepo dia.

"Dua puluh juta? cukup?" tanya Ardian mulai mengetes Lea dengan nominal yang kecil baginya.

"Cukup lah" Otak Lea mulai menghitung kiranya berapa lama dia bisa melunasi hutangnya kelak.

"Yakin sini gue"kin cukup?" Heran Ardian, biasanya uang sekian hanya cukup untuk sekali keluar makan dengan sang kekasih.

iya aman" Lea tersenyum, menutup kontrak nikah itu dan dia kembalikan pada Ardian.

Sesampainya di kediaman Ardian, kediaman yang sungguh besar juga mewah. Sudah bisa di pastikan harga perjaka Ardian semalam hanya mampu membayar secuil rumah yang dia miliki.

"Ingat, atur sandiwara sebaik mungkin. Jangan sampai ada yang curiga" Bisik Ardian memperingati Lea.

"Aman, ayo" Justru Lea yang menggandeng tangan Ardian masuk ke dalam.

Baru saja mereka selangkah masuk namun sudah di kejutkan dengan pemandangan yang merusak kesucian mata. Namun mata Lea sudah tidak suci, karena dia sangat mengingat bagaimana bentuk dan ukuran milik Ardian.

Pria paruh baya dengan rambut yang memutih di beberapa bagian tampak menikmati belaian wanita cantik nan molek, bahkan di perkirakan usianya tidak jauh beda dengan Ardian.

Buru-buru papa Gama menarik tangannya yang semula bersemayam meremas gundukan di balik baju sang wanita. Demikian wanita itu merapikan penampilannya.

"Ardian, kenapa pulang tidak memberitahu papa?" ujar pak Gama beramah tamah.

"Tidak, takut menganggu waktu kalian untuk Bersetubuh" to the point sekali Ardian. "Ardiannya mengingatkan, lebih tahu tempat. Karna ini ruang tamu, jangan bercinta disini" imbuh Ardian.

"Maaf, papa hanya kelepasan tadi" pak Gama berdiri dan menghampiri Ardian. "siapa gadis di sampingmu?"

"Dia Lea, istriku"

Lea tersenyum sopan pada pak Gama yang di duga adalah ayah mertuanya. Namun ekspresi wajah Wanita yang bersama pak Gama benar benar terkejut, membelalakkan matanya dengan begitu lebar.

"Istri? Kenapa menikah nggak kasih tahu papa?"

"Hanya menikah di KUA, tidak ada pesta. Aku sangat sibuk" Jelas Ardian.

"Baiklah, bawa istrimu istirahat" Pak Gama cukup baik meski dengan sikap ketus dan dingin Ardian.

Sedangkan wanita tadi mencengkram tangannya kuat sampai kuku jarinya memutih, bagaimana bisa Ardian menikah dengan gadis yang jauh dari kata kriterianya.

"Kita lanjutkan tadi" Ajak pak Gama memeluk wanita yang sudah dia nikahi beberapa waktu lalu, ia Tamara, gadis cantik dan bertubuh molek. Banyak yang menggadang gadang bahwa pak Gama sangat beruntung mendapatkan istri yang sangat cantik, yang berarti juga ibu tiri Ardian.

"oleh" Tamara mengangguk, meski matanya masih melirik ke arah kepergian Ardian.

Di kamar yang bahkan lebih luas di banding kontrakannya Lea itu dia duduk di tepi ranjang. Melihat Ardian layaknya sedang menahan amarah yang membuncah.

"siapa wanita tadi?" kepo Lea.

"Seperti dugaanmu" jawab Ardian melepas dasinya asal.

"Ibu tiri?"

"Istri papaku"

'Ya artinya itu ibumu, pake segala bilang istri papanya.. haiisssh pria aneh' cibir Lea dalam hati.

이 책을 계속 무료로 읽어보세요.
QR 코드를 스캔하여 앱을 다운로드하세요

최신 챕터

  • Satu Juta Semalam   Bab 7

    Lea membuka mata karna sinar matahari yang memasuki sela sela kamar lewat jendela, membuat silau mata Lea. "Emmmpphhh..." Lenguh Lea sambil menggeliat. "Sudah bangun!" Suara besar nan serak membuat Lea terjingkat sejenak sampai mengusap dadanya. "Bisa pelan aja panggilnya" Protes Lea. Ardian tak menggubris, dia berlalu ke lemari, mengambil satu setel pakaian untuknya bekerja. Dengan wajah bantal Lea merapikan rambutnya asal dengan penjepit, memperhatikan Ardian yang bersiap bekerja. "Mau kemana?" Kepo Lea. "Kerja" Singkat Ardian menjawab sambil merapikan dasinya. "Eeemm..." Lea mengangguk, benar saja hari ini adalah cuti menikah terakhirnya. "Aku boleh keluar?" Pamit Lea. "Terserah" "Oke.. Aku anggap jawabannya boleh" Lea bangkit dengan semangat empat lima yang tidak gentar oleh penjajah. Ardian tak mempermasalahkan sama sekali jika Lea hendak pergi bermain ataupun kemana. Asalkan masih dalam hal yang wajar. Mereka sama sama sudah bersiap dengan aktivi

  • Satu Juta Semalam   Bab 6

    Pov Ardian. Di sela sela kesibukannya dia selalu memprioritaskan sang kekasih yang amat dia cintai, siapa lagi jika bukan Tamara. Ardian menaikkan tangannya sebagai tanda jeda sementara saat rapat, kenapa lagi jika bukan karna Tamara mengubunginya. "Kemana aja? Kok nggak angkat telpon?" Sela Tamara manja di ujung panggilan. "Aku masih ada rapat," Jelas Ardian berharap kekasihnya mengerti. "Aku lagi di mall, mau bayar tas tapi kamu malah nggak angkat. Aku malu ini" "Ya sudah, aku transfer sekarang' "Beneran ya, aku tungguin" Senang Tamara yang saat ini sedang di kasir salah satu store tas brand. "Iya" Ardian mematikan sambungan telpon, segera mengirim uang pada sang kekasih. Baginya uang bukan suatu masalah asalkan Tamara bisa mencintainya. Namun sayangnya Tamara yang rakus dan merasa kurang dengan Ardian selalu membandingkan dengan pria lain. "Lihat tuh, sugar daddy. Kartunya aja black card, kalo lo sama dia pasti terjamin" Bisik sang teman menunjuk seorang p

  • Satu Juta Semalam   Bab 5

    Malam hari, kediaman sebesar dan semegah ini namun bisa bisanya begitu sunyi. Bahkan lampu yang menyala saja sudah remang remang. Lea berjalan mencari dimana Ardian, sejak kepulangannya mereka tadi bahkan dia tak melihat Ardian sama sekali. Sampai dia menemukan kepulan asap dari arah balkon kamarnya. Benar saja rupanya Ardian sedang bersandar di pagar balkon sembari menyesap sebatang rokok. Lea mendekat sembari mengibas asap rokok itu dengan tangannya. Ardian mengetahui kedatangan Lea, hanya saja dia tidak berkutik sedikitpun. "Ngapain disini? Nggak dingin?" Lea membuka percakapan."Ada apa katakan!" Jawab Ardian ketus. Lea merasa jika Ardian memiliki kepribadian yang unik, terkadang bisa cukup baik. Namun tak jarang sangat dingin seperti saat ini. "Aku boleh kerja kan besok?" "Itu urusanmu" Santai Ardian menyesap kembali rokok di tangannya. Meniupkan asap ke atas sembari mendongak. Gleeekk... Lea menelan ludahnya melihat jakun Ardian yang sangat menggoda, naik turu

  • Satu Juta Semalam   Bab 4

    "Jadi... pria seperti itu yang dulu mau kamu nikahi" sindir Ardian pada Lea. Belum tahu saja jika dia sedang mengusik wanita yang sedang patah hati. "Tutup mulutmu jika hanya ingin membahas pria brengsek itu" Lea mencengkram botol minum di tangannya sampai ringsek. "Ardian meringis, rupanya dia menikahi wanita yang bukan menye menye, cukup menarik batinnya. "Ayo aku antar pulang, segera kemasi barangmu""Piulang?" Lea baru sadar jika dia akan berpindah tempat tinggal. Sesampainya di depan kontrakan Lea. "Kembali Ardian mengedarkan pandangan, barulah dia sadari secara detail kamar yang berisi lemari plastik juga hanya ada sebuah selimut yang di gunakan tidur, juga beberapa peralatan dapur meski hanya beberapa bijirmu tidur hanya memakai ini?" tanya Ardian memicingkan mata seakan tak percaya di dunia ini ada orang yang tidur tanpa alas kasur yang empuk. "Baru semalam, kasur dan bantalku aku bakar!" jawab Lea berapi api. "Bakar?"Lea menghentikan sejenak kegiatannya mengemas ba

  • Satu Juta Semalam   Bab 3

    Sesampainya di kontrakan yang hanya beberapa meter itu dia sudah membayangkannya hendak merebahkan tubuhnya di kasur yang empuk. Namun sepertinya Lea melupakan jika dia sudah membakar habis kasur miliknya. "Sial... gue jadi nggak ada kasur. Kenapa gue bakar kasur gue? Haiissshh.. harusnya gue bakar mereka hidup hidup di atas kasur" Lea mencengkram tangannya, mengepalkan kesal. Harusnya hari ini dia sudah bersiap untuk pernikahannya esok hari. Tangannya bermain dengan lincah di layar pipih itu, mengirim pesan satu persatu mulai dari decoration, catering, MUA, bahkan semua vendor dia batalkan. Tak peduli dengan segala DP yang sudah dia berikan, atau berapa banyak dana yang dia keluarkan. "Tabungan gue udah habis-habisan buat bantu kerjaan si musang! Sekarang habis juga buat beli burung premium.. Aaahhhh Lea, dosa apa yang udah gue perbuat""Ya Tuhan, maafkan hambamu ini. Sudah berbuat nikmat nan dosa" Gumam Lea mendongak dengan tangan menengadah ke atas meski dia sendiri bukan insan

  • Satu Juta Semalam   Bab 2

    Di sebuah bar salah satu kota Jogjakarta, dentuman musik yang mengusik telinga, saling bersinambung dengan lampu lampu yang gemerlap. Bau alkohol di segala sisi, bunyi gelas yang bersentuhan sudah menjadi hal wajar disana. Wanita dan pria menari nari mengikuti alunan musik, melenggak lenggokkan tubuh seakan melepas beban.Demikian juga dengan Lea yang ikut menari nari di bawah lampu gemerlap, hanya mengikuti alunan musik tak ada gerakan khusus. "Mau?" Tawar seorang pria menyodorkan minuman beralkohol dalam gelas."Gue nggak minum" Tolak Lea menggelengkan kepala. "Coba dikit aja" Pria itu masih mencoba untuk memaksa Lea. "Sorry" Lea akhirnya memilih undur diri, duduk di sebuah meja bar. "Bagi minuman yang non Alkohol" Ujarnya pada bartender. "Kenapa nggak ke cafe mbak? lagi galau ya?" tebak bartender melihat wajah muram Lea. "Ya gitu" Lea mengangguk. "Have fun aja mbak, pria itu harus di imbangi" Bartender itu memberikan minuman pada Lea yang tidak memiliki kadar alkohol. "Ben

더보기
좋은 소설을 무료로 찾아 읽어보세요
GoodNovel 앱에서 수많은 인기 소설을 무료로 즐기세요! 마음에 드는 책을 다운로드하고, 언제 어디서나 편하게 읽을 수 있습니다
앱에서 책을 무료로 읽어보세요
앱에서 읽으려면 QR 코드를 스캔하세요.
DMCA.com Protection Status